Pandangan Luci tak teralihkan, apalagi saat dia memberikan satu pertanyaan krusial untuk Evan, "Evan, apa kau menyukaiku?"
Ragu hanya akan menjadi batu yang memenuhi pikiran. Jadi lebih baik Luci menanyakannya secara langsung alih-alih berandai-andai dan juga beranggapan tidak jelas. Apalagi jika menyangkut hal sepenting dan juga segenting ini.
Sementara Evan nyaris tak berkedip. Karena dia merasa bahwa Luci tengah menuntutnya untuk menyatakan cinta secara terang-terangan untuk saat ini. Luci tidak pernah seserius ini, jadi ketika Evan mengakui perasaannya CEO itu yakin bahwa Luci akan lantas mempercayainya.
Tapi setelah itu apa? Apakah hubungan mereka akan menjadi satu hubungan resmi atau malah Luci justru akan meninggalkan Evan? Itu yang selalu terbesit di dalam pikiran Evan. Tapi hey, bukankah Evan bisa melakukan apa pun? Menjerat Luci pun adalah perkara mudah bagi Evan.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com