webnovel

23. Percakapan

Kata-kata yang penuh dengan kepercayadirian dan dominasi itu mengalun dengan jelas. Masuk ke indra pendengar masing-masing dan sukses membuat semua orang terpana.

Woah … benar-benar wanita yang tegas. Leo diam-diam mengagumi, tetapi sosok penyihir yang duduk di sampingnya memucat. Menelan liur paksa dan berkeringat dingin mendengar peringatan ras Elf tersebut.

"Pantas saja mereka bilang, lebih baik lulus dari Kelas Alkimia Lanjutan, baru memasuki kelas ini," Bastian bergumam, sepasang netra masih menatap ke depan. Tanpa sadar, sosok itu menelan liur paksa. "Tidak akan ada kesempatan untuk yang keempat kalinya."

Leo melirik, tetapi tidak menanggapi. Sosok yang berada di atas podium kembali berbicara.

"Aku akan memberikan waktu 1 menit untuk pengecekan bahan, 10 menit untuk penjelasan dan kalian memiliki sisa waktu 2 jam untuk menyelesaikan tugas. Bila lebih dari itu, dianggap gagal, bila telah selesai sebelum waktu yang kuberikan dan hasilnya tidak bagus, kuanggap gagal. Nah, selama 120 menit, kalian diperbolehkan untuk terus melakukan kesalahan dan diberikan kesempatan mengulang sampai berhasil."

Senyuman memudar, sepasang netra nila menatap sekitarnya dengan tajam.

"Ada dua kondisi di mana aku akan memeriksa hasil kalian. Yaitu saat waktu habis dan kalian telah selesai, atau saat kalian mengangkat tangan sebelum waktu habis dan yakin dengan hasil kalian. Ingatlah, bila kunyatakan kalian gagal, kalian harus mengulang kembali minggu depan, atau tidak pernah kembali lagi di kelas ini. Jadi, bagi kalian yang telah menyelesaikan sebelum 2 jam, kuharap untuk berpikir dua kali sebelum mengangkat tangan."

Jeda selama beberapa detik, tidak ada yang bersuara kembali. Semua orang fokus untuk menatap guru yang berada di atas podium.

"Nah, keluarkan semua bahan dan tungku kalian," saat sosok itu memerintahkan, meja yang semula kosong, kini berisi 3 bahan dan sebuah tungku. Layar hitam yang berada di atas podium kini bersinar, memperbesar apa yang berada di atas meja podium.

"Saya akan mempraktekkan sekali. Jadi, kalian harus memperhatikannya dengan baik. Lalu, setelah saya selesai, kalian diperbolehkan bertanya. Namun waktu tanya jawab hanya 10 menit. Setelah itu, kalian harus mulai melakukan pekerjaan kalian. Memeriksa bahan dan alat kalian masing-masing selama satu menit, lalu mulai peraktek."

Jeda beberapa detik, senyuman tipis mengembang. "Nah, apakah semua mengerti?"

"Mengerti .. "

"Mengerti Guru … "

"Mengerti … ."

Suara yang terdengar saling sahut menyahut. Kecil, penuh dengan keraguan.

Senyuman wanita Elf semakin mengembang. "Ku Ulangi sekali lagi … ," senyumannya memudar. "APAKAH KALIAN MENGERTI?!"

Semua orang di dalam ruangan membeku, sebelum akhirnya di dalam detik berikutnya menjawab dengan kompak dan serentak.

"MENGERTI"

Akhirnya, Elf Wanita itu puas. Ia kembali tersenyum, lalu mulai fokus dengan pembelajaran. Layar di atas podium memamerkan 3 bahan yang berada di atas meja. Seiring dengan itu, suara sang guru kembali menggema.

"13 lembar daun Embun, 8 cangkang Rio dan selembar kelopak bunga salju," Elf wanita menyebutkan ketiga bahan yang masing-masing telah berada di dalam mangkuk. Ketiga bahan telah diolah. Daun embun dalam keadaan menguning, kering, tetapi tetap utuh. Cangkang rio dalam bentuk bubuk berwarna ungu dan kelopak bunga salju hanyalah selembar kelopak berukuran sekecil ibu jari dengan warna seputih salju.

Memiliki ketiga bahan sangat mudah, tetapi mengolahnya menjadi sebuah obat tidak bisa dilakukan dengan mudah. Masing-masing bahan memiliki karakter dan elemen yang berbeda, membuat pencampuran akan sangat sulit.

Karenanya, sosok cantik mulai mempraktekkan dengan perlahan seraya menjelaskan.

Menempelkan sebelah tangan di atas tungku kaca berwarna biru air, secara bertahap untaian jiwa terlihat berputar dan memadat di dalam tungku. Setelah menunggu beberapa detik, Elf Ungu memasukkan secara perlahan daun embun. Satu persatu, dengan sabar memproses daun sebelum akhirnya memasukkan cangkang Rio dan Kelopak Bunga Salju.

Setiap tahapan terlihat sederhana, tetapi semua yang menonton sudah mengerutkan alis dan terlihat tidak sabar untuk bertanya. Semua langkah dan proses dilakukan sambil dijelaskan, tetapi tetap akan ada beberapa tempat yang masih belum dimengerti. Jadi, begitu Elf cantik selesai melakukan alkimia dan membuka sesi tanya jawab, begitu banyak tangan yang terangkat.

