webnovel

Alice?

Zen dan Eugeo berjalan perlahan memasuki tempat ini, dan menuju keseorang ksatria integritas yang sedang menunggu mereka diruangan ini. Zen dan Eugeo perlahan mendekat dan akhirnya mereka bisa melihat sosok dari Ksatria tersebut.

"Aku adalah ksatria intregritas dari gereja Akiom, Alice Synthesis Thirty" kata Ksatria wanita tersebut.

"A-Alice" kata Eugeo yang terkejut setelah melihat wajah teman masa kecilnya tersebut.

Eugeo langsung perlahan berjalan menuju kearah teman masa kecilnya itu, untuk mencoba memastikan bahwa benar orang didepannya memang teman masa kecilnya. Eugeo mencoba maju dan hendak menyentuhnya, namun Alice dengan cepat menghalau Eugeo menggunakan pedangnya hingga tersungkur.

"Jagalah ucapanmu dan tindakanmu, sekali lagi kamu melakukan hal tersebut, aku akan langsung menghilangkan kedua tanganmu itu" kata Alice.

Zen sendiri saat ini hanya menyaksikan drama tersebut dengan santai sambil tersenyum, seakan menikmati tontonan didepannya.

"Dan untukmu, jangan menatapku dengan wajah menjijikanmu itu" kata Alice yang saat ini memperhatikan ekspresi Zen tersebut.

"A-Ah.. B-Baiklah" kata Zen yang terkejut akan tindakan wanita didepannya tersebut.

"Baiklah, Siswa Zen dan Siswa Eugeo, aku menangkap kalian karena tindakan kalian yang melanggar indeks tabu" kata Alice kepada mereka berdua.

Eugeo saat ini sudah bangun dan terkejut dengan tindakan Alice tersebut, karena dia sama sekali tidak mengingat dirinya saat ini. Saat hendak bertanya, Zen menghalangi Eugeo dan menyuruhnya untuk mengikuti alurnya saja.

Lalu mereka berdua mulai diborgol dengan borgol berantai, dan digiring menuju kearah dimana tunggangan Alice berada. Mereka berdua mulai diikatkan dengan kencang pada tungangan tersebut yang merupakan sebuah naga.

Setelah dipastikan ikatan rantai mereka sudah terhubung, Alice bersiap untuk berangkat, namun kedua junior dari Zen dan Eugeo datang dan membawa pedang mereka berdua. Melihat ini Alice langsung mengambil pedang tersebut dan membiarkan kedua wanita itu mengucapkan perkataan perpisahan kepada para tahanannya.

"Zen-senpai, m-maafkan aku karena membuatmu menjadi seperti ini" kata juniornya yang saat ini memeluk erat Zen.

"Tidak apa – apa Renya, bisakah kamu membantuku?" tanya Zen.

"Apa itu Zen-senpai?" tanya Renya.

"Bisakah kamu mengambil secarik kertas pada kantong bajuku, pastikan kau memberikannya kepada Sortiliena Serlut, jika kamu bertemu dengannya" kata Zen.

Mendengar itu, Renya mulai mengambil sesuatu pada kantong baju dari Zen dan menyimpannya dengan baik, dan berjanji kepada Zen untuk memberikannya kepada orang tersebut.

Akhirnya waktu mereka habis, dan Alice mulai menunggangi naganya dan terbang bersama Zen dan Eugeo yang saat ini dirantai dan dibawa pergi dari tempat tersebut.

.

.

Saat ini hari sudah mulai malam, saat ini Zen dan Eugeo sudah berada didalam sebuah penjara, dan saat ini menunggu waktu yang tepat untuk keluar dari tempat ini. Selang beberapa lama setelah dikiranya waktunya sudah tepat, Zen mulai memanggil Eugeo dan menjelaskan rencana mereka kabur dari sini.

Tidak susah Zen untuk menghasut Eugeo, lalu Zen mulai menghancurkan rantai yang mengikat mereka dan akhirnya bersiap keluar dari tempat tersebut. Seperti pada animenya, seorang ksatria intregritas mulai menghadang mereka. Melihat bahwa ada beberapa tahanan kabur, ksatria itu langsung menyerang Zen dan Eugeo.

"Bagaimana ini Zen?" tanya Eugeo.

"Tenanglah, yang bisa kita lakukan sekarang hanya lari dari tempat ini" kata Zen.

Zen bisa menghindari serangan ksatria itu dengan mudah karena kekuatannya, namun tidak dengan Eugeo yang sangat kewalahan menghadapi serangan ksatria tersebut.

Namun selang beberapa lama, Eugeo mulai mengingat ksatria yang dilawannya itu dan membuat ksatria itu seakan merasa kesakitan, akibat Eugeo menjelaskan tentang masa lalu ksatira tersebut. Melihat ini, Zen lalu menyuruh Eugeo untuk segera melarikan diri dari tempat ini.

Namun dari belakang mereka bisa terlihat seorang ksatria intregritas dengan panahnya mulai menghujani mereka dengan anak panahnya. Zen dan Eugeo terus berlari, hingga sebuah suara yang Zen tunggu sedari tadi muncul.

