webnovel

Rahasia Zen

Beberapa jam sebelum Zen dijenguk oleh beberapa wanitanya, Zen mencoba untuk keluar dari ruangannya dan mencoba menjelajahi rumah sakit ini untuk menghilangkan kebosanannya saat ini.

Zen perlahan keluar dan mulai berjalan – jalan. Dari kejauhan dia bisa merasakan beberapa orang mengawasinya. Hal ini sudah biasa, karena saat ini, Zen masih diawasi karena kecurigaan pemerintah pada serangan Rath, yang mencurigai Zen adalah salah satu anggota dari penyerangan itu.

Zen tidak memperdulikan mereka, karena satupun bukti tidak ada yang mengarah kepadanya, jadi dia hanya menunggu hingga mereka bosan untuk menyelidikinya. Zen saat ini berjalan perlahan sambil menyapa beberapa orang yang dirawat dirumah sakit ini.

Setelah puas berkeliling diarea bangsalnya, Zen memutuskan untuk naik kelantai atas dari rumah sakit ini, yang sudah diubah menjadi taman. Setibanya dilantai atas rumah sakit ini, Zen langsung mencari sebuah bangku dan duduk sambil menikmati suasana disini.

"Irene, apakah saat aku meninggalkan dunia ini, aku bisa kembali kesini?" tanya Zen.

[Tentu saja Kak, setelah Kakak memasuki dunia yang lain, Kakak bisa dengan bebas untuk kembali kesini] jawab Irene.

"Walaupun aku belum menyelesaikan misiku didunia itu?" kata Zen.

[Iya Kak, semua dunia yang sudah Kakak selesaikan, bisa Kakak masuki secara bebas] kata Irene.

"Untunglah, berarti aku bisa membawa wanitaku yang bisa mengikutiku, dan membiarkan beberapa yang masih sekolah dan bekerja, berada disini dan aku bisa mengunjungi mereka" kata Zen.

[Maafkan Irene Kak, Irene melarang Kakak membawa mereka kedunia 1.0] kata Irene.

"Kenapa Irene? Bukankah aku bisa membawa mereka kesana?" tanya Zen.

[Benar sekali Kak, Kakak sangat bisa membawa mereka kesana. Namun coba Kakak pikirkan, apakah Kakak mampu melindungi mereka disana? Dunia 1.0 atau 2.0 sangat berbeda dari dunia ini Kak.] kata Irene.

Mendengar perkataan Irene, Zen sempat tertegun sejenak. Zen merasakan perkataan Irene sangat masuk akal saat ini.

"Tapi..." kata Zen terpotong.

[Dengarkan ini Kak, didunia 0 dan 0.5 walaupun Kakak mengeluarkan sebuah api kecil dari ujung jari telunjuk Kakak, Kakak akan dianggap dewa didunia itu karena tidak ada yang bisa melakukannya. Namun didunia 1.0 dan 2.0 walaupun Kakak mengeluarkan api disekujur tubuh Kakak, itu hanya dianggap biasa saja, karena ada orang yang bisa melakukannya] jelas Irene.

[Dan juga, semua wanita Kakak, rata – rata sangat cantik. Apakah Kakak mau jika seorang yang kuat atau berkuasa menggunakan berbagai cara untuk merebut mereka dari Kakak, sedangkan Kakak tidak mampu menjaga mereka saat itu, karena kekuatan Kakak yang masih lemah?] lanjut Irene.

"Lalu, apakah aku harus meninggalkan mereka lagi?" kata Zen yang mulai menunduk mendengar penjelasan dari Irene tersebut.

[Tenanglah Kak, sudah kubilang Kakak bisa kembali kapan saja. Dan juga perbedaan waktu setiap dunia berbeda kecuali dunia dengan tingkat yang sama] kata Irene.

"Apa mahsutmu Irene?" tanya Zen.

[Begini, saat ini Kakak berada didunia 0.5, saat Kakak memasuki dunia 1.0, perbedaan waktunya sebesar 2:1 dan untuk dunia 2.0 akan menjadi 3:1 dan dunia 0 jenjang waktunya akan sama dengan 0.5] kata Irene.

"Jadi jika aku satu jam berada didunia 1.0, maka disini hanya 30 menit dan jika aku didunia 2.0 satu jam, disini hanya 20 menit, begitukan?" kata Zen.

[Yap, namun berbeda dengan domain Kakak Alaska. Alaska memiliki waktu yang netral. Dimanapun dunia Kakak atau orang yang memasuki Alaska berada, waktunya akan sama, mengikuti keberadaan Kakak ataupun orang yang memasukinya] balas Irene.

