webnovel

Kencan

Zen saat ini sudah kembali kesebuah asrama dimana dia tinggal setelah memasuki akademi ini. Zen saat ini mulai membuka pintu asramanya dan sudah melihat seseorang berada didalamnya.

"Bagaimana dengan seniormu Zen? Kudengar dia sangat kuat?" tanya Eugeo.

"Yap. Kuat dan sangat Cantik" balas Zen.

Akhirnya mereka mulai mengobrol ringan menceritakan apa yang terjadi hari ini. Zen dan Eugeo saat ini memang menempati asrama yang sama.

Setelah beberapa lama, akhirnya mereka mulai membersihkan diri, dan sekarang mereka mulai belajar sebentar dan mulai beristirahat.

"Irene, bagaimana prosesnya?" tanya Zen.

[Saat ini Irene masih berusaha untuk mengambil alih sepenuhnya, namun karena data yang mereka miliki sangat besar, Irene masih membutuhkan beberapa waktu Kak] kata Irene.

"Apakah mereka mulai mencurigai sesuatu?" tanya Zen.

[Mungkin Kak, namun mereka mungkin tidak mencurigai Kakak sebagai dalangnya] kata Irene.

"Jadi kapan kamu selesai melakukannya Irene?" tanya Zen kemudian.

[Kalau mengambil waktu didunia ini, mungkin sekitar satu tahun lagi, dan ditambah untuk kesembuhan Kakak mungkin totalnya membutuhkan satu setengah tahun] jawab Irene.

"Satu setengah tahun ya, mungkin aku harus mempercepat rencana Eugeo kalau begitu" kata Zen.

[Ya, sebaiknya Kakak membuat Eugeo melanggar indeks tabu terlebih dahulu] kata Irene.

Zen mulai berfikir sejenak, bagaimana membuat Eugeo melanggar indeks tabu agar rencananya akan berjalan. Namun Zen mengingat jika didalam animenya, Eugeo melanggar indeks tabu saat menyelamatkan juniornya.

"Hm.. bagaimana kalau membuatnya jatuh cinta kepada seseorang" gumam Zen.

[Rencana Sirambut Merah?] kata Irene.

"Ya, Sirambut Merah" kata Zen sambil tersenyum.

Keesokan harinya, Zen dan Eugeo sudah beraktifitas sepeti biasa. Mereka sekarang akan pergi kekelas untuk menghadiri kelas teori. Lalu setelah selesai mereka kembali menemui senior mereka untuk diajari dan mendapatkan beberapa tugas.

Begitulah hari – hari yang dilewati oleh Zen dan sekarang merupakan hari yang ditunggu, karena hari ini Zen akan menjalani kencannya dengan seniornya saat ini. Zen dan Rina saat ini hubungan mereka mulai dekat, dan mulai tidak canggung seperti Rika mengajari Zen untuk pertama kali, karena mengingat kejadian duel sebelumnya.

Namun bukan Zen yang diminta untuk diajari, malah Rina yang saat ini antusias meminta Zen mengajarinya beberapa tehnik pedang yang Zen lakukan. Zen memang sering menunjukan tehnik pedang yang dia ketahui dari dua game sebelumnya, dan itu membuat Rina sangat ingin mempelajarinya.

Hari sudah mulai siang, Zen saat ini sudah rapi dengan pakaian kasualnya dan sedang bercermin untuk menyempurnakan penampilannya.

"Kau akan kemana Zen?" kata Eugeo yang saat ini mulai bangun.

"Aku ada kencan hari ini" balas Zen.

"Kencan?!" kata Eugeo yang terkaget.

"Yap, kalau begitu sampai jumpa, dan jangan lupa membersihkan kamar, karena kamu yang bangun kesiangan" kata Zen sambil meninggalkan Kamar tersebut dan membawa sebuah benda yang dibungkus sebuah kain. Sedangkan Eugeo sendiri saat ini masih terpana dengan apa yang didengarnya tadi.

Zen saat ini sudah menuju ketempat dimana dia dan Rina sudah memutuskan untuk bertemu. Zen yang tiba duluan, saat ini mulai duduk diepan air mancur tempat pertemuan mereka, sambil menunggu kedatangan seniornya.

Namun dia dikejutkan dengan seorang wanita yang ditunggunya itu, karena terpana akan penampilan seniornya tersebut yang sangat berbeda dengan saat dia berada diakademi.

"Kamu terlihat sangat berbeda Rina-senpai" kata Zen.

"Benarkah? Lalu benda apa yang kamu bawa itu Zen?" tanya Rina yang melihat sebuah benda panjang yang dibungkus oleh kain cokelat.

