webnovel

Transfer

Shea saat ini masih menatap kearah Zen dan Yue karena apa yang dia dengar sebelumnya tadi. Shea saat ini bingung bagaimana cara menanggapi perkataan Zen kepadanya itu. Zen saat ini membeberkan semua rahasianya kepada Shea sehingga membuat wanita kelinci itu tertegun.

"Apa mahsutmu kamu bukan berasal dari dunia ini Zen?" tanya Shea yang saat ini masih belum mengerti.

Namun bukan Zen yang menjelaskan, namun Yue mencoba menjelaskan perkataan Zen sebelumnya kepada Shea dengan perlahan dan membuat Shea paham akan perkataannya saat ini.

"Lalu kamu berasal dari mana Zen-san?" tanya Shea.

"Kamu ingin pergi kesana?" kata Zen.

Sebenarnya, Shea sangat ingin tahu dimana dunia Zen berada, namun setelah dia mengingat keluarga dan sukunya yang masih berada disini, Shea mulai ragu saat ini apakah dia harus mengikuti Zen saat ini.

"Tenanglah, kamu bisa kembali ketempat ini kapan saja. Namun ingatlah, kamu tidak boleh memberitahukan apapun tentang duniaku kepada siapapun kecuali saudara perempuanmu yang lain" kata Zen yang melihat ekspresi keraguan dari Shea.

"Benarkah?" kata Shea yang saat ini matanya mulai berbinar. Namun..

"Tunggu.. apa mahsutmu saudara perempuan Zen?" tanya Shea.

.

.

Saat ini Asuna, Lisbeth, Silica, Suguha, Sinon, Aki, Rinko, Yuna dan Yui terperangah dengan apa yang dilihatnya saat ini. Setelah cukup terkejut melihat Zen membawa Vampire ketempat tinggal mereka, sekarang mereka melihat sesuatu yang diluar nalar mereka saat ini.

Shea sendiri, saat ini masih bersembunyi dibalik Zen karena perasaan malunya, setelah mengetahui siapa wanita yang menatapnya ini. Setelah Shea mendengar penjelasan Zen tentang saudara perempuan yang Zen sebutkan sebelumnya, dia saat ini merasa canggung karena akan berkenalan dengan orang yang dicintai Zen.

"Menagapa sikapnya berbeda terhadapku?" gumam Yue didalam benaknya melihat perbedaan dirinya saat bertemu dengan Yue dan wanita Zen yang lain.

Sikap Shea ini bukan tanpa alasan, dikarenakan manusia yang melihat rupanya akan menganggapnya hina dan jijik pada dunianya. Dan dia takut, para wanita Zen akan mencemoohnya saat ini, setelah mengetahui bahwa dirinya berbeda dengan mereka.

"Ah.. maafkan aku perkenalkan ini Shea. Dan seperti yang kalian lihat, dia merupakan manusia kelinci" kata Zen.

"Kelinci?" kata mereka kompak.

Namun Yui memberanikan diri mendekat kearah Papanya itu dan mencoba melihat lebih dekat wanita yang bersama Papanya itu. Lalu Yui mencoba membuat genture agar Papanya mendekatkan telinganya kearah Yui.

"Um.. Papa bisakah Yui memegang telinganya?" tanya Yui yang mencoba berbisik kepada Zen karena melihat sesuatu yang dia baca dari buku ceritanya.

"Shea, putriku ingin menyentuh telingamu, bisakah kamu mengijinkan dia menyentuh telingamu itu?" tanya Zen.

"B-Baiklah" kata Shea yang masih gugup saat ini.

Shea perlahan mulai untuk berlutut dan mensejajarkan dirinya dengan Yui. Yui yang melihat itu mencoba untuk menyentuh telinga dari Yui. Tangannya perlahan menyentuh sedikit telinga Shea, hingga akhirnya dia mulai mengelus lembut telinga Shea itu.

"Wah.. ternyata sangat lembut" kata Yui.

"B-Benarkah?" kata Shea yang akhirnya merasa lega bahwa putri dari Zen tidak membencinya.

Namun Yui semakin senang memainkan telinga dari Shea, dan akhirnya wanita Zen yang lain mencoba mendekat untuk melihat Shea dari dekat. Perilaku ini membuat Shea kembali menunduk takut saat ini.

"Shea-san, bolehkah aku menyentuhnya juga?" tanya Silica yang saat ini juga penasaran dengan telinga Shea itu.