Elf Ungu hanya memilih 5 orang, Kelima pertanyaan berbeda. Mempertanyakan proses sebelum memasukkan Cangkang Rio dan bagaimana mengendalikan energi jiwa agar tetap memisahkan daun embun dan cangkang rio sebelum menyatukan keduanya. Daun Embun merupakan elemen air, cangkang rio elemen api dan Bunga Salju merupakan elemen es.

Elemen Es dan Air tentu saja tidak akan saling bertentangan, tetapi untuk api, itu akan berbeda. Di antara ketiga elemen, harus hanya satu elemen yang mendominasi agar Alkimia bisa sukses.

Untuk mereka yang berada di bawah level 2, hal ini cenderung sulit.

Leo melirik ke arah Bastian yang mulai berkonsentrasi untuk membuat Pilnya. Mereka sudah diperintahkan untuk membuat Pil mereka dan melihat dari ekspresi semua orang, Obat Kulit terlihat sulit, karenanya Leo akan lebih memperlambat …

Berarti ia harus ekstra hati-hati agar tungkunya tidak pecah.

Leo menatap tungkunya, lalu secara bertahap mulai berkonsentrasi mengendalikan jiwanya agar lebih halus.

Sebenarnya, hanya 2 elemen yang berbeda dan keduanya harus menjadi satu kesatuan yang saling mengisi. Hal ini, tentu saja bukan sesuatu yang mustahil. Kunci utamanya adalah pengendalian jiwa untuk mengunci setiap elemen dan menyimpan mereka sampai saat ramuan atau pil dipergunakan. Bagaimanapun, konsep memudarkan salah satu elemen untuk menyempurnakan pil adalah sebuah kesalahan besar. Hal inilah, yang justru menurunkan manfaat maksimal dari pil itu sendiri.

Leo memiliki 4 murid eksklusif yang masing-masing merupakan seorang Penyihir, Kesatria dan Zero. Namun bukan berarti Leo tidak pernah membuka sebuah kelas untuk banyak orang. Ia pernah melakukannya dan hal pertama yang Penyihir tua ini perintahkan adalah 'Mengenali setiap elemen pada bahan'. Para Penyihir dilarang melakukan Alkimia bila mereka belum memahami masing-masing elemen dan tidak bisa mengikat setiap elemen yang berbeda dengan kekuatan jiwa mereka.

Leo melompat langsung mendapatkan dua sertifikat, jadi ia tidak tahu apakah Penyihir-Penyihir muda ini belajar cara mengendalikan jiwa untuk setiap elemen di sana? Karenanya, sambil berkonsentrasi dengan Pil yang akan dibuat, remaja perak turut memperhatikan sekitarnya.

Beruntung, hampir semua Penyihir yang berada di dalam ruangan, mampu untuk mengendalikan satu elemen. Namun sayangnya, lebih dari setengah ruangan terlihat sulit untuk memegang dua elemen sekaligus di dalam tungku mereka. Beberapa ledakan kecil terdengar, diiringi teriakan karena kegagalan Alkimia.

Tentu saja Academy cukup canggih. Saat ledakan terjadi, lapisan pelindung langsung terbentuk hingga tidak akan melukai penyihir di sekitarnya. Namun suara yang tercipta jelas mengganggu. Membuat satu persatu, kuali beberapa Penyihir mulai meledak dan menimbulkan suara gaduh.

Ruangan besar yang semula hening, dalam 15 menit mulai sering mengeluarkan suara ledakan dan aroma gosong.

Leo berkeringat dingin.

Ini tungku terakhirnya! Sungguh, Penyihir perak mulai melihat beberapa retakan tipis pada tungku karena tidak tahan menahan energi jiwanya! Oh, apakah ia harus mempercepat? Namun, apakah itu tidak akan mencolok? Leo bimbang selama beberapa detik sebelum akhirnya, dengan pasrah …. menghela napas.

oh, sudahlah.

DAR!

Suara ledakan kali ini lebih besar. Sukses membuat semua penyihir refleks menoleh--terputus dari konsentrasi mereka dan memandang luar biasa kepada gumpalan asap yang terkurung di dalam bola transparan yang merupakan pelindung. Sementara remaja perak yang tungkunya meledak, hanya membeku kaku. Menatap syock ke arah tungkunya seolah tidak percaya apa yang terjadi.

Sepasang netra emas membola sempurna. Ekspresi syock jelas tercetak di wajah yang masih menyimpan banyak lemak bayi di pipinya. Beberapa orang mengerutkan alis, menggelengkan kepala, lalu kembali berkonsentrasi. Mengabaikan ledakan besar yang cenderung mengganggu konsentrasi.

"Mungil … ," Bastian menelan liur paksa. Menatap bola pelindung yang jelas jauh lebih kuat. Sekilas, ia bisa melihat ada kekuatan jiwa yang turut menekan ledakan. Karena ia berada tepat di samping si perak, Pangeran Negeri Yuron jelas tahu bahwa yang meledak bukan bahannya, tetapi tungku si Naga Kecil.

"Kau … kau meledakkan tungkumu?"

Ledakan tungku bukan sesuatu yang bisa ditahan oleh mekanisme perlindungan ruangan. Ada batas untuk pelindung yang dipasang di ruangan ini. Sebagai sosok yang bertahun-tahun berada di Academy Ruby, si raven pernah sekali melihat ledakan tungku dan efek yang diberikannya terlalu besar ….

