webnovel

Chapter 6

Dengan tangan membekap mulutnya yang menguap, Kyungsoo melanjutkan menulis sesuatu diatas buku. Benar yang dia duga, tugas kampus menumpuk selama total enam hari dia tak masuk kuliah. Nampaknya setiap dosen di kampus seolah kompak dan tak peduli dengan keadaan nya yang baru pulang dari rumah sakit dan sedang dalam masa pemulihan. Namun demikian, Kyungsoo tidak menyalahkan semua dosen di kampus karena sudah sewajarnya dia harus sukarela mengerjakan tugas yang diberikan.

"Hwaiting!" kata Baekhyun, menepuk bahu Kyungsoo sambil menyeringai menyebalkan, membuat Kyungsoo melempar bantal kecil bulat ke arah Baekhyun saat ia sambil terkikik geli berlari ke tempat tidur dan menjatuhkan diri.

"Tega sekali kau tak mau membantu," kata Kyungsoo sambil mendengus kesal.

"Aku sudah memberikan contekan padamu, kan. Itu sudah membantu namanya."

"Bantu juga menulisnya," Kyungsoo menatap galak pada Baekhyun yang mulai memainkan jarinya menggoda. Tentu saja dia bisa sesuka hati melakukan apapun sementara Kyungsoo harus di meja tulis mengerjakan tugas.

"Ouch, kaki ku sakit," kata Baekhyun dengan gerakan menahan sakit, memegangi kaki kanannya yang sudah tidak dibebat.

Kyungsoo tersenyum mencela. Baekhyun pasti beralasan begitu kalau malas melakukan sesuatu, padahal kakinya sudah tak apa-apa. Setidaknya sudah jauh lebih baik dibandingkan saat masih dirawat di rumah sakit.

"Kusumpahi kakimu sakit kembali," katanya dengan nada sebal, sementara Baekhyun hanya tertawa terbahak-bahak.

"Eh, menginaplah semalam lagi, orang tuaku baru akan kembali besok ternyata," kata Baekhyun, yang sedang membaca sesuatu di ponselnya, "eomma baru saja mengirim pesan Line. Pesawat mereka delay karena ada badai salju."

Sepulang dari rumah sakit kemarin Kyungsoo memang menginap di rumah Baekhyun karena kedua orang tuanya harus ke Belanda untuk menghadiri sebuah acara kantor perusahaan ayahnya. Baekhyun ingin ditemani agar ada teman sekaligus balas budi karena Kyungsoo mencontek pekerjaan rumahnya.

"Oke saja. Tapi nanti sore antar aku ke apartemen dulu. Aku belum membereskan kamar dan ruangan lain," kata Kyungsoo tanpa mengangkat wajahnya dari buku yang sedang ia tulis.

"Bukankah ada Ann imo?"

"Aku tak enak jika selalu meminta tolong padanya."

"Tapi dia tak terlihat keberatan saat menunggumu di rumah sakit."

"Dia memang orang baik," kata Kyungsoo, tersenyum saat mengingat Bibi Ann, "oh ya, setelah dari apartemen antar aku juga kerumahnya ya, aku merasa bersalah belum pernah berkunjung ke rumahnya dan menemui sepupuku."

"Tentu saja," kata Baekhyun, bangkit dari tempat tidur, "aku mau bawa minuman. Kau mau sesuatu?"

"Hmm, Coke saja kurasa."

Baekhyun lalu keluar dari kamar, meninggalkan Kyungsoo yang masih berkutat dengan setumpuk buku. Tapi karena sudah lelah dia memutuskan untuk istirahat sejenak, berjalan ke tempat tidur dan menjatuhkan diri.

Karena belum sempat membeli lagi ponsel baru, Kyungsoo kembali dipinjami ponsel oleh Sehun. Awalnya dia tak mau bercerita tentang ponselnya yang rusak, karena sudah menduga sunbae-nya itu pasti akan meminjamkan lagi ponselnya. Tapi karena saat menjenguk ke rumah sakit dan Sehun bertanya setiap pesan Whatsapp yang dia kirim tak sampai, akhirnya Kyungsoo cerita karena dia tak bisa berbohong.

