webnovel

A Stalker?

Todoroki Shouto mempunyai rahasia. Rahasia tentang dirinya yang sebenarnya adalah seorang perempuan. Meskipun rahasia yang ia simpan bukanlah sesuatu yang besar, tapi tetap saja ia tak pernah ingin mengungkapkannya.

Jujur saja, Todoroki Shouto membenci dirinya yang seorang perempuan. Terlalu lemah dan tak berdaya.

Bukannya Shouto mencap jika seorang perempuan itu lemah dan tak berdaya. Ia juga sama sekali tidak ada niatan untuk merendahkan martabat kaum perempuan, karena Shouto juga tau jika perempuan itu sama sekali tidaklah lemah dan tak berdaya. Buktinya saja, sudah banyak super hero super hero yang bergenderkan perempuan yang tak kalah hebat dari hero pria.

Walaupun ia mengetahui jelas akan hal itu, Shouto tetap saja tidak bisa menerima kenyataan tentang dirinya yang seorang perempuan. Kenangan buruk di masa lalu membuatnya membenci eksistensi Shouto 'si gadis kecil' tak berdaya. Sosok lemah yang hanya bisa melihat orang-orang yang ia sayangi disakiti dalam diam tanpa dapat melakukan apapun. Sekalipun kini ia sudah mulai bisa meninggalkan masa lalunya dan beranjak maju, tapi ia tetap saja tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Tak peduli dengan kenyataan jika saat itu ia masih kecil yang memang pada dasarnya lemah, tapi itu tak dapat menghentikannya untuk mengutuk dirinya sendiri.

Meskipun seandainya ia bisa memaafkan masa lalunya pun, Shouto sama sekali tidak berniat untuk membongkar rahasia yang selama ini ia simpan. Kejadian di masa lalu membuatnya trauma. Ia takut jika seandainya dirinya kembali menjadi seorang perempuan, hal yang sama akan terulang kembali. Tak peduli apapun yang terjadi, Shouto tidak akan pernah mengungkapkan identitas gendernya, meskipun itu kepada sehabatnya sendiri.

Namun bak kata pepatah 「Angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam」, tak peduli seberapa rapat dan hati-hatinya ia dalam menyembunyikan rahasianya, tetap saja akan ada orang yang mengetahuinya.

Sang Penguntitnya.

Todoroki Shouto sama sekali tidak pernah menyangka jika dirinya memiliki stalker. Dirinya tau akan eksistensi penguntitnya itu saat sekotak susu stroberi berada apik di atas mejanya. Dirinya tidak terlalu memikirkan hal itu, ia kira susu itu pemberian dari temannya yang mendengar keluhannya mengenai stok susu stroberi yang habis. Dan semenjak saat itulah di atas mejanya kerap kali terdapat benda-benda yang selalu ia butuhkan. Seperti alat tulis saat ia lupa membawanya, plester saat ia terluka, buku catatan saat ia ketinggalan pelajaran dan sebagainya. Meskipun ia sangat bersyukur kepada siapa saja yang telah menolongnya, tapi hal itu malah membuat dirinya merasa tidak nyaman saat tau jika ada orang yang selalu memperhatikannya, terlebih dengan rahasia yang ia bawa. Dan seolah merasakan kegelisahannya, benda-benda yang selalu nangkring di atas mejanya berhenti berdatangan.

Walaupun kini dirinya tak lagi menerima 'hadiah' dari sang penguntit, tetap saja ia tidak bisa menurunkan kewaspadaannya. Meski tanpa ada bukti yang konkret, tapi Shouto yakin kalau sang penguntitnya itu tau akan rahasianya. Shouto membaca artikel-artikel di internet bahwa stalker itu selalu memperhatikan, mengikuti, bahkan yang paling ekstrimnya menghubungi dan mengoleksi barang-barang yang dipakai oleh targetnya. Dan melihat bagaimana sang stalker-nya sangat memperhatikannya sampai mengetahui kegelisahannya, bukan hal yang tidak mungkin jika orang itu mengetahui rahasianya.

Berbekal rasa takut akan rahasianya yang terbongkar ―dan juga keselamatannya―, Shouto memberanikan diri untuk curhat ke teman-temannya perihal sang stalker itu. Dan hasilnya seperti yang sudah ia kira, mereka menyuruhku untuk mengonsultasikan ke Aizawa-sensei. Well, bukannya ia tidak pernah terpikirkan akan hal itu, tapi dirinya hanya tidak ingin memperbesar masalah serta Shouto merasa takut jika ia melaporkannya ke pihak sekolah rahasia yang ia simpan selama ini akan bocor. Itulah sebabnya ia menolak saran teman-temannya itu dengan dalih tidak ingin memperbesar masalah―meskipun itu benar―. Lagian ia sudah tidak menerima apa-apa lagi dari sang penguntit setelah itu, sehingga dirinya merasa sedikit lebih aman. Setelah mendengar penjelasannya itu, teman-temannya tak lagi menyuruhnya untuk melaporkannya, mereka justru menawarkan diri untuk membantunya dan mengawasi keadaan di sekitar dirinya. Well, dirinya sama sekali tidak memiliki alasan untuk menolak bantuan teman-temannya, selain itu akan lebih aman bagi dirinya jika ada orang-orang yang dapat ia andalkan di situasinya yang sekarang ini.

Sebenarnya ada hal yang tidak ia sampaikan pada teman-temannya perihal sang stalkernya itu, tentang kemungkinan jika orang itu berada di kelas mereka. Bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu, mengingat hal-hal yang diberikan oleh sang stalker berhubungan dengan apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itulah Shouto berasumsi jika pelakunya adalah orang yang berada di kelas yang sama. Memang ada juga kemungkinan jika penguntitnya itu adalah orang yang memiliki kekuatan yang dapat mengetahui semua yang terjadi pada dirinya, tapi Shouto berharap jika pelakunya bukanlah orang yang seperti itu, karena hal itu lebih menyeramkan dari pada seorang stalker.

Jujur saja, saat pertama kali ia menyadari kenyataan itu, Shouto juga sempat mencurigai teman-temannya. Tapi setelah dirinya melihat ekspresi mereka yang murni menyiratkan rasa kekhawatiran mereka padanya, Shouto langsung mengenyahkan pemikiran itu. Shouto merasa lega karena pelaku penguntitan bukanlah salah satu teman terdekatnya. Ia tidak mau selamanya menyimpan rasa curiga terhadap orang-orang yang telah bersedia menjadi teman dari seorang Todoroki Shouto ini. Dan ia bersyukur sudah memberanikan diri untuk memberitahukan masalah ini pada teman-temannya. Karena sekarang, bila sang stalker melakukan sesuatu lagi, dirinya bisa meminta bantuan pada teman-teman yang akan siap membantunya.

Chapitre suivant