Akibat dari ledakan tungku, beberapa Penyihir bukan hanya terkena luka bakar, tetapi juga racun dari sisa bahan alkimia yang menyebar di udara. Tentu saja, kecuali semua bahan aman dan tidak memiliki efek berbahaya di tubuh, tidak akan menjadi masalah. Namun kebetulan, tungku yang meledak tengah mengelola salah satu tanaman beracun dan hal ini menyebabkan 2 Penyihir meninggal di tempat.

Itu adalah seseorang yang tungkunya meledak dan seorang Penyihir lain yang kebetulan berada di samping Penyihir itu.

Bastian menelan liur paksa. Sepasang netra menatap pelindung yang begitu kuat melindungi terjadinya kebocoran bahan dan ledakan. O-oh … entah bagaimana Pemuda Arya ini benar-benar bersyukur karena seorang An Cosmos sangat menyayangi Putranya. Bila tidak … tidak mungkin Naga Perak itu bahkan memberikan alat sihir pelindung super kuat yang mampu menahan ledakan ini kan?

"Kau tidak apa-apa?" Suara lain terdengar. Sosok Naga Biru itu menggeser duduknya, mendekati sosok perak dan memperhatikan remaja An yang masih diam--terlihat terlalu syock dengan apa yang terjadi. "Apakah ada yang terluka? Atau sakit?"

Sepasang iris emas berkedip, lalu beberapa detik kemudian, alisnya terpaut. "Aku … baik-baik saja," remaja An mengerucutkan bibirnya. "Bisakah kita membeli tungku dan bahan? Atau … aku sudah masuk ke dalam diskualifikasi?"

Alis Merci terpaut mendengarnya. Sepasang netra emas menatap adik Naganya dengan seksama, memastikan memang tidak ada yang terluka selain kekagetan yang sempat si kecil rasakan, lalu menatap pelindung yang masih aktif dan terlihat mencoba menekan asap kecil yang berterbangan di dalamnya.

"Ayahmu sangat menyayangimu," Merci tidak tahan untuk tidak mengatakannya. Pelindung yang sangat kuat, mampu melindungi tuannya dari ledakan tungku. Naga Biru ini belum pernah melihat alat sihir yang begitu kuat seperti ini.

Leo canggung mendengarnya. Oh, ia sudah terbiasa dengan ledakan yang kuat ketika melakukan Alkimia atau membuat Alat Sihir. Lagi pula, semua percobaannya lebih sering gagal ketimbang berhasil. Karena itu, refleksnya sangat bagus dan tahu kapan harus membentuk pelindung dari kekuatan jiwa. Terlebih, yang meledak hanya lah Tungku level rendah, dengan level 4 puncak, ledakan kecil ini masih bisa ditahan.

Namun jelas, semua orang salah paham bahwa ia memiliki Alat Sihir Pelindung yang kuat, bukan refleks membentuk pelindung dari kekuatan jiwa sendiri. Hal ini membuat Leo merasa aneh. Sungguh, apakah Academy tidak mengajarkan bahwa kekuatan jiwa bukan hanya sebagai media perekat energi tetapi juga dapat dibentuk tergantung kekuatan Level?

"Tungkumu meledak?" baik Merci maupun Leo sama-sama menoleh saat suara wanita Elf terdengar di samping mereka. Sosok cantik itu berdiri di ujung meja, menatap pelindung yang semakin lama semakin mengecil seiringi dengan serbuk bahan yang ditekan.

"Ya," Leo mengangguk. "Bisakah aku membeli tungku baru dan bahan baru? Bukankah … kami masih memiliki waktu lebih dari 1 jam?" Remaja perak itu ragu-ragu, menatap sosok Elf Ungu yang berdiri menjulang.

Sepasang netra nila menatap ke atas meja, lalu menatap ke arah sosok perak yang memiliki iris emas dengan pupil vertikal.

Elf ungu tidak langsung menjawab. Ia memperhatikan remaja An selama beberapa detik, sebelum akhirnya tersenyum. "Tentu, selama kau bisa mendapatkannya kurang dari 1 jam 29 menit, kau tidak akan didiskualifikasi."

Sosok perak itu tersenyum mendengarnya. "Terima kasih."

Elf Ungu hanya tersenyum, lalu memalingkan wajah dan berjalan ke meja yang lain untuk memperhatikan para Penyihir yang kembali berkonsentrasi dengan Alkimia mereka.

Tanpa ragu, sepasang iris emas itu langsung menatap Bastian yang sejak tadi terdiam.

Melihat tatapannya, sosok raven itu langsung mengerti. "Oh, kau ingin aku mencari tungku?"

"Juga bahan, bukan cuma Tungku."

"Aku masih punya bahan," Bastian tersenyum lima jari. Dengan murah hati mengeluarkan bahan yang diperlukan Leo ke atas meja dari dalam Kantung Ruangnya. "Aku masih menyimpan banyak. Tetapi untuk tungku, biar kuhubungi temanku dulu."

Setelah kata-kata itu jatuh, si raven langsung membuka asisten. Jemari pucatnya menari di atas layar transparan tetapi mulutnya tidak henti untuk berbicara. "Saranku, karena sudah mencapai level 3, kenapa tidak membeli Tungku Level Menengah? Tungku Level Rendah biasanya untuk Penyihir level 0 sampai 2, bukan level 3. Tetapi selama kau masih mau memakai level rendah juga tidak apa-apa selama penggunaannya tidak--oh, temanku ada Tungku level Rendah dan Menengah, mau membeli yang mana?"

Bastian menoleh, menatap remaja perak yang sejak tadi diam.

