webnovel

Chapter 15

kamu beneran mau berhenti kuliah Nak?"tanya Ayah Aisyah

"iyah Yah,maaffin Aisyah yah ini demi rumah tangga Aisyah"

"hmmm..."ujar beliau sembari menganggukkan kepalanya

Aku sendiri terdiam takut Ayah Aisyah menyangka bahwa aku lah yang mempengaruhi Aisyah untuk berhenti dari kuliahnya,

"Ayah inget sama Rendy kan?"tanya Aisyah kepada Ayahnya

"Rendy?kok tiba tiba kamu tanya tentang Rendy?"ujar Ayah Aisyah

"karna dia lah alasan kenapa Aisyah berhenti kuliah Yah,Ayah kan tau semenjak SMA si Rendy enggak pernah berhenti gangguin Aisyah"

"oh jadi anak itu lagi yang ganggu kamu?mau Ayah laporin polisi enggak?"

"eh enggak usah Yah kalau urusan ini mending enggak usah bawa polisi"aku menimpali

"loh kenapa?itu kan sama aja mengganggu rumah tangga orang lain Nak"

"iya Yah bener kata Mas Abe,lagian aku enak dirumah aja Yah ngurusin Mas Abe takut kalau kuliah waktu ku tersita dan melalaikan tugas ku sebagai istri"

"oke kalau kamu memang sudah berpikir masak masak Ayah enggak bisa maksa kok Nak,kalau bisa sih di jual aja rumah nenek itu terus uangnya kamu simpan buat pegangan mu"

"itu terserah Ayah aja,yang pasti Aisyah enggak bisa terus terusan tinggal dirumah itu lagi"jawab Aisyah

Akhirnya perdebatan antara Aisyah dengan mertuaku berakhir dengan dikabulkannya Aisyah untuk tinggal dirumahku,sedangkan rumah nenek yang kami tempati bakal dijual dan uangnya di berikan untuk Aisyah.

Di awal bulan ramadhan aku dan Aisyah sudah berada di desa kelahiran ku,disini kami memulai lagi dari awal kehidupan berumah tangga,aku lihat Aisyah begitu menikmati tinggal dirumahku yang sederhana padahal sebelumnya dirumah orang tuanya Aisyah enggak pernah yang namanya kekurangan.

"kamu serius Nak mau tinggal dirumah sempit ini?"tanya ibuku ke Aisyah

"ya Allah buk,Aisyah sama sekali enggak pernah mempermasalahkan mau rumah ini sempit ataupun luas,insya Allah Aisyah betah disini kok,selain nyaman tanpa banyak polusi,tenang,dan warganya sangat ramah"sahut Aisyah

"syukur deh kalau gitu,Be kamu harus bersyukur tuh punya istri kaya Aisyah,sholeha,cantik,bisa jaga kepercayaan suami,dan enggak neko neko lagi"

"iyah bu,Alhamdulillah"sahut ku

"eh Be,katanya kamu mau kesawah sama Paman?"

"oia lupa,udah siang pasti beliau lama nunggu nih"sahut ku sembari menepok jidat

"sawahnya jauh endak Mas?"tanya Aisyah

"endak kok deket aja disini,kenapa Syah?"tanya ku

"ikut 😀"

"kamu dirumah aja lah ngapain ikut,kotor entar"tolak ku

"hmmm...enggak mau,pokoknya aku ikut"rengeknya 

"udah Le,ajak aja istrimu biar tau suasana desa kita"pinta ibu

"iya wes lah yuk,tapi inget enggak usah ikut ikut aku nyemplung di sawah"

"iyah Mas janji"sembari nyengir kepadaku

Aku lalu berangkat bersepeda bersama Aisyah berboncengan,diperjalanan aku memperhatikan Aisyah dirinya begitu sangat menikmati pemandangan yang ada disekitar desa ku,kedua tangannya direntangkan sembari menikmati udara sejuk yang menerpa kami.