Sebenarnya Kyungsoo sudah menolak karena Baekhyun pun akan meminjamkan ponselnya. Namun karena Sehun memaksa akhirnya Kyungsoo pun menerima kembali tawaran untuk menggunakan ponselnya. Bukan tanpa alasan juga ia menolak untuk dipinjami ponsel oleh sunbae-nya itu. Dia khawatir akan ada telepon masuk penting ke ponsel itu, meski Sehun sudah mengatakan kalau semua panggilan yang ada di daftar kontak sudah dialihkan ke nomornya yang lain. Sehun juga sudah memberi izin pada Kyungsoo untuk melakukan apapun dengan ponsel itu. Karena ada rasa penasaran dan ingin tahu, Kyungsoo pun membuka gallery foto.

Tak banyak foto di gallery, mungkin Sehun bukan tipe orang yang narsis sepertinya, pikir Kyungsoo. Ada beberapa foto Sehun sedang menggunakan pakaian karate. Sambil mengangguk Kyungsoo kini paham bagaimana Sehun bisa berkelahi karena ternyata dia adalah pemilik sabuk hitam karate. Selama ini Sehun tak pernah bercerita kalau dia adalah atlet karate di kampus.

Di foto tersebut terlihat Sehun seperti sedang melakukan gerakan-gerakan karate, ataupun sedang melatih juniornya. Ada juga foto Sehun sedang memiting seseorang, mengingatkan Kyungsoo pada kejadian hampir sebulan lalu saat Sehun menolongnya dari kawanan orang mabuk. Kyungsoo bergidik ngeri bagaimana kalau dia yang dipiting itu.

Ia lalu menggeser ke foto berikutnya, yang menampilkan beberapa foto Sehun bersama anggota Yeonhab, termasuk Suho. Melihat foto bersama Suho, membuat Kyungsoo kagum dan tersenyum. Mereka berdua memang cocok sekali sebagai presiden dan wakil presiden Yeonhab. Keduanya tampan, jangkung, memesona, pintar, dan memiliki ciri khas masing-masing. Suho yang bijaksana dengan kemampuan menyampaikan pidato, orasi atau sambutan yang memukau di depan banyak orang. Sehun dengan sikapnya yang kalem dan bersahaja.

Mau tak mau Kyungsoo cukup bersyukur karena dia bisa dekat dengan mereka berdua. Baik Suho maupun Sehun memang orang yang ramah dan dekat dengan siapapun.

Saat Kyungsoo menggeser lagi ke foto lain, ada foto Sehun yang shirtless alias tak memakai kaus dan hanya memakai celana renang ketat, membuat Kyungsoo menjatuhkan ponsel itu ke wajahnya.

Sambil menggesek hidungnya, Kyungsoo memandang foto itu sekali lagi dan tiba-tiba merasa atmosfir ruangan mendadak panas, padahal kamar Baekhyun berpendingin udara. Langsung saja Kyungsoo keluar dari gallery foto dan mengunci ponselnya lagi.

Kenapa dia ini, bisiknya dalam hati. Kenapa tiba-tiba ritme detakan jantungnya meninggi. Apa normal kalau tiba-tiba dia salah tingkah melihat foto Sehun tanpa kaus? Buru-buru Kyungsoo menggeleng kepalanya dengan cepat mencoba menghapus bayangan foto tadi di pikirannya.

Aku normal. Aku normal. Aku normal. Katanya dalam hati, dengan nafas yang entah kenapa terengah-engah. Dengan cepat ia bangkit dari tempat tidur, dan untuk menghilangkan pikiran di kepalanya, ia memutuskan untuk menyusul Baekhyun yang tak kunjung datang.