"Berapa harga keduanya?"

Mendengar pertanyaan itu, Bastian agak meringis. "Level Rendah harganya 100 koin emas, Level Menengah 150 koin emas," jawabnya. "Bila tidak membawa uang, aku bisa meminjamkanmu."

100 koin emas. Meski tahu bahwa Leo kaya, Bastian agak ragu remaja ini diberikan uang jajan sebanyak itu oleh Papanya.

"Biar aku yang bayar," Merci mendadak buka suara. "Pesankan saja Tungku Level Menengah."

Leo menoleh, menatap Naga Biru dengan bingung. "Kenapa kau yang membayar?" jelas bahwa dirinya lah yang ditemani untuk berkeliling, kenapa sekarang Naga Kecil ini mentraktirnya?

Merci menatap remaja mungil itu selama beberapa detik, lalu mengulurkan tangan. Namun sebelum tangan itu menyentuh kepalanya, Leo menghindar. Tidak mau kepalanya asal disentuh. Hal ini membuat Naga Biru agak kesal, tetapi tidak memaksa. Ia kembali menarik tangannya.

Tanpa menjawab pertanyaan Leo, Sulung Diandra menatap ke arah Bastian. "Pesankan sekarang, pinta dia membawanya ke sini secepat mungkin."

Sepasang netra merah berkedip, lalu berkilau penuh dengan rasa takjub. "Wow, Kakak, kau benar-benar kaya!" Bastian terkekeh, lalu kembali menghadap asisten dan mengetik di layar. "Aku akan menuruti permintaanmu!"

Leo tidak menolak sama sekali tentang traktiran ini. Ia tidak perlu keluar uang. Lagi pula yang mentraktir adalah keturunan Rika. Jadi, remaja perak itu tersenyum, menatap Merci dengan mata emasnya yang bulat dan dengan suara yang menyenangkan, mengucapkan "Terima Kasih."

Merci berkedip, lalu mendadak merasa kesal. Tangannya gatal ingin mengusap kepala perak yang terlihat lembut itu ... oh, sayang sekali. Si empunya kepala jelas tidak mengizinkan.

Urusan perdagangan Merci dan Bastian hanya dilakukan selama beberapa menit. Setelah selesai, remaja raven dengan panik kembali melakukan Alkimia. Bagaimanapun, Pangeran Yuron memasuki kelas untuk mendapatkan sertifikat, karenanya, ia juga harus serius dan menyelesaikan tugas dengan baik.

Selama menunggu, Leo Tidak berniat mengobrol dengan Merci. Bagaimanapun, selain sesekali mendengar suara ledakan, ruangan ini sunyi. Tidak ada yang berniat mengobrol, jadi keduanya tidak saling bertukar kata kembali hingga barang yang diinginkan si perak akhirnya datang.

Leo tidak ragu untuk memulai kembali melakukan Alkimia. Kali ini, Leo bisa merasakan perubahan halus tungku level menengah miliknya. Yah … memang berbeda. Benda ini lebih tebal, sedikit lebih kuat. Karena itu, si perak masih harus berhati-hati. Namun remaja perak masih melakukan alkimia dengan lamban. Tidak terburu-buru sama sekali.

Karenanya, ketika Leo selesai, ia bukanlah yang pertama, tetapi juga bukan yang terakhir. Remaja An selesai tepat 20 menit setelah Bastian mengangkat tangannya dan menyatakan selesai. Senyuman si raven tidak henti mengembang saat Guru Elf mendekat dan menyatakan bahwa dirinya lulus. Karenanya, ketika Leo selesai dan melangkah keluar dari dalam ruangan, ras campuran itu melompat keluar, menatap si perak dengan sepasang iris merah yang berkilau cerah.

"Apakah berhasil?"

Leo berkedip, menatap keceriaan dan antusiasme Bastian dengan bingung. Namun, sosok itu tetap menjawabnya. "Berhasil."

"Sudah kuduga!" senyuman Bastian semakin mengembang. Dengan akrab ia merangkul Penyihir yang lebih kecil. "Aku tahu, Mungilku yang imut ini pasti akan lulus!"

Sebelum Leo melepaskan diri, mendadak ia merasa lengannya ditarik hingga lepas dari rangkulan pemuda Arya.

"Ah?" Sepasang netra emas berkedip, mendongak dan menatap bingung ke sosok yang jauh lebih tinggi. Remaja Diandra tepat di belakangnya, membuat punggung Leo menabrak dada sang Naga Biru.

"Sudah larut, kami harus pergi," Merci melepaskan cengkramannya. Sepasang netra emas menatap ke arah Bastian. Nadanya dingin dan tidak bersahabat. Seolah-olah mendadak, Naga Muda ini dalam suasana hati yang buruk.

"Sangat cepat?" Bastian benar-benar mengabaikan nada dingin Naga Biru itu. Sepasang netra merah menatap Leo penuh harap. "Hey, aku mengetahui beberapa hal, bagaimana bila aku menginap di asramamu? Aku bisa--"

"Tidak bisa," Merci menyela. Sepasang netra emas menatap kesal ke arah Bastian. "Kami harus pulang, jangan mengganggu--"

"Tunggu, tunggu, tunggu," Bastian menyela. "Aku bertanya dengan si Mungil, bukan denganmu, Tuan Kaya!" remaja raven mulai kesal. "Setidaknya, biarkan Mungilku yang lucu yang menjawab, bukan kau!"