"tau gini aku lebih baik lahir di desa Mas"Aisyah membuka obrolan

"kenapa kok milih lahir didesa?"tanya ku

"disini sangat jauh Mas dari kata polusi,kalau di kota jarang aku bisa lihat pohon,udara segar dan sawah yang menghijau"

"kamu yakin betah sampai tua tinggal disini bersama ku?"tanya ku

"yakin lah Mas,dan aku berharap menikmati keindahan ini sampai usia senja bersama mu Mas"ucap Aisyah seraya memeluk pinggangku

"Yah aku pun punya harapan yang sama Syah kalau umur ku di panjangkan oleh Allah,aku ingin dimasa tua ku nanti dimana ketika raga ini tak lagi kuat menopang tubuh,aku ingin menikmatinya bersamamu hingga maut memisahkan dan dipertemukan kembali di alam keabadian kelak insya Allah"bathin ku sembari tersenyum

Sesampainya di sawah Paman ku aku lalu berjalan menuntun sepeda yang di ikuti Aisyah dari belakang menuju ke gubung tempat ku biasa beristirahat ketika lelah seharian di sawah,lalu Aisyah pun duduk sembari menikmati pemandangan sebagian sawah punya Paman yang mulai menghijau.

"kamu tunggu disini yah aku mau ketempat Paman"pinta ku

"iyah jangan lama lama Mas"ujar Aisyah

Aku lalu turun kesawah yang berlumpur untuk mendatangi Paman yang sudah ada disana membajak sawah dengan sapinya,beliau saat melihat ku lalu berhenti menunggu ku mendekat kepadanya.

"Assalamu'alaikum"sapa ku

"wa'alaikumsalam,oalah wes jam berapa ini Be,tak tunggu sampe kering enggak datang datang juga"ujar Paman sedikit ngomel

"hehe..  Maaf Pak Lek,bojo ku mau ikut makanya agak lama"

"ya wes gantian kamu terusin bajak sawahnya Paman mau pulang sebentar"ujar Beliau

"iya Lek,ati ati dijalan"sahut ku

Lalu aku meneruskan pekerjaan Paman ku yang sudah hampir selesai,sembari membajak aku mengawasi Aisyah yang ternyata masih duduk di gubuk peristirahatan sambil melambaikan tangannya kepadaku,aku hanya tersenyum kepadanya lalu meneruskan pekerjaan ku lagi.

Saat pekerjaan ku hampir selesai tiba tiba pandangan ku terarah kepada Aisyah yang tadi duduk di gubuk kini berjalan ingin mendekati ku,aku lalu memberhentikan sapi ku dan mendatangi Aisyah,takut kalau dirinya bakal jatuh kelumpur malah kotor semua pakaiannya.

Benar saja saat Aisyah mengangkat kaki satunya untuk berjalan namun karna lumpur yang sangat kuat mencengkramnya sangat kuat hingga membuat Aisyah terjatuh dan duduk di atas kubangan lumpur,baju gamis dan celananya sukses kotor semua.

Aku hanya bisa menggelengkan kepalanku melihat nya,lalu bergegas mendatanginya,

"kan udah aku bilang Syah jangan ikut ikut kebawah,kamu ngeyel sih liat kotor semua kan bajumu,kek anak balita aja kamu ini susah dibilangin"ujar ku

"Mass Abee iihh...bukannya nolongin malah dimarahin"

"biarin,kamunya bandel sih"sahut ku sembari memegang tangannya lalu menuntunnya kembali ke gubuk

Kami lalu duduk santai berdua di gubuk menikmati hari yang sudah agak mulai sore,aku lalu nyeletuk berbicara yang aku sendiri enggak berpikir untu ngomong tentang ini.

"Syah kalau misal aku mati duluan apakah kamu bakal mencari penggantiku"ucap ku

Aisyah menatap ku heran lalu berucap" maksud Mas ngomong gitu apa?"tanya Aisyah

"ngomong apa Syah?"ujar ku

"itu tadi ngomong tentang mati,apa Mas mau mendahului takdir Allah?istighfar Mas"

"lah pada dasarnya kan semua manusia muda atau tua pasti akan menemui ajalnya kan?"

"iyah Mas Abe,tapi ajal kan urusan ghaib,udah ah enggak usah ngomingin yang kita sendiri belum tau apa apa"ujar Aisyah lalu berpaling dari ku

Semenjak aku bilang seperti itu Aisyah mendiamkan ku dari saat disawah hingga dirumah,saat seusai sholat tarawih pun Aisyah hanya melayani ku menghidangkan makanan lalu masuk kembali kedalam kamar,setelah makan saat melewati kamar ku,aku mendegar suara tangis lirih dari Aisyah.

Karna penasaran lalu aku masuk kekamar dan mendapati Aisyah mendekap guling seraya menangis dengan tangisan yang membuat siapa saja yang mendengar pasti merasakan pilu,apa karna ucapan ku tadi sore sehingga Aisyah sampai sebegini sedihnya kah?

Chapitre suivant