Kyungsoo keluar dari kamar Baekhyun yang letaknya di ujung lantai dua, berjalan memutar ke arah tangga melingkar dan turun menuruni tangga. Di tengah tangga, Kyungsoo melihat Baekhyun sedang berada di ruang tengah dan tampak seperti sedang mengobrol dengan seorang laki-laki. Obrolannya terlihat serius karena sesekali Baekhyun berkata dengan ekspresi mengernyitkan kening.

Saat Kyungsoo menjejakan kakinya di anak tangga terakhir, Baekhyun menyadari kehadirannya dan menoleh.

"Kau mau kemana?" tanya Baekhyun.

"Tadinya aku mau menyusulmu," jawab Kyungsoo. Orang yang sejak tadi terlibat obrolan dengan Baekhyun, menoleh.

"Temanmu Kyungsoo yang kau ceritakan itu?" dia bertanya sambil menoleh pada Baekhyun.

Baekhyun tak memberi jawaban. Dia hanya mengangguk singkat. Laki-laki itu lalu tersenyum dan berjalan menghampiri Kyungsoo. Rambutnya pirang kecokelatan, dengan perawakan jangkung hampir setinggi Sehun, dengan seringai yang menurut Kyungsoo, bukan memesona, tapi agak sedikit membuatnya merinding.

"Halo, aku Yifan, kakak Baekhyun. Kau bisa memanggilku juga dengan nama Kris," laki-laki itu memperkenalkan diri.

"Oh, halo hyung, Do Kyungsoo imnida. Kau bisa panggil aku Kyungsoo," Kyungsoo memberi sedikit anggukan.

"Baekhyun sudah bercerita tentangmu. Tapi memang tak banyak yang dia ceritakan. Dia terlalu sibuk dengan kegiatannya," kata Kris. Disebelahnya Baekhyun tersenyum pedas membuat Kyungsoo heran dengan ekspresi sahabatnya itu mendengar Kris berbicara.

"Kau pindahan dari Los Angeles itu kan?" tanya Kris lagi.

"Betul hyung."

"Kami sedang mengerjakan tugas," Baekhyun tiba-tiba memotong saat terlihat Kris akan bertanya lagi, "kalau tak ada hal lain, kami mau kembali ke kamar."

Kris menatap sedikit sinis pada Baekhyun, begitupun sebaliknya. Melihat kedua kakak beradik itu saling menatap dengan tatapan sulit dipahami, membuat Kyungsoo bingung harus bereaksi bagaimana.

Tak lama, muncul seorang laki-laki lain dari arah belakang rumah, dan berjalan ke arah mereka bertiga di ruang depan. Ketika sampai, dia agak terkejut dan diam sesaat sambil memandang semua orang disana satu persatu.

"Aku tunggu diluar, Kris," kata laki-laki itu dengan suara pelan, dan tanpa menunggu respon Kris, kemudian berjalan ke arah pintu depan, membukanya dan menutup setelah keluar.

Kyungsoo bisa melihat Baekhyun mendelik ke arah pintu depan dimana laki-laki yang tampaknya teman Kris itu beberapa detik lalu keluar melaluinya.

"Baiklah," kata Kris, "sampai jumpa lagi, Kyungsoo, senang bertemu denganmu," dia lalu tersenyum. Senyuman yang sedikit aneh menurut Kyungsoo, meski begitu ia pun tersenyum dan mengangguk singkat.

Kris menoleh pada Baekhyun, "malam ini aku tak pulang. Aku harus mengisi acara di Bussan," katanya, yang tidak dijawab oleh Baekhyun. Kris sepertinya tidak menunggu jawaban adiknya, karena langsung berbalik dan berjalan ke pintu depan dan keluar.

"Kau kenapa?" tanya Kyungsoo, saat mengikuti Baekhyun berjalan ke dapur, "kau seperti tidak suka dengan kakakmu."

"Memang!" kata Baekhyun dengan nada kesal, membanting pintu kulkas dengan sengit, lalu duduk di kursi makan jangkung yang terbuat dari kayu. "aku semakin tak suka padanya," tambah Baekhyun.