"Sebelah sini" suara seorang wanita lalu muncul sebuah portal didepan mereka.

Tanpa pikir panjang, Zen dan Eugeo memasuki portal itu dan membawa mereka kesebuah ruangan. Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya mereka menoleh dan melihat siapa yang menyelamatkan mereka.

"Terima kasih telah menyelamatkan kami" kata Eugeo kepada wanita tersebut.

Namun wanita tersebut terus menatap Zen, seakan mencari tahu sebenarnya siapa orang tersebut.

"Baiklah, mari ikuti aku" kata wanita itu sambil menghapus pintu yang dia gunakan sebelumnya untuk menjadi portal.

Zen dan Eugeo digiring menuju sebuah tempat yang merupakan sebuah perpustakaan yang sangat besar. Zen dan Eugeo sangat takjub dengan apa yang dilihatnya.

"Baiklah, perkenalkan namaku Cardinal, penjaga perpustakaan ini" kata wanita tersebut dan mendekat kearah Zen dan Eugeo.

Wanita itu atau Cardinal mulai menyuruh mereka mengulurkan tangan mereka dan dia mulai melepaskan rantai yang masih tersemat pada tangan mereka berdua. Lalu Cardinal memperhatikan Eugeo, yang saat ini sangat kotor akibat pertarungannya sebelumnya dan menyuruhnya membersihkan diri.

Setelah melihat Eugeo pergi, Cardinal menatap Zen dengan tajam.

"Siapakah sebenarnya dirimu, penghuni tak terdaftar, Zen? Mengapa sepertinya kamu mengetahui apa yang akan terjadi?" tanya Cardinal.

"Bukankah kamu sudah mengetahui siapakah diriku, Cardinal?" tanya Zen.

"Lalu, apakah kamu sudah mengetahui tentang dunia ini kalau begitu?" tanya Cardinal.

"Tentu, termasuk tentang dirimu yang merupakan salinan dari Sang Pendeta Agung atau Quinella atau Sang Administator" kata Zen.

Mendengar ini, Cardinal menyipitkan matanya, lalu mengajak Zen kesebuah meja untuk melanjutkan pembicaraan mereka berdua.

"Jadi, apakah tujuanmu sebenarnya kedunia ini?" tanya Cardinal.

"Sebenarnya aku dipaksa memasuki tempat ini, oleh orang – orang yang sebenarnya hanya mementingkan keinginan mereka saja. Mungkin aku bisa dibilang seorang pencuri" kata Zen.

"Pencuri? Apa mahsutmu? Apakah kamu adalah salah satu dari empat dewa yang datang kedunia ini dan mengajarkan sesuatu tentang ketamakan dan keegoisan?" tanya Cardinal.

"Sudah kubilang, aku orang yang dipaksa memasuki tempat ini, aku bukan salah satu dari empat dewa tersebut" jawab Zen.

"Lalu apa tujuanmu yang sebenarnya" tanya Cardinal.

"Mungkin tujuanku sama seperti dirimu, yaitu membuat Fluctlight dari dunia ini menjadi kehampaan dan menghapus semua dunia ini" kata Zen.

"Tetapi sepertinya kamu mempunyai rencana lain?" kata Cardinal sambil menyipitkan matanya.

"Sudah kubilang sebelumnya, aku merupakan seorang pencuri." Kata Zen sambil memajukan badannya sedikit sambil tersenyum.

Mendengar hal tersebut, Cardinal sangat mengerti mahsut dari perkataan Zen tersebut.

"Apakah kamu mempunyai rekan untuk melakukan hal tersebut?" tanya Cardinal.

"Hmm.. bisa dibilang seperti itu, namun aku sebenarnya ingin kamu ikut dalam rencanaku ini" kata Zen.

"Hmm... tetapi tergantung dari rencanamu itu Zen, kamu sepertinya sangat tahu tentang diriku, jadi kamu mengertikan apa yang kumau" kata Cardinal.

"Tentu, namun bagaimana denganmu Cardinal? Setelah kamu melakukan semua ini, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Zen.

Mendengar ini, Cardinal mulai merenung, sebenarnya apa yang sebenarnya sangat dia inginkan saat ini, apa yang dia ingin lakukan dan sebagainya.

"Lalu Zen, bisakah aku meminta sesuatu kepadamu saat ini?" kata Cardinal.

"Tentu, katakanlah. Aku pasti akan mewujudkannya" kata Zen.

"Kalau begitu berdirilah" kata Cardinal dan mulai menaiki bangkunya untuk membuatnya sejajar dengan Zen saat ini.

"Mendekatlah" katanya.

Zen lalu mendekat dan saat ini sudah berada tepat didepan wanita tersebut, namun sebelum wanita itu mengatakan hal selanjutnya, Zen sudah memeluk wanita tersebut.

"Ini yang kamu inginkan kan?" kata Zen.

Merasakan pelukan hangat Zen, Cardinal mulai membalas pelukannya dan terlihat air mata mulai jatuh dari matanya saat ini, karena sangat merindukan perasaan nyaman yang sudah lama dia rindukan ini.

"Irene, sekarang"

Chapitre suivant