Leo memutar bola matanya. Oh, permainan kekanakan macam apa ini? Melihat Bastian dan Merci sepertinya akan berperang dengan masalah yang tidak jelas, Leo memilih berjalan di lorong. Mengabaikan kedua kubu yang bersiap perang mulut.

"Eh? Mungil, tunggu aku!" Bastian terkejut. Tanpa ragu langsung berlari menyusul Leo yang seenaknya pergi. Merci turut mengekori. Melangkah cepat hingga bisa berjalan beriringan dengan si perak.

"Hey, Mungil, kita sama-sama mendapatkan sertifikat untuk Obat Kulit, bagaimana bila kita bekerja sama untuk menjual pilnya? Aku memiliki beberapa kenalan untuk menjual pil! Harga yang ditawarkan dijamin bagus!" Bastian tanpa ragu kembali membuka percakapan. Ketiga sosok berjubah berjalan di lorong batu yang lebar. Jendela-jendela besar memenuhi dinding, memamerkan suasana senja di mana langit telah berubah menjadi semerah nyala api.

Masih cukup terang, tetapi Leo tidak berniat berjalan-jalan kembali. Perutnya kelaparan.

"Ngomong-ngomong soal harga, aku ingin setiap kelas di sekolah ini harganya tidak murah. Kecuali kelas untuk level 0 dan 1 yang geratis, semua kelas harus melakukan pembayaran sebelum masuk ke dalam kelas … bila gagal di satu kelas, apakah berarti mereka mendaftar ulang dan membayar lagi?"

Tergantung level dan tingkat kesulitannya, setiap kelas yang berhasil akan mendapatkan sertifikat dan tentu saja, tidak geratis. Dari yang termurah seharga sekitar 10 koin emas hingga yang termahal 12 juta koin emas untuk pembelajaran level 5, Leo mendadak terpikir tentang pertanyaan itu.

"Harus membayar," Bastian menjawab dengan lugas. "Jadi, bila mau masuk ke sebuah kelas, kita harus benar-benar tahu siapa gurunya, sejauh mana level kesulitannya dan apa saja yang harus diperhatikan di kelas itu agar bisa lulus."

Mendadak, sosok raven itu menyeringai dengan bangga. "Dan sejak aku masuk ke level 2, setiap kelas yang kumasuki, aku pasti selalu lulus!"

"Oh?" alis Leo terangkat. "Memangnya sudah berapa kelas yang kau masuki?"

"Lupa!" Ras campuran itu terkekeh. "Aku baru setahun berhasil naik ke level 2, jadi baru empat kelas yang harus kubayar."

"Setahun dan hanya memasuki empat kelas?" alis Merci terpaut. Jelas tidak senang mendengarnya. Sungguh, orang ini terdengar sangat pemalas.

"Well, aku orang sibuk," Bastian tidak marah sama sekali dengan nada menyindir Kakak berjubah hijau ini. Sebaliknya, ia justru mengambil tampilan acuh tak acuh. "Jadi, beberapa hal harus diselesaikan sebelum aku bisa fokus untuk mengambil kelas."

Academy Ruby tidak membatasi setiap siswa untuk jumlah kelas yang diambil. Jadi, hanya 4 kelas selama setahun merupakan peristiwa yang … agak ajaib. Bila bukan karena Bastian telah tinggal di Academy Ruby sejak level 0, sosok ras campuran harus keluar dari Asrama selama dia tidak memiliki kelas di Academy.

"Beberapa hal? Menulis skrip dan membuat Komik?" Leo menebak.

Bastian hanya membalasnya dengan seringai.

Ketiganya berjalan dengan santai di lorong kastil yang lebar. Tanpa sadar, ketiga ras yang berbeda mengobrol selama perjalanan menuju pintu gerbang kastil. Pembahasan tidak berat, hanya beberapa hal menyangkut perihal Academy. Namun, ketika cahaya jingga memanjang menembus permukaan kaca jendela prancis dan menyentuh lantai, membiaskan bayangan ketiga remaja yang menampakkan ekspresi rileks mereka …

Ketiganya mungkin tidak menyangka bahwa mereka, benar-benar terlihat seperti remaja pada umumnya. Berdiskusi bersama, saling menimpali satu sama lain tanpa prasangka sama sekali. Selayaknya remaja pada umumnya yang berkumpul bersama teman mereka, bukan ketiga remaja …. yang masing-masing menyembunyikan sisi gelap yang membusuk di wajah yang begitu muda dan menyegarkan.

.

.

.

Berbaring di atas kasur yang begitu besar, sosok kelabu yang mengenakan kostum T-rex berwarna hijau-kuning itu menatap layar yang melayang di udara. Wajah yang masih memiliki lemak bayi tidak memasang ekspresi cemberut. Kali ini, sudah menerima begitu saja nasibnya untuk mengenakan pakai-pakaian aneh. Untungnya, semua kostum yang diberikan tidak ada yang sexy, semuanya murni hanya ingin membuatnya semakin terlihat lucu dan kekanakan.

Plus mungkin … juga untuk memenuhi keinginan Naga aneh ini memiliki seorang anak perempuan. Memiliki satu orang anak laki-laki sepertinya tidak cukup. Cosmos bahkan menyiapkan baju renda yang sangat imut, berwarna-warna cerah yang khusus untuk anak perempuan …

Leo nyaris merobek kostum itu begitu melihatnya.

Namun ia menahan. Mencoba berkompromi.

Untung saja ia tidak perlu memakai wig dan aksesoris anak perempuan.