Kyungsoo duduk dihadapannya, "Ada apa? Bukankah kau selalu bercerita tentang kakakmu yang juga kuliah di kampus kita? Dan kelihatannya kau selalu bercerita yang baik-baik."

"Bukan berarti aku menyukainya, kan. Tapi aku tak bisa cerita, mungkin nanti aku akan ceritakan kenapa aku tak suka padanya," kata Baekhyun, meneguk Coke nya dengan kasar.

Kyungsoo tak mau bertanya lebih lanjut karena Baekhyun pun terlihat tak ingin melanjutkan obrolan tentang kakaknya. Meski agak aneh, tapi Kyungsoo lebih memilih diam dan mencoba mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain. Karena jika saatnya sudah tepat, Baekhyun yang akan cerita sendiri tanpa harus ditanya.

*

"I lost my mind

Noreul choeummannasseultte

No hanappego modeungoseun Get in slow motion

Nege marhejwo ige sarangiramyon

Meil geudewa

Sumaneun gamjong deureul lanwojugo bewogamyo

Ssaugo ulgo anajugo

Nege marhejwo ige sarangiramyon

Sesangnamjadeul modu nalburowohe

Noreul gajin nega jiltuna jukgennabwa

My babe, baby babe, baby baby

Nolaraboneungol

Ige sarangingolga

Aichorom nol jaju utgemandeulgo

Chingguchorom nol gajang pyonhage mandeulkkoya

My babe, baby babe, baby baby

Marhejwo nege What Is Love....."

Lantunan terakhir piano pun berdenting di ruang musik. Kyungsoo bertepuk tangan setelah Chanyeol menyelesaikan duet mereka berdua di lagu kesukaan Kyungsoo, What Is Love. Rencananya lagu ini akan dibawakan saat mereka manggung bersama lagi besok hari dengan versi diiringi oleh alat musik piano saja.

"Suaramu memang bagus, hyung. Aku masih saja tak percaya hal itu meski sudah sering mendengarnya," kata Kyungsoo yang tertawa.

"Kau juga punya suara yang unik. Aku tak sabar berduet denganmu besok," kata Chanyeol yang menyeka keringat di keningnya.

"Aku juga sudah tak sabar. Apakah kita akan manggung lagi di tempat kemarin?"

"Aniyo. Kita akan bernyanyi di acara ulang tahun salah satu temanku."

"Begitukah? Wah, kelihatannya seru," kata Kyungsoo membantu Chanyeol membereskan beberapa alat musik.

Tak lama terdengar suara gemuruh petir di luar ruangan. Hujan memang belum turun, namun langit sudah gelap sekali karena memang sudah agak malam saat itu.

"Kau mau kemana setelah ini?" tanya Chanyeol duduk di salah satu kursi jangkung, sementara Kyungsoo duduk di kursi lain sebelahnya.

"Kelihatannya aku akan pulang. Hari pertama masuk kuliah kembali aku sudah disambut pekerjaan rumah lagi, padahal yang kemarin juga belum selesai," kata Kyungsoo mendengus.

"Baiklah, aku akan mengantarmu pulang."

"Tak usah. Apartemenku dekat, tak usah diantar. Lagipula bukankah tadi kau bilang mau mampir ke rumah Suzy?"

Chanyeol diam. Ekspresinya langsung berubah menjadi lamunan. Melihat itu, Kyungsoo langsung salah tingkah, "mianhae," bisiknya.

"Kau tidak salah. Aku memang berkata demikian tadi," kata Chanyeol, "tapi entahlah. Tiba-tiba saja aku merasa akan sia-sia kalau harus kerumahnya," dia menunduk sambil menghela nafas pendek.

"Kau sudah bicara dengannya tentang masalah kalian?" tanya Kyungsoo ragu-ragu, takut dia salah bertanya lagi.

