webnovel

10. Fargus

"BUKANKAH SUDAH KUBILANG UNTUK MENGGUNAKAN JUBAH?!"

Auman marah membahana. Sosok pria berkaca mata tebal dengan rambut yang ditata klimis jelas terlihat sangat kesal. Rambut hitamnya terlihat licin, berkilau di bawah cahaya lampu, tidak berantakan sama sekali. Mata hitamnya mendelik tajam, menatap penuh amarah kepada sosok remaja jangkung yang duduk di ranjang.

Menggaruk belakang kepalanya, remaja Arya tertawa canggung. "Errr … yah, terlalu mencolok menggunakan jubah, bukan?"

Kemarahan pria berkacamata kembali tersulut.

"Kau itu Penyihir, Arya Bastian! PENYIHIR! Apakah kau kira di jalanan sana tidak ada yang menggunakan jubah sehingga kau merasa aneh?!" lalu, dengan kasar, kedua tangan pria itu memegang kepala hitam sang remaja. Sepasang kacamata berkilau--terlihat tajam dan siap mencincang Penyihir di depannya.

"Katakan, sebenarnya apa yang ada di dalam otak kecilmu itu, huh?!" geraman kesal mengalun, membuat remaja Arya berkeringat dingin. "Aku sudah sangat sulit mengeluarkanmu dari sana, sekarang, di detik ini juga, jangan membuatku menyesal karena berhasil mengeluarkanmu!"

"Tidak!" kedua tangan remaja bergerak. Memegang kedua tangan yang memegang kepalanya. Sepasang netra merah itu berkilau dengan penuh harapan menatap wajah yang hanya beberapa cm di dekatnya. "Jangan menyesal karena mengeluarkanku, Ferguso!"

Sosok bernama Ferguso merinding disko.

"SIAPA FERGUSO?!" pria itu langsung menarik kedua tangannya seolah-olah habis terkena sesuatu yang kotor. "Berhenti bertingkah menjijikan seperti itu! Dan berapa kali kubilang?! Namaku Fargus! Bukan FERGUSO!"

Remaja raven tertawa terbahak-bahak, sukses membuat sosok bernama Fargus ingin melempar sang remaja ke kuburan masal untuk dikuburkan hidup-hidup! Sungguh, bila bukan karena mimisan, memar dan luka robek di bibirnya telah sembuh, Pangeran dari Negeri Yuron ini tidak mungkin selincah ini.

Mendengus kesal, Fargus merapikan jas biru yang dikenakannya, sebelum berbalik dan menatap sosok mungil yang sejak tadi begitu diam dan kalem. Remaja bertubuh kecil itu begitu indah. Dengan helai perak yang membingkai wajah cantiknya, sepasang netra emas yang bulat dan polos membuat Fargus meleleh.

Sungguh …

Dari mana Bastian menculik malaikat kecil ini?!

"Halo, namaku Fargus," tersenyum seramah dan selembut mungkin, pria paruh baya itu seolah takut malaikat kecil yang terlihat lembut dan rapuh akan ketakutan. "Aku adalah wali sekaligus Guardian sementara Bastian. Maaf, apakah Bastian membuatmu merasa tidak nyaman?"

Guardian tidak akan selalu menjadi Kesatria. Namun mengaku sebagai Guardian padahal jelas hanyalah Ras Manusia dan seorang Zero ... Leo tidak menunjukkan keterkejutan. Bagaimanapun, orang ini hanya mengaku sebagai Guardian Sementara dan ia sendiri, tidak tertarik.

"Aku tidak mengganggunya sama sekali!" Bastian protes, tidak terima dibilang pengganggu.

Melihat interaksi kedua orang ini benar-benar membuat Leo merasa … luar biasa. Oh, sungguh, ketika ia memasuki klinik, robot medis tengah menyemprotkan cairan penyembuh. Saat itulah Fargus datang. Dengan keringat dan wajah yang memerah, mulai meledak dan memberikan ceramah panjang kepada sosok raven yang masih memasang tampang tidak berdosa.