Papa Naganya masih tahu batas.

Atau setidaknya, tahu untuk tidak membuat putra semata wayangnya untuk lebih marah.

"Kita harus lebih mempertegas pelatihan untuk Zero dan Kesatria agar kekacauan seperti ini tidak terjadi lagi," alis pemuda perak yang berada di balik layar terpaut, jelas berada dalam suasana yang buruk. "Baby, bencana yang disebabkan Anomali semakin lama semakin meningkat."

"Pelatihan tidak akan langsung membuat mereka bisa menahan Anomali," Leo mengerutkan alisnya. Remaja yang sedang berbaring itu jelas tidak rileks sama sekali. "Papa sudah mengecek ketersediaan bahan mentah Kristal Kosong?"

"Masih diselidiki, kemungkinan 2 jam lagi hasilnya akan keluar," Cosmos menghela napas. Sosok Naga Perak itu jelas terlihat sangat kesal. "Baby, setelah Serangga Jelek itu diperbarui, jangan biarkan dia istirahat."

Cosmos benar-benar dendam.

Serius.

Siapa sangka bahwa Anomali begitu merepotkan seperti ini?!

Baru kemarin malam Leo mengambil alih pekerjaan Micro. Siapa sangka ia akan menemukan beberapa keanehan seperti Kecelakaan Anomali? Pada awalnya Cosmos mempelajarinya dan menemukan hal yang sangat luar biasa.

Ternyata, baik Zero dan Kesatria, sangat rentan dengan Anomali dan Anomali … berkembang bak virus yang menular dengan cepat. Bila satu orang terkena Anomali, maka di sekitarnya akan tertular Anomali juga. Kekerasan akan meningkatkan hingga terjadi kekacauan yang sulit ditenangkan. Beruntung untuk mereka yang memegang Kristal Penenang, tetapi bila yang memegang Kristal Penenang berjumlah jauh lebih sedikit ketimbang yang tidak memegangnya?

Kekacauan akan tetap membuat mereka yang tidak terkena Anomali, turut terkena imbasnya.

Kekacauan yang disebabkan Anomali adalah hal yang sering terjadi hingga bukan sesuatu yang fenomenal sama sekali. Namun, tetap saja, kekacauan Anomali bersifat merugi sehingga setiap negara, termasuk zona abu-abu, menerapkan undang-undang untuk wajib memiliki Kristal Penenang untuk semua Zero dan Kesatria.

Hal ini jelas mampu menekan angka kekacauan anomali meski tidak benar-benar mampu menghilangkannya. Namun, Leo dan Cosmos yang baru mengetahui hal ini tidak bisa menganggapnya enteng sama sekali.

Cosmos dengan panik membandingkan jumlah terjadinya Kekacauan Anomali di 99 planet abu-abu dan mendapati bahwa setiap tahun, angka kekacauan Anomali meningkat. Meski jumlahnya tidak signifikan, tetapi tetap saja membuat Cosmos cemas.

Itu sebabnya sekarang, Naga Perak tidak bisa kembali ke kastil. Sosok itu akan terbang ke beberapa Planet penghasil Kristal Kosong untuk melihat stok nyata Kristal Kosong. Bagaimanapun, dari 99 Planet milik Leo, terdapat 7 Planet penghasil Kristal Kosong dan ketujuhnya, Cosmos akan memeriksanya secara langsung.

Bukan tanpa alasan Naga Perak terlihat terburu-buru. Bila bukan karena harga Kristal Penenang naik, tidak mungkin Naga Perak dengan panik menyelidikinya.

Terdapat undang-undang yang mewajibkan untuk setiap perusahaan, memberikan tunjangan Kristal Penenang Untuk setiap pegawai Zero dan Kesatria. Namun, dikarenakan harga Kristal Penenang yang naik setiap tahunnya, jangka waktu pegawai menerima tunjangan Kristal Penenang semakin berkurang.

Dari 2 kali sebulan, bisa menjadi 1 kali sebulan atau bahkan 2 bulan sekali. Beruntung untuk mereka yang masih memiliki uang dan membeli sendiri, tetapi untuk mereka yang kekurangan, itu hanya akan menjadi bencana.

Karenanya, Cosmos menyelidiki dan mendapati bahwa baik Negara Ion, Yuron dan Mole, kekurangan Kristal Penenang. Hal ini dikarenakan jumlah Penyihir mereka yang lebih sedikit dan juga management pembagian kristal penenang yang bersifat monopoli di mana Sekolah Sihir sebagai pengaturnya, tidak mampu untuk menyediakan kebutuhan lebih banyak orang.

Itu sebabnya beberapa perusahaan besar yang berdiri di ketiga negara, akan berbondong-bondong membeli di daerah kelabu. Yah … bagaimanapun undang-undang tidak melarang untuk membeli Kristal Penenang di negara lain. Namun, daerah kelabu juga memerlukan Kristal Penenang. Meski jumlah penduduk jauh lebih sedikit ketimbang Negara Ion yang besar, ketersediaan Kristal Kosong tetap saja terbatas.

Daerah Kelabu tidak kekurangan Penyihir sama sekali, tetapi yang menjadi masalah adalah … mereka kekurangan bahan. Itu sebabnya, setiap tahun, secara bertahap, Kristal Penenang akan menaikkan harga karena ketersediaan stok yang semakin menipis.

Itu sebabnya sekarang Cosmos sedang tergesa-gesa.