"Dia tak mau menjawab teleponku. Semua Social Messenger-ku di blok oleh nya. Bahkan dia tak mau menemuiku saat bertemu," kata Chanyeol dengan nada pilu, "seolah yang salah dalam masalah ini adalah aku."

Menyedihkan melihat keadaan Chanyeol yang mendadak sendu, membuat Kyungsoo merasa bersalah sekali. Seharusnya tadi dia tidak membahas lagi mengenai masalah ini. Lagipula, Kyungsoo memang tak seharusnya bertanya hal yang bukan urusannya. Tapi karena rasa pedulinya pada Chanyeol membuat Kyungsoo berani bertanya tentang perasaan Chanyeol kini tentang masalahnya itu, berharap kini ia jauh lebih baik, walau ia sadar tak akan bisa banyak membantu.

Kyungsoo lalu mengusap punggung tangan Chanyeol dan mencoba memberi penghiburan dan semangat.

"Sudahlah. Jangan bersedih, hyung. Nanti pun dia akan menemuimu, aku yakin. Mungkin dia hanya butuh waktu," kata Kyungsoo.

Tanpa diduga, tiba-tiba Chanyeol membalikkan tangannya dan menggenggam tangan Kyungsoo membuat dia sedikit terkejut. Kyungsoo hendak melepaskan tangan Chanyeol tapi genggamannya terlalu kuat.

Meski tatapannya menerawang kosong ke depan, tapi tangan Chanyeol menggenggam seakan meminta untuk tidak meninggalkannya sekarang.

Suasana menjadi sedikit tak nyaman dan canggung bagi Kyungsoo. Namun demikian, melihat Chanyeol yang tampak butuh penyemangat, dia mengurungkan niat melepas tangannya dan memilih membiarkannya.

Tidak lama setelah itu, Chanyeol sendiri yang melepas genggamannya sambil menoleh dan berbisik, "gomawo, Kyungie," dengan senyuman lesung pipi khas nya.

Kyungsoo membalas senyuman Chanyeol, "ayo, nampaknya hujan akan segera turun, lebih baik kita bergegas pulang," katanya.

"Kau tunggu di depan aula, aku akan mengantarmu pulang, tapi ada buku-ku yang tertinggal di ruang Bahasa Spanyol, aku mau mengambilnya dulu sebentar," Chanyeol mengambil tas ranselnya.

"Oke," kata Kyungsoo turun dari kursi, mengambil ransel dan menyampirkan ke bahunya, kemudian berjalan keluar ruangan terlebih dulu.

Dia menuruni tangga dan berjalan menyusuri lorong panjang. Suara gemuruh kembali terdengar di langit, membuat Kyungsoo bergidik sedikit saat angin berhembus menandakan hujan akan segera turun. Sesampainya di depan aula, Kyungsoo hendak duduk di salah satu kursi kayu panjang persis samping pintu aula, tapi dia melihat tak jauh dari tempatnya sekarang didepan salah satu kelas yang kosong, ada dua orang sedang berdiri. Meski keadaan kelas di belakangnya gelap, tapi Kyungsoo bisa melihat samar-samar sosok Sehun dan Sulli.

Kyungsoo tak mau kedua kalinya lagi berpapasan dengan mereka berdua, dan lebih memilih tempat lain untuk menunggu. Saat akan berbelok untuk menghindar, dia menoleh lagi, dan bisa dengan jelas melihat pasangan itu, sekali lagi, berciuman.

Suara gemuruh kembali terdengar, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Namun lebih keras lagi suara jantung Kyungsoo yang secara tiba-tiba memalu kencang dibalik dadanya. Entah mengapa Kyungsoo merasa wajahnya mendadak panas melihat itu. Dia segera berbalik dan berlari bersamaan dengan hujan yang mendadak langsung turun dengan lebatnya.