"Hmm.. baiklah, tetapi aku sangat ingin membawa wanitaku kesana" kata Zen.

[Tenanglah Kak, Irene hanya melarangnya, bukan tidak bisa kesana. Saat Irene menganggap Kakak mampu melindungi mereka, Irene akan mengijinkan Kakak membawa mereka kesana.] kata Irene.

"Lalu kapan itu Irene?" tanya Zen.

[Pastikan status Kakak semuanya menjadi S, lalu kita bicarakannya lagi] kata Irene.

"Baiklah, terima kasih Irene" kata Zen.

.

.

Seminggu kemudian setelah Zen dijenguk. Saat ini dia bersama Asuna, Lisbeth, Yuna dan putrinya sedang membereskan barang – barang Zen, dari ruangan perawatannya ini, dikarenakan hari ini dia diperbolehkan kembali kekediamannya.

Zen sangat senang, karena dia sudah merasa sangat muak dengan kebosanan yang menghampirinya selama beberapa minggu berada dirumah sakit ini. Walaupun dia masih tetap diawasi jika keluar dari rumah sakit ini, tetapi Zen bisa dengan mudah mengelabuhi para orang yang mengawasinya setelah keluar dari sini.

"Apakah sudah semua Zen?" tanya Asuna setelah memasukan semua pakaian Zen kedalam koper yang dibawanya.

"Sepertinya sudah" kata Zen yang saat ini sudah menggendong Yui.

Akhirnya mereka mulai beranjak dari tempat itu. Namun dari kejauhan, terlihat seorang wanita sedang mengamati perjalanan Zen beserta wanitanya meninggalkan tempat ini. Sebenarnya dia ingin mengunjunginya, Namun setelah dia melihat Zen akan pulang, dia memutuskan untuk mengurungkan niatnya tersebut.

Zen terus berjalan hingga mereka tiba diparkiran rumah sakit, dan mereka mulai memasuki mobil Zen dan meninggalkan tempat tersebut lalu kembali pulang.

Keesokan harinya, semua wanita Zen sudah berkumpul disini, termasuk Yuna dan Yui beserta Aki yang sudah dihubungi oleh Zen sebelumnya. Mereka semua sekarang berada di apartemen Zen saat ini.

Zen memutuskan bahwa saat ini, saat yang tepat dia memberitahukan kebenaran dirinya kepada wanitanya. Karena dia akan meninggalkan dunia ini dan menuju dunia selanjutnya. Saat ini Zen sudah duduk didepan mereka dan sedang memangku putrinya saat ini.

"Baiklah, karena semuanya sudah berkumpul, aku akan menjelaskan asal – usulku atau rahasiaku kepada kalian semua" kata Zen.

Mendengar ini, hanya Aki yang penasaran, sedangkan yang lain saat ini sangat bingung dengan perkataan Zen tersebut. Lalu mereka mulai berdiam dan menunggu perkataan Zen selanjutnya.

"Bagaimana jika aku berkata aku bukan dari dunia ini" kata Zen.

"APA?!" teriak mereka semua serentak, kecuali Yui yang masih tenang berada dipangkuan Zen.

"Jangan bercanda Zen" kata Lisbeth dan dibarengi dengan anggukan semua wanita didepannya.

Lalu Zen mengangkat tangan kanannya dan mengaktifkan skill apinya dan membuat tangannya mengeluarkan bara api. Melihat itu semua wanita Zen sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini namun...

"Trik yang bagus Zen, kamu akan menjadi pesulap yang handal" kata Suguha yang menganggap itu adalah sebuah trik sulap.

Mendengar itu Zen menonaktifkan skill apinya pada tangannya dan menatap semua wanitanya saat ini.

"Lalu bisa kamu jelaskan bagaimana aku membawa Yui dari dalam dunia game dengan tubuh manusia?" kata Zen.

Mereka semua kembali berdiam, karena sampai saat ini mereka belum dijelaskan bagaimana Zen membawa Yui kedunia nyata.

"Apa mahsutmu Yui berasal dari dunia game?" tanya Aki, yang tidak mengetahui asal – usul Yui.

"Apakah kamu tahu mengapa aku memintamu untuk mengambil darahku setiap minggu Aki-san?" tanya Zen.

Mendengar itu, Aki tertegun. Semua wanita Zen mulai menatap Aki setelah mendengar hal tersebut dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dengan Zen.

"Darahmu digunakan untuk menciptakan tubuh putrimu itu?" kata Aki.

"Tepat sekali" kata Zen.

"Tunggu, Tunggu, Tunggu.. apa mahsutmu Aki-san dengan Zen mengambil darahnya?" kata Asuna.

"Itu...."

Chapitre suivant