webnovel

Tunggu Saja, Kita Akan Bersama Selamanya

"Ada hubungan apa kau dengan Bee-ku?" bengis Spider dengan mata membara. Tubuh Spider seolah semakin meninggi sementara Tedy seperti terbang di udara karena dicengkeram oleh Spider.

Tedy ketakutan, menegang dan sudah hampir pingsan sekarang karena saking takutnya.

Di mata Tedy yang berkaca mata itu Spider telah berubah menjadi sosok gelap yang siap menelannya kapan saja.

Apalagi Spider itu orangnya tinggi besar, berbeda dari Tedy yang memiliki tinggi standard dan juga tubuh yang tidak kekar, malah cenderung kurus.

Tedy gelagapan sendiri. Padahal lelaki itu tinggal bilang saja kalau Luci itu sudah seperti adiknya sendiri. Tapi lidah Tedy kelu, bahkan lelaki itu hampir mau mengompol di tempat.

Luci yang baru kembali dari dapur untuk mengambil minuman dan gelas pun seketika terkejut.

Buru-buru gadis itu berlari untuk melerai Spider dan Tedy. Tapi sebelum itu gadis tersebut sempat meletakkan gelas dan botol minuman dingin di atas meja terlebih dahulu.

"Ider, apa yang kau lakukan? Lepaskan dia! Ider!" Luci mencoba untuk melepaskan cengkeraman tangan Spider yang menahan keras kaos milik Tedy.

Bahkan tanpa sadar Luci sempat membentak Spider tadi, karena reflek sebab Spider tak kunjung mau melepaskan kerah milik Tedy.

Setelah mendengar bentakan Luci, nyawa Spider seperti hilang dalam sekejab.

Spider tidak percaya bahwa dia bisa tersingkirkan dengan begitu mudah, apalagi lawannya hanya seorang lelaki kurus yang mana memiliki kulit mulus semulus pantat bayi. Bagi Spider, Tedy itu sama sekali tidak macho.

Apa bagusnya dia? Aku bahkan sejuta kali lebih menarik dari lelaki ini,' geram Spider di dalam hatinya.

Sementara itu Tedy terbatuk-batuk sendiri setelah cengekeraman pada kerahnya yang tadi sempat mencekiknya itu akhirnya terlepas.

Tedy lalu geragapan meraih cola yang berada di atas meja kemudian menenggaknya hingga habis setengahnya.

Mata Tedy begitu waspada ketika melihat Spider, mata Tedy juga mulai berubah merah karena baru saja mengeluarkan air mata, saking sesak leher miliknya tadi. Wajah mulus Tedy juga berkeringat dingin.

"Lu, aku mau ke toilet dulu," gugup Tedy kemudian pergi dengan amat terburu-buru untuk meluncur menuju toilet.

Spider yang melihat bahwa Tedy seolah sudah hapal seluruh sudut di dalam flat milik Luci pun semakin menggerung dan hampir meledak di tempatnya.

Bagi Spider, Luci hanya miliknya, dan selamanya akan begitu. Spider dan Luci akan menikah, dan Luci tidak akan meninggalkan Spider selamanya.

"Siapa lelaki itu?" tanya Spider mulai menuntut. Kelembutan miliknya yang tadi sudah kembali kini mulai sirna lagi. Spider menunjukkan sikap geram dan sangat angkuh.

Luci mengernyit mendengar petanyaan Spider. Wajah ayunya terkejut sembari berpikir apa yang sedang terjadi pada Spider.

"Dia partnerku, partner kerjaku," jawab Luci masih dengan raut kebingungan.

"Apa yang sudah kalian lakukan? Kalian pernah tidur bersama? Ha?" Mata Spider membelalak mengerikan. Seolah ada kilatan petir dan kobaran api yang menjilat dari dalam matanya itu.

Wajah kota milik Spider seolah telah berubah menjadi sebuah balok baja yang membeku di bawah gunung es paling dingin di dunia.

Balok baja itu begitu keras dan bisa membuatmu mati karena tubuhmu yang tertimpa oleh balok baja itu, karena volume beratnya dan juga karena suhu dinginnya yang menusuk.

Spider bisa terlihat begitu membahayakan meski pesona kepemimpinannya tidak bisa terhapuskan dari wajahnya.

"Aku – astaga, tidak! Kami tidak pernah melakukan itu. Dia sudah seperti kakak kandungku sendiri. Dia juga sudah memiliki istri." Luci membantah seketika. Sesaat tadi di wajah gadis itu tersirat betapa terkejutnya dia mendengar pertanyaan Spider.