"Silica, kamu membuatnya tidak nyaman" kata Asuna yang melihat Shea yang tertunduk, namun perkataannya itu membuat Shea tertegun.

"Ah.. tidak apa – apa. Kalian bisa menyentuhnya kalau kalian mau" kata Shea yang mengira mereka akan mengejeknya.

"Benarkah?" tanya Silica bersemangat.

Shea hanya mengangguk dan akhirnya Silica mengikuti jejak Yui yang masih bermain dengan telinga Shea. Akhirnya wanita Zen yang lain mencoba berkenalan dengan Shea saat ini. Shea yang merasa semua pikirannya tadi salah, mulai bersemangat untuk berkenalan dengan para wanita Zen yang lain.

Yue akhirnya ikut merasa senang karena Yue akhirnya mengerti apa yang dirasakan Shea sebelumnya saat Zen membawanya kesini. Dan akhirnya mereka mulai makan malam bersama sambil menyambut kedatangan keluarga baru.

Malam itu dilewati dengan Shea dengan gembira, karena dia sangat disambut disini. Saat ini dia sedang mengobrol bersama dengan yang lainnya untuk saling memperkenalkan diri disebuah kamar.

Namun wanita Zen yang lain mulai cemburu akan sesuatu, setelah mereka bersama membersihkan diri dan sekarang berada dikamar yang sama untuk memperkenalkan diri. Mereka saat ini tidak menyangka bahwa aset gunung kembar Shea sangat besar, dan saat ini menjadi yang pertama dalam urusan yang terbesar.

Tetapi akhirnya mereka hanya bercengkrama bersama saling mengenal lebih jauh tentang Shea saat ini.

Keesokan harinya, mereka semua berkumpul diruang keluarga, karena Zen berkata akan memberitahukan sesuatu kepada mereka semua.

"Sekarang aku bisa mengajarkan kalian beberapa skill, Karena aku mempunyai skill yang dapat mentransferkan skillku kepada kalian" kata Zen.

"Benarkah?!" teriak mereka bersama, kecuali Yui dan Shea dan Yui yang saat ini masih duduk dipangkuan Shea.

"Bisakah kamu mengajarkanku skill penciptamu itu Zen?" kata Rinko yang lebih bersemangat saat ini.

"Tentu saja, jadi siapa yang pertama akan aku ajarkan?" kata Zen.

Namun semua wanitanya maju mendekat kearah Zen dan tidak mau kalah dengan yang lainnya, untuk mendapatkan beberapa skill untuk pertama kalinya.

"Tenanglah, baiklah akan aku mulai dari Rinko" kata Zen Karena dia yang paling dekat dengan Zen dan langsung membuat Rinko tersenyum.

"Hah.. baiklah" kata Asuna dan membuat wanita yang lainnya mulai mengalah.

Lalu Zen mengulurkan tangannya untuk menyentuh Rinko dan mencoba untuk mentransferkan skillnya saat itu juga.

"Apakah kamu hanya ingin skill penciptaku saja Rinko?" tanya Zen.

"Ya, skill itu akan membuatku menyelesaikan beberapa penilitianku dan hanya skill itu saja yang aku inginkan" kata Rinko yang sudah tidak sabar mendapatkan skill tersebut.

"Baiklah" kata Zen.

Lalu Zen mulai membayangkan sebuah skill dan mencoba mentrasferkan skillnya.

<Transfer>

Namun anehnya, tidak terjadi sesuatu saat Zen merapalkan skill transfernya itu. Zen lalu mencobanya kembali, namun hasilnya tetap sama. Bahkan dia sudah melakukannya berkali – kali saat ini.

"Ada apa Zen?" tanya Rinko didepannya yang saat ini melihat ekspresi Zen yang aneh itu.

[Bukan begitu cara menggunakan skill itu Kak] kata Irene yang melihat Kakaknya berkali – kali gagal menggunakan skillnya itu.

"Lalu bagaimana caranya Irene?" tanya Zen.

[Pertama, Kakak harus membayangkan skill apa yang akan Kakak transferkan, lalu Kakak mengirimnya bukan dengan sentuhan, namun dengan Ciuman] kata Irene.

"Apa?" tanya Zen.

Hal ini memang sudah direncanakan oleh Irene sebelumnya. Dikarenakan dia tidak mau, skill yang hebat ini akan menjadi bumerang bagi Kakaknya kelak jika sembarangan digunakan kepada siapapun.

"M-Maafkan aku Rinko, tetapi skill ini hanya bisa kugunakan jika aku menciummu"

Chapitre suivant