Kyungsoo bingung apa yang terjadi padanya. Kenapa dia tiba-tiba seperti ini? Kenapa dia merasa tidak karuan saat melihat lagi Sehun berciuman dengan pacarnya sendiri? Dan mendadak saja, kenapa dia membenci dirinya sendiri karena suatu perasaan yang terpendam dan tidak diketahui kenapanya itu.

Ya. Kyungsoo membenci dirinya sendiri saat itu, saat ia berlari di tengah derasnya hujan melewati halaman depan kampus dan keluar dari gerbang.

Ia berhenti sejenak bersandar di dinding sisi gerbang. Seluruh badannya basah kuyup dari ujung kepala hingga kaki oleh derasnya hujan. Suara petir yang menggema membelah angkasa di gelapnya malam tak membuatnya takut. Dia menjerit dalam hati.

Ada apa denganku? Kenapa aku harus seperti ini? Apa aku pada Sehun ...?

Buru-buru Kyungsoo menggeleng keras, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dan tiba-tiba saja merasa air mata mengalir ikut membasahi pipinya. Sambil terisak, dia merasa malu pada diri sendiri kenapa dia harus menangis. Apa yang sebenarnya terjadi? Pertanyaan itu pun berputar di kepala Kyungsoo.

Lalu dia merasa sesuatu menutupi puncak kepalanya. Kyungsoo membuka telapak tangan yang menutupi wajah, dan walau samar-samar dia bisa melihat sosok Kai yang juga basah kuyup di hadapannya, menudungkan jaket kulit diatas kepala Kyungsoo.

"Ayo. Aku akan mengantarmu pulang," katanya.

Kyungsoo tak menjawab apa-apa dan menurut. Dia hanya berharap Kai tak menyadari kalau dia habis menangis sesuatu yang tak penting. Walau sudah sia-sia karena sudah basah kuyup, tapi Kyungsoo mengangkat jaket kulit hitam di kepalanya dan mulai berjalan meninggalkan tempat itu, dengan Kai, yang tanpa diduga, disampingnya merangkul bahu Kyungsoo saat mereka berdua berjalan di tengah derasnya hujan dan disinari cahaya petir.

*

Sesampainya di apartemen, Kyungsoo yang awalnya menolak, akhirnya tak bisa membantah lagi saat Kai memaksanya untuk segera mandi dengan air hangat dan berganti pakaian. Kai sendiri mandi setelah Kyungsoo selesai.

Kyungsoo mengambil kaus dan celana dari dalam lemari untuk dipinjamkan pada Kai, yang kemudian diletakkan di atas tempat tidurnya. Lalu Kyungsoo mengangkat sebuah cangkir besar berisi teh manis hangat di meja sisi tempat tidur kemudian menghirupnya. Rasa hangat langsung menjalar ke seluruh tubuhnya menggantikan rasa sedingin es saat Kyungsoo berada di tengah hujan deras beberapa saat lalu.

Setelah menghirup yang kedua kalinya, Kyungsoo melamun lagi sambil memandang ke jendela yang basah oleh hujan yang masih turun dengan deras. Tetesan air masih menetes sedikit dari ujung rambutnya ketika ia menundukkan kepala memandangi pantulan samar wajahnya di air teh pada cangkir yang ia pegang.

Pertanyaan yang sama tadi kembali berputar di kepalanya, membuat ia memejamkan mata sambil menggeleng pelan.

Terdengar suara pintu terbuka membuat Kyungsoo membuka kembali matanya, dan mendongak ke arah kamar mandi. Kai keluar dengan hanya mengenakan handuk yang dililitkan di bagian pinggulnya. Tangan kanan nya menggosok-gosokan handuk kecil di rambutnya.

"Pakailah ini. Dan celana dalam itu baru, belum pernah kupakai," kata Kyungsoo singkat, mengangguk ke kaus, celana dalam dan celana pendek di sampingnya.

"Berbalik," kata Kai, meletakkan handuk kecil di kursi.

"Kau bisa pakai baju di, heyy...." belum selesai bicara, Kyungsoo langsung segera membalikan wajah ketika Kai sudah membuka sedikit handuk yang menutupi bagian bawah badannya, "dasar kau tidak sopan main buka saja," tambahnya dengan nada jengkel.