Ia telah menerima laporan perihal ketujuh tambang di 7 Planet yang berbeda. Yah … Micro tidak mungkin melakukan kesalahan untuk data Planet penghasil mineral yang tinggi. Namun masalahnya, yang diterima adalah sekumpulan data di mana tidak ada pemindaian secara langsung. Terlebih, Kristal Kosong bukanlah mineral langka. Kristal Kosong adalah pengembunan dari kawah padat penuh mineral di Planet beku hingga membentuk butiran-butiran kristal.

Butiran-butiran yang setiap hari akan selalu diproduksi secara alami ini, tidak akan berkurang kecuali bila ada masalah atau terjadi sesuatu dalam proses produksinya. Terlebih, satu planet, akan memiliki lebih dari 3000 kawah yang mampu memproduksi lebih dari 9 juta butir Kristal kosong setiap jamnya. Itu sebabnya, Cosmos akan pergi secara langsung. Menyelidiki apakah memang ada masalah di Planet atau ada seseorang yang dengan sengaja menyembunyikan kristal kosong hingga memaksa Penyihir menaikkan harga untuk setiap kristal penenang yang mereka buat.

"Baby … Papa sangat merindukanmu," sosok perak mulai mengeluh. Ekspresi serius berubah menjadi sedih, dengan helaan nafas yang terlontar. "Lihat? Baby sangat imut … Papa mau pelukan dan ciuman Baby."

Leo cemberut mendengarnya. Sosok kelabu tidak bisa menyangkal bahwa ia … merindukan masakan Cosmos. Yah … meski telah tinggal di Planet Ruby di mana mereka tidak kekurangan orang untuk menyiapkan makanan, sosok perak akan sesekali memasak dan membuatkan Leo berbagai macam makanan untuk memuaskan lidah. Namun, perjalanan Naga Perak ini jelas tidak akan sebentar. Satu persatu Planet Mineral akan didatangi dan diselidiki, jarak tempuh dan waktu bisa memakan waktu lebih dari 9 bulan.

Bukan waktu yang singkat.

Memikirkannya, membuat Leo mendadak lapar.

Oh, ia ingin masakan Papanya.

"Aku lapar," alis sang kelabu terpaut. Tanpa sadar ia mengerucutkan bibirnya. "Aku mau masakan Papa."

Dalam persekian detik, sepasang iris emas itu berkilau. Wajah tampan berbingkai helai perak berseri-seri. "Baby, Papa juga sangat merindukan Baby," mendadak menjadi budek, Papa konyol itu memfilter ucapan anaknya yang jelas, menganggapnya sebagai babu dapur.

Malas mengoreksi, jemari itu bergerak untuk melihat layar yang berbeda di sebelah panggilan video. Beberapa data terpampang, diiringi dengan laporan-laporan yang bergulir secara perlahan.

"Makanan apa yang Baby mau Papa buatkan?"

"Terserah."

Cosmos terdiam selama beberapa detik, lalu seolah menyadari sesuatu, mengubah pertanyaannya begitu saja. "Bagaimana perkembangan penelitiannya?"

Mendengarnya membuat alis Leo terpaut. Sosok remaja mungil itu menggerakkan jemari, mengubah layar menjadi lebih besar dan memamerkan kamera pemantauan. Di sana, lima orang berjas putih masing-masing berada di ruangan lab yang berbeda. Kelimanya sangat fokus untuk mengerjakan tugas mereka. Namun, tidak ada satu pun yang berhasil.

"Hari ini seharusnya mulai bekerja," Leo memberitahu dengan nada kesal. "Ada beberapa kesalahan kecil yang terjadi dalam pemasangan alat, itu sebabnya hari ini mereka semua bekerja untuk memeriksa ulang setiap detail alat peraga agar tidak ada kesalahan kembali."

Peningkatan Micro bukan hanya dari fitur fisik tetapi juga data. Bagaimanapun, meski merupakan Ai cerdas, robot lebah masih memiliki inti tubuh fisik. Itu sebabnya, Leo ingin mengubah fisik Micro menjadi murni sekumpulan data tanpa harus bergantung dengan tubuh fisiknya sebagai inti sehingga Micro bisa dengan bebas bertukar tubuh mana pun yang diinginkan karena ia memegang intinya sendiri secara mandiri.

Namun membuatnya bukan sesuatu yang mudah.

Ini sama seperti mengembangkan virus yang diam-diam menempel pada berbagai macam aplikasi dan gadget, tetapi dengan kecerdasan buatan di mana integritas dan pengembangan kepemilikan tetap harus terkontrol. Terlebih untuk Ai yang mampu berkembang hingga membentuk kepribadian sendiri, bukan sesuatu yang mudah sama sekali.

Ketika Ai berkeliaran di aliran data, tentu saja sederet perintah akan menyertainya. Meski konsepnya hanya akan tetap 0 dan 1, Penyihir Tua yang tidak pernah menyentuh pemograman setidaknya memiliki logika yang cukup untuk mengetahui secara kasar apa yang diperlukannya dalam membangun Teknologi ini.

Masalahnya adalah, Leo bukan ahli di bidang ini. Ia hanya penyihir, pintar dalam hal pembuatan alat sihir, rune dan alkimia tetapi nol dalam hal bahasa pemrograman, terutama untuk perubahan zaman 8000 tahun kemudian.