Bagaimana bisa Spider berpikiran bahwa Luci dan Tedy pernah tidur bersama? Apakah Tedy dan Luci terlihat seintim itu? Padahal usia mereka terpaut cukup jauh.

Spider merelaks-kan pundaknya, karena merasa lega bahwa Bee miliknya tidak memiliki hubungan apa pun dengan Tedy.

Dan kelegaan itu semakin bertambah setelah mendengar bahwa Tedy sudah menikah. Dan hal paling menakjubkan adalah Tedy dan Luci seperti saudara kandung. Ketakutan Spider terangkat seketika.

"Begitukah? Lalu kenapa kau mengundangnya ke flat milikmu?" Spider mulai mengatur nada bicaranya agar melembut kembali.

Spider tidak mau membuat Luci menjadi marah keapdanya. Karena walau bagaimana pun Spider sedang berada pada suatu misi untuk menaklukan hati Luci. Jadi Spider tidak mau terlihat memiliki cela di depan mata Luci.

"Ada urusan pekerjaan yang ingin kubahas dengannya. Jadi kenapa kau datang?" Luci bertanya dengan setenang mungkin. Semua kekagetan tentang tuduhan tidur bersama itu sudah mulai surut.

Saat ini wajah ayu Luci seperti menenggelamkan Spider di dalamnya. Belum lagi mata gadis itu yang begitu bulat dan besar.

Ada sejuta nyawa yang berada di dalam mata gadis itu sehingga membuat matanya begitu hidup dan bisa menjerat semua orang.

Jangan lupa tentang hidung milik Luci yang runcing, yang pada sudut mana pun akan membuat Luci terlihat seperti seorang Dewi sekaligus seorang iblis penggoda yang piawai. Dia cantik dan seksi pada waktu yang bersamaan.

"Aku – eh, aku hanya ingin memeriksa keadaanmu saja. Kau tadi meneleponku kan? Tapi aku tidak sempat mendengar panggilanmu.

"Jadi aku pun meneleponmu balik, tapi nomormu tidak aktif. Kupikir sesuatu terjadi padamu, jadi aku segera datang kemari." Spider tersenyum bahagia kembali.

Matanya yang dalam itu memandang penuh arti kepada bibir Luci yang sudah dicumnya tadi pagi.

Spider tersipu jika mengingat tentang itu. Di dalam hatinya, Spider menunggu momen-momen langka seperti itu.

'Semoga saja Bee bisa tertidur pulas di sampingku. Agar aku bisa memeluk dan menciuminya tanpa henti,' pikir Spider masih dengan senyum malu-malu.

"Ah, tadi memang ada masalah tapi sudah terselesaikan kok." Luci mengangguk.

Gadis itu pun lantas duduk dan menuangkan kola untuk Tedy yang masih berada di dalam kamar mandi.

Kemudian Luci menuangkan minuman yang sama untuk Spider. Hanya saja botol milik Spider berbeda dengan milik Tedy.

Spider baru saja ingin menanyakan kepada Luci masalah apa kira-kira yang Luci maksudkan saat ini.

Tapi sebelum itu terjadi Tedy sudah kembali dari toilet. Wajahnya masih agak mendelik ketika melihat Spider.

"Ted, kemarilah! Kau pasti belum mengetahui siapa itu Spider." Luci melambai kepada Tedy yang masih ragu untuk mendekat.

Tedy berjalan seperti semut yang sedang tidak ingin meninggalkan gula pada tangannya.

"Siapa dia? Dia pacarmu?" tebak Tedy dengan sedikit takut.

Spider pun tak kuasa menahan senyumannya ketika mendengar pertanyaan Tedy yang barusan.

'Apu aku dan Bee sebegitu serasinya?' Spider membatin dengan tangan menyisir malu-malu pada rambutnya yang tebal itu.

"Apa? Tidak, dia salah satu kakak angkatku," teriak Luci dengan nada tidak terima dan tidak suka.

Mendengar bantahan Luci, Spider pun tersenyum kecut. Hatinya terluka tapi Spider tidak memperlihatkannya.

Untuk saat ini Spider masih memaklumi tingkah Luci yang barusan itu.

Walau bagaimana pun tidak mungkin kan jatuh cinta bisa begitu cepat terjadi? Apalagi saat masih di kandang Luci masih berusia enam tahun kala itu.

Untuk itulah saat ini Spider bersabar sampai saatnya tepat, untuk membuat Luci benar-benar mencintai Spider sebagai seorang lelaki bukannya sebagai seorang kakak angkat.

'Tunggu aku, Bee! Kita akan bersama selamanya,' batin Spider penuh tekad.

***

Chapitre suivant