"Aku kan sudah memintamu berbalik," kata Kai dengan nada tak bersalah. Tak sampai lima detik dia kembali berkata, "sudah."

Kyungsoo memalingkan lagi wajahnya. Kai hanya mengenakan celana dalam hitam miliknya.

"Sudah apanya? Kau masih telanjang," kata Kyungsoo tajam.

"Seperti ini telanjang?" Kai berdiri menghadap pada Kyungsoo dengan tangan menengadah terbuka, "memang kau tak pernah melihat laki-laki lain berenang hanya menggunakan celana dalam?"

"Ini bukan kolam renang, kau aneh," kata Kyungsoo, yang setiap berkata pada Kai pasti tidak bisa menahan kalimatnya yang bernada tajam dan pedas.

"Baiklah," Kai meletakkan kembali kausnya di tempat tidur, lalu duduk disamping Kyungsoo. Dia lalu menatap Kyungsoo dengan tatapan menantang.

"Kenapa kausnya tidak dipakai? Kau bisa masuk angin," tanya Kyungsoo bingung.

"Supaya kau terbiasa melihat anak laki-laki hanya menggunakan celana dalam di kamar. Aku dan Chanyeol terbiasa seperti ini," Kai mengangkat tangannya dan menunjuk tubuhnya yang memang cukup membentuk.

Kyungsoo mencibir dengan mengerucutkan bibir berbentuk hatinya, dan memasang ekspresi tak peduli. Melihat itu Kai hanya mendengus menahan tawa.

"Kenapa kau hujan-hujanan begitu?" tanya Kai tiba-tiba.

Agak sedikit aneh menurut Kyungsoo. Seorang Kim Jongin yang selama ini ia kenal orang yang dingin dan cuek dengan lingkungan sekitar, bertanya dengan penuh kepedulian seperti itu. Tapi Kyungsoo berpikir mungkin sebenarnya Kai adalah orang yang baik, meski belum ada kemungkinan Kyungsoo bisa menceritakan apa yang terjadi dengannya pada Kai, karena Kyungsoo sendiri masih tak mengerti dengan yang ia rasakan.

"Aniyo. Aku tak apa-apa," bisik Kyungsoo. Dia bisa merasa Kai menatap lekat padanya.

"Kau yakin? Dan kenapa tadi kau menangis?" Kai kembali bertanya dengan nada yang dalam.

Kyungsoo sedikit terkejut mendengar Kai tahu kalau dia menangis, meski ia tidak menampakan ekspresi kagetnya. Saat hendak akan membuka mulut, Kyungsoo teringat sesuatu.

"Astaga Chanyeol," katanya sedikit panik, "aku lupa mengabarinya. Dia tadi mau mengantarku pulang."

"Aku sudah mengirim pesan pada Chanyeol saat kau tadi mandi dan memintanya untuk langsung pulang saja," kata Kai, "kenapa kau tak menjawab pertanyaanku?" tambahnya.

"Aku..." Kyungsoo berbisik. Perasaan aneh ini apa harus ia katakan pada Kai? Bisiknya dalam hati. Kyungsoo yang tak bisa berbohong dan tak pandai menutupi sesuatu, akan tetapi dia sendiri tak tahu harus menyampaikan apa pada Kai.

"Jangan bilang karena Sehun," kata Kai, membuat Kyungsoo akhirnya berani berpaling menatap pada Kai.

"Kenapa Sehun sunbae?" tanyanya sedikit kaget.

Kai mengangkat alisnya, "hanya tebakan. Dan sepertinya benar, iya kan?"

Kyungsoo membuka mulut, namun tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. Kai tersenyum singkat dengan mengangkat sebelah bibirnya. Dia terlihat diam berpikir, namun kemudian berkata.

"Apakah aneh jika aku harus memintamu untuk jauh-jauh dari Sehun?"