10 tahun belajar tentang masa depan di Planet Ilusi terdengar sebentar untuk hidupnya yang panjang dan jelas, tidak cukup untuk sosok kelabu yang jauh lebih tertarik mempelajari ulang semua bahan mentah yang telah berevolusi dan harta berlimpah yang mendadak jatuh di atas kepalanya.

"Baby akan ikut campur dalam penelitian?"

"Tidak, tetapi aku ingin mengunjungi," Leo cemberut. Ia telah memberikan beberapa petunjuk dan sayangnya belum menemukan cetakan biru Micro … "Hanya ada satu Micro, aku harus lebih berhati-hati."

Tim yang menciptakan Micro adalah mereka yang ahli di bidangnya. Terlebih, aktifnya Micro merupakan sebuah kebetulan.

Jeda beberapa detik, Naga Perak sepertinya mempertimbangkan sesuatu. "Cetakan Biru yang Baby bilang … karena Papa berada di luar, bagaimana bila Papa juga sekalian mengerahkan beberapa tim untuk melakukan pencarian?"

"Tidak," Leo langsung menolak. Sebelum pemuda perak bertanya, remaja yang berbaring langsung menjelaskan alasannya. "Kita masih diawasi. Diandra Youna masih di Negara Ion dan belum kembali ke Academy. Untuk pergerakan Papa yang akan pergi ke 7 Planet Energi, juga akan melewati ketiga Negara. Identitas Papa masih bisa melindungi Papa, tetapi tetap tidak akan menghilangkan kecurigaan. Terlebih, untuk tim pencarian … ."

Leo menghela napas.

"Cetakan Biru Micro tidak jelas keberadaannya. Entah masih ada, atau bahkan hancur. Sudah lebih dari 8000 tahun, aku 80% yakin bahwa benda itu sudah hancur. Entah karena perang atau karena faktor alami. Karenanya, lebih baik untuk pelan-pelan melakukan pengembangan. Lagi pula, alat scanning masih tahap pembuatan. Bila benda itu bisa berfungsi dengan baik, Cetakan Biru tidak diperlukan lagi."

Itu sebabnya, Leo tidak terlalu keras kepala untuk mencari cetakan biru. Ia sudah mendesain alat scanning secara kasar, dan mencatat beberapa point untuk diselesaikan oleh para ahli. Bagaimanapun, untuk mengscan tubuh Micro, memerlukan alat scanning khusus. Scanning biasa tidak bisa menembus beberapa pelindung yang sengaja dipasang di tubuh Robot Lebah.

"Tidak semudah itu membuatnya."

"Benar," Leo setuju. "Tetapi perkembangan untuk pembuatan Mesin Scanning lebih baik ketimbang perkembangan pemograman pemindahan data," kembali, wajah remaja itu memasang ekspresi kesal.

"Kenapa?"

"Aku merasa agak tidak sabar," Leo berujar jujur. "Semuanya harus dilakukan selangkah demi selangkah, tetapi di sisi lain aku merasa semuanya berjalan terlalu lambat. Rasanya, aku ingin melompati tangga dan sampai di ujung sesegera mungkin."

Cosmos terkekeh mendengarnya. Mendadak, tangan sang naga mendekati layar dan membesar. Membuat gerakan seolah ia mengelus kepala kelabu itu. "Baby, bagaimana hari ini? Pergi ke kelas cukup menyenangkan?"

"Ah?" mendadak mengalihkan pembicaraan, Leo terdiam selama beberapa detik, lalu menjawab pertanyaan Papanya begitu saja. "Sebenarnya, cukup membosankan masuk ke kelas, tetapi sebagai gantinya, aku mendapatkan banyak informasi yang menarik. Yah … banyak hal yang berubah."

Cosmos memasang ekspresi tertarik begitu mendengarnya dan Leo, dengan murah hati menceritakan semua yang terjadi. Termasuk perihal pertemuannya dengan Merci hingga berakhir sosok itu menemaninya memasuki setiap kelas, juga perihal Pangeran kerajaan Yuron, Arya Bastian.

Naga Perak langsung memasang kuping begitu nama asli Nirwana disebutkan.

Hal ini membuat Leo terdiam selama beberapa detik, lalu langsung mengubah topik pembicaraan ke isi pembelajaran di dua kelas yang diterimanya.

Cosmos kecewa. Namun tetap dengan setia mendengarkan celoteh Babynya. Oh, si kecil sudah memiliki dua teman baru. Oh, mereka bermain bersama, masuk ke dalam kelas yang sama dan bayi mungil yang baru menetas ini, kini sudah mulai tumbuh dan memiliki teman …

Naga Perak bahagia, tetapi di sisi lain juga cukup sedih.

Sungguh, kenapa Babynya terdengar bersenang-senang selama Papanya tidak ada? Apakah ini yang disebut anak yang berpesta pora ketika disuruh menjaga rumah? Ayah Konyol itu mendadak khawatir, rasanya ingin putar balik dan kembali. Namun mengingat masalah yang mendesak dan mata melotot putranya yang imut, niat sang Naga pupus begitu saja.

Oh, lupakan. Ia ingin menjadi Ayah yang berkualitas. Setidaknya, cukup berkualitas untuk membuat mata biru itu berkilau kagum dan dengan nada arogan, akan memperkenalkannya ke teman-teman si kecil. Berkata dengan dagu yang terangkat dan seringai iblisnya yang lucu,: "Ini Papaku, Naga terhebat di dunia!"

Baiklah ... ini sangat panjang. Oh, apakah kalian puas~ :3

AoiTheCielocreators' thoughts
Chapitre suivant