"Ah.. ini bahan untuk pedangku kelak, mungkin aku akan meminta Rina-senpai untuk mengantarkan aku ketempat pandai besi bagus untuk membuatnya" kata Zen.

"Hmm.. baiklah, aku akan mengantarkanmu kesebuah pandai besi yang bagus" kata Rina.

Akhirnya mereka berdua menuju kesebuah pandai besi kepercayaan dari keluarga Serlut, keluarga dari Rina. Tanpa pikir panjang, Rina langsung memasuki tempat itu.

"Halo Rina, apa yang membuatmu datang ketempatku?" kata seorang pria paru baya dibalik konter dari toko ini.

"Aku mengantarkan juniorku Paman. Dia bilang dia ingin dibuatkan pedang" kata Rina.

"Halo perkenalkan aku Zen, junior dari Rina-senpai" kata Zen sambil membungkuk.

"Baiklah, kamu memesan pedang seperti apa?" tanya pria tersebut.

Mendengar ini Zen mulai meletakan benda yang sedari tadi dia bawa dan menaruhnya diatas konter, dimana pria paru baya itu berada dibaliknya. Zen perlahan mulai membuka bungkusan kain dan memunculkan sebuah batang pohon.

"Kamu ingin aku membuatkan pedang dengan benda ini?" kata pria itu.

"Iya Paman, ini merupakan batang dari pohon iblis" kata Zen.

"Pohon iblis ya.. menarik. Baiklah, aku akan membuatkannya untukmu" kata pria tersebut.

"Baiklah, terima kasih Paman" kata Zen.

Lalu akhirnya setelah Zen memberitahu tentang pedang yang dia inginkan, dia bersama Rina akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kencan mereka.

Saat ini mereka berdua sudah berada keluar dari toko tersebut, Rina ingin menanyai kemana Zen ingin pergi, namun dia dikejutkan dengan sebuah tangan mulai meraih tangannya saat ini.

"Bukankah kalau berkencan kita harus berpegangan tangan?" kata Zen setelah melihat ekspresi terkejut dari Rina tersebut.

"B-Baiklah, lalu kita akan kemana" balas Rina yang saat ini mulai menenangkan dirinya.

Mereka berdua mulai berjalan berdampingan dengan tangan mereka berdua saling disatukan dan mulai menikmati kencan mereka hari ini. Zen mulai mengajak Rina menuju kebeberapa tempat yang menarik dan mereka mulai menikmati momen ini bersama.

Sudah tengah hari, saat ini Zen dan Rina sudah berada disebuah tempat makan dan sudah duduk bersebrangan sambil menikmati santapan siang mereka. Setelah selesai, Zen akhirnya melanjutkan perjalanan mereka untuk pergi kebeberapa pertunjukan.

Akhirnya saat ini mereka berada disebuah bangku disebuah taman sambil memandang pemandangan didepan mereka saat ini.

"Terima kasih untuk hari ini Zen" kata Rina yang saat ini merasa senang, berdua bersama melalui hari ini bersama Zen.

"Baiklah, bagaimana jika aku mengajak Rina-senpai berkencan kembali" kata Zen.

Mendengar ini Rina sangat senang, namun saat ini raut wajahnya mulai berubah karena sesuatu yang mengganjal hatinya saat ini.

"Mungkin ini yang terakhir kita bisa berduaan seperti ini Zen" kata Rina.

"Mengapa Rina-senpai?" tanya Zen.

"Kau tahu, jika kita melanjutkan ini, mungkin aku akan susah melepaskan dirimu. Kamu tahu aku merupakan putri seorang bangsawan. Walaupun peringkat bangsawanku rendah, tetapi aku tetap bangsawan. Dan kami tidak bisa sembarang menjalani suatu hubungan" kata Rina sambil menunduk.

"Namun bagaimana jika aku mengikuti turnamen persatuan empat kerajaan?" kata Zen.

Mendengar ini mata Rina mulai melebar karena mengerti mahsut perkataan Zen tersebut.

"Benarkah?" kata Rina.

"Yap, tetapi bisakah kamu berjanji padaku untuk menungguku apapun yang terjadi padaku" kata Zen.

"Apa mahsutmu Zen?" tanya Rina.

"Berjanjilah" kata Zen sambil meraih bahu Rina dan menatapnya hangat.

"B-Baiklah Zen" kata Rina.

Mendengar ini Zen hanya tersenyum dan dia mulai mendekatkan wajahnya kearah Rina, dan akhirnya mereka menyatukan bibir mereka sebagai tanda dimana cinta mereka bermula.

Chapitre suivant