"Kenapa? Kenapa aku harus menjauh dari Sehun sunbae?" tanya Kyungsoo heran bercampur terkejut mendengar yang baru saja disampaikan Kai.

"Agar kau tak perlu seperti ini lagi," Kai mengetuk kening Kyungsoo dengan jari telunjuk tangan kanannya.

"Seperti ini bagaimana? Aku tak apa-apa," kata Kyungsoo yang mendadak menjadi sedikit salah tingkah. Lalu dia memilih bangkit dari tempat tidur, "kau aneh," tambahnya berjalan ke arah jendela.

"Lalu kenapa? Kukira bukan karena Chanyeol kan, yang baru saja kau temui sebelumnya. Selama ini kau kan dekat dengan Sehun."

"Dekat dengannya bukan berarti aku ada perasaan padanya," kata Kyungsoo berbalik menghadap kembali pada Kai.

Kai menatap tajam pada Kyungsoo, "aku sama sekali tak berkata kau ada perasaan pada Sehun."

Kyungsoo mematung. Dia sendiri terkejut dengan perkataannya baru saja. Tiba-tiba dia merasa lebih baik lantai tempat dia berdiri sekarang berubah menjadi pasir hidup yang menyedotnya dengan cepat. Jantungnya mendadak berdetak kencang membuat dadanya sakit. Wajahnya dirasa memanas.

Tak lama, Kai berdiri juga dari tempat tidur dan berjalan menghampiri Kyungsoo.

"Benar kau punya perasaan pada Sehun?" tanyanya.

"Aigoo! Kau gila! Aku normal! Aku tidak seperti itu," kata Kyungsoo sedikit membentak.

"Aku pun tak bilang kau ini seperti itu."

Sekali lagi Kyungsoo dibuat tak bisa mengendalikan apa yang mau ia katakan hingga meluncurlah kalimat yang bahkan membuatnya terkejut sendiri. Dengan kesal dan frustasi ia mengacak-acak rambutnya.

"Kau gila. Kau aneh!" katanya mulai berteriak sambil menunjuk pada Kai. Tiba-tiba Kyungsoo merasa marah, yang ia sendiri sadari tak tahu kenapa. Kemarahan yang muncul mendadak ini ia pahami adalah untuk menutupi perasaan malu dirinya yang seolah sedang dihipnotis oleh Kai agar mengeluarkan apa yang ada dalam pikirannya dengan sendirinya.

Benar, Kyungsoo marah karena Kai tak perlu bertanya langsung untuk tahu. Dia marah karena dia sendiri yang mengatakan apa yang selama ini menjadi tanda tanya dan berputar menghantuinya.

Kai tak membalas. Dia hanya menatap Kyungsoo, yang dadanya sedikit terengah. Tanpa disadari ada satu bulir air mata mengalir dari mata bulat itu.

"Tak apa. Ayo keluarkan," kata Kai dalam bisikan.

Mendengar itu, tiba-tiba air mata mulai mengalir membasahi pipi Kyungsoo. Dia tak bisa menahannya ketika mulai terisak menangis. Apa ini jawaban atas setiap tanda tanya yang selama ini berputar tiap kali melihat Sehun?

Apa benar ternyata selama ini dia ada perasaan pada Sehun? Jika benar, berarti dia bodoh, dia yang gila, dan tentunya dia tidak normal.

Kyungsoo menurunkan tangannya yang sejak tadi menunjuk pada Kai, dan menunduk sambil terus terisak menangis. Kai berjalan mendekat padanya, meraih tubuh mungil Kyungsoo dan menariknya ke dalam pelukannya.

Sambil mengusap puncak kepala Kyungsoo, yang tersedu-sedu, Kai memandang jendela dengan tatapan kosong. Tanpa diduga oleh Kai, Kyungsoo membalas dengan melingkarkan tangannya ke tubuh Kai membuat dia mempererat pelukannya.

[TBC]

*

Chapitre suivant