Inikah Nirwana yang diidolakan Papanya? Leo cemberut, tetapi di permukaan, ekspresi remaja cantik itu tetap tenang, dengan senyuman kecil yang mengembang. Kalem, ia menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa," ujarnya lembut. "Karena Tuan Fargus sudah datang, akan lebih baik aku pergi dulu."

"Ah? Pergi ke mana? Apakah tempatnya agak jauh? Bagaimana bila aku mengantarmu?" anak secantik ini pergi sendirian tanpa ada orang tua yang menemaninya. Mendadak, Fargus merasa khawatir, mengutuk orang tua yang tidak mensyukuri memiliki anak secantik ini! "Aku membawa pesawat, kita bisa pergi bersama."

"Benar, Mungil, bagaimana bila kita pergi bersama saja?" Bastian menyeringai, turut mengundang sosok perak yang cantik itu.

SIAPA YANG KAU PANGGIL MUNGIL?!

Leo menahan diri agar tidak melakukan kekerasan.

"Namaku Leo," mengoreksi panggilannya, sosok remaja mungil itu bangkit berdiri dari posisi duduk. "Tidak perlu mengantar, tempatku bertemu dengan Papa berada di dekat sini, jadi tidak perlu repot-repot."

"Di mana?" sepasang iris ruby berbinar. Dalam sekali lompatan, sosok itu turun dari kasur dan melangkah mendekati Leo. "Aku akan mengantarmu! Bagaimana bila--"

"Kita memiliki banyak urusan, anak muda," Fargus menyela, menghalangi Bastian yang ingin mendekati malaikat kecil itu. "Kau di sini bersama dengan Ayahmu?"

Leo mengangguk kalem. "Sebentar lagi makan siang, Papa pasti akan langsung menjemputku di sini."

Kata Makan Siang membuat Fargus tercenga. Refleks, ia langsung menoleh ke asisten dan melihat jam. Dalam seketika, ekspresinya berubah.

"Maaf, kami harus pergi dulu," tersenyum, pria berjas itu memandang ke arah Leo. "Kau harus menjaga dirimu. Janganberbicara dengan orang asing. Jangan mau diajak oleh oarang asing untuk pergi. Bila ada apa-apa, kau bisa berteriak."

Kenapa orang ini bertingkah seperti seorang Ibu yang akan meninggalkan anaknya sendiri di rumah?

Leo bingung, tetapi tetap patuh mengangguk. Toh, ucapan ras manusia ini tidak menyebalkan.

"Berhenti memberi nasehat!" si raven menyikut Guardiannya, sukses membuat sosok berjas itu mendelik marah, tetapi tetap akan tersenyum lembut ketika berpaling ke arah si putih.

"Nah, Leo, kami akan pergi. Jaga dirimu baik-baik sampai Ayahmu menjemputmu. Okay Leo? Kalau begitu sampai jumpa, bye!"

Bastian menyeringai, melabai ke arah Leo. "Bye!"

Tidak perlu dipertanyakan, Leo tahu kenapa Fargus terburu-buru.

"Ahahahaha!" Micro tertawa, akhirnya kembali bersuara. "Tuan! Aku sudah pamer ke Naga Bodoh itu! Kita bertemu dengan Nirwana lebih dulu ketimbang dia!"

Mood Leo benar-benar jatuh ke titik terendah begitu mendengarnya. Tanpa membalas ucapan Robot Lebahnya, remaja perak melangkah ke luar dari Klinik dan menyebrangi jalan. Setiap langkah begitu konstan, sukses membuat Micro bingung.

"Tuan? Kita kembali ke Resto Royal?"

Leo mendengus, tetapi tidak mengatakan apapun. Bagaimana bisa mereka pergi ketika tahu acara akan segera dimulai? Tanpa ragu, sosok remaja kembali membuka asistennya, berjalan dan terus membaca semua hal tentang Nirwana, Penulis dan Komikus terkenal.

Ehem, ayo kita lihat~ Nirwana adalah calon Mamamu, Leo~

AoiTheCielocreators' thoughts
Chapitre suivant