webnovel

Janji Luci, Dia Adalah Cinta Pertamaku

Spider terlalu senang memikirkan tentang rencana pernikahannya dengan Luci kelak.

Bahkan lelaki itu sudah menyiapakan rancangan gaun pengantin di dalam pikirannya. Gaun itu yang akan dikenakan Luci pada hari pernikahan mereka.

Di sini Luci tidak berhak menolak karena Spider sudah mengantongi janji Luci dan lelaki itu tau Luci tidak akan pernah ingkar janji.

Ingatan lelaki itu melayang di masa lalu ketika keduanya masih menjadi saudara angkat bersama delapan anak yang lain.

Saat itu fajar mulai menyingsing dan Luci kecil atau yang sering dipanggil Bee sudah terbangun. Hal itu disebabkan oleh kokokan ayam jantan yang berisik dan mengganggu tidurnya.

Lagi pula sebentar lagi anak tertua di antara mereka yang diberi nama Lion akan membangunkan mereka secara paksa untuk bekerja di kandang dan di kebun.

Setelah matahari agak tinggi mereka akan pergi ke kota untuk mengamen dan mengemis.

Kandang tempat mereka tidur hanya memiliki sebuah lampu kuning dengan daya 15 watt saja. Pada malam hari dan pada saat tidur lampu itu akan dimatikan, sama seperti saat itu.

Spider yang terbangun sebab kokokan ayam akhirnya mengerjabkan matanya perlahan demi melihat di sela-sela genteng apakah fajar sudah benar-benar menyingsing atau belum. Karena terkadang bisa saja ayam berkokok pada tengah malam.

Ternyata langit sudah mulai terang meski itu belum terlalu. Spider mengedarkan pandangan demi melihat saudaranya yang lain yang berjumlah sembilan itu.

Terutama dia ingin memeriksa Bee, adik perempuan terkecilnya yang memiliki kecantikan seperti seorang putri.

Bee atau Luci baru datang satu bulan belakangan dan sikapnya yang lincah dan ceria bisa membuat Spider merasakan kehangatan dan kebahagiaan.

Kehangatan itu juga yang pernah menyelamatkan Spider dari kondisi kritis saat dulu demam dan kedinginan ketika hujan. Bee selalu memeluknya hingga tidur.

Bee-nya memang selalu ceria. Namun akhir-akhir ini Bee mula murung dan merindukan panti asuhan miliknya.

Tidak heran sebab anak-anak yang diadopsi diperlakukan seperti mesin pekerja di rumah ini. Bahkan mereka harus tidur di kandang para hewan ternak.

Belum lagi makanan jarang diberikan. Sekali diberikan biasanya itu sudah basi dan berjamur. Spider tau Bee merindukan panti miliknya oleh sebab itu sikapnya murung begitu.

Ketika melihat ke sekeliling yang dibantu oleh penerangan kandang yang menyinari para hewan ternak, Spider pun mendapati Luci sedang mengendap-endap dan mengintip pada lubang di dinding kandang yang terbuat dari kayu itu.

Ada bebreapa anak lain yang mengikuti jejak Luci. Mereka semua berdiri dengan bertumpu pada lutut dan mengintip ke luar.

Spider tau apa yang mereka lakukan. Anak-anak itu hanya ingin melihat matahari terbit.

Bagi mereka matahari terbit adalah sebuah hiburan yang sangat berarti, sebab di dalam hati mereka percaya bahwa matahari terbit itu adalah sebuah harapan yang tumbuh dan nantinya terkabul.

Maka dari itu mereka tak mau melewatkan momen matahari terbit sembari membisikkan harapan-harapan mereka agar bisa terkabul. Sistemnya hampir sama dengan bintang jatuh.

Spider pun mendekat pada Luci kecil yang saat itu berusia enam tahun sementara Spider sendiri sudah berusia dua belas tahun. Spider kecil menepuk pelan bahu Luci.

Luci kecil tersentak kaget namun Spider sudah lebih dulu menenangkan Luci dengan desisan, "Ssst." yang panjang.

Spider lalu berbisik," Ini aku, Bee." Lalu anak itu menyunggingkan sebuah senyum sangat lebar, sebuah senyuman yang akhirnya tergerus oleh waktu sebab penyiksaan dan beban hidup yang Spider rasakan.

Luci kecil berjingkrak untuk menyambut Spider.

"Apa yang kau lihat?" tanya Spider pada Luci sembari berlagak seolah-olah dia tidak tau apa yang sedang Luci amati.

"Sssst, aku akan mengatakannya tapi kau harus berjanji bahwa kau tidak akan mengatakannya pada siapa pun," jawab Luci dengan bisikan dan juga jari telunjuk yang menempel di bibir mungilnya.

Spider pun mengangguk sembari mengangkat jempol tangan miliknya

"Aku sedang mengintip ke luar. Ada matahari terbit di sana," tunjuk Luci pada dinding di sampingnya.

Spider paham Luci sedang menunjuk ke arah timur di mana sekarang matahari sedang terbit.

"Kenapa kau mengintip matahari terbit?" tanya Spider pura-pura tidak tau. Senyumnya tidak bisa berhenti mengembang setiap kali melihat tingkah lucu dan menggemaskan milik Luci.

"Sssst, aku akan mengatakannya tapi kau harus berjanji bahwa kau tidak akan mengatakannya pada siapa pun," bisik Luci dengan perkataan sepersis sebelumnya.

Luci memang selalu mengatakan hal itu jika memiliki sebuah rahasia.

Ini sangat lucu mengingat Spider sejujurnya sudah tau rahasia apa yang Luci miliki. Lagi-lagi Spider mengangguk tanda mengerti, lalu anak itu mengajungkan jempol miliknya.

Sekarang wajah Luci mendekat dengan bibirnya hampir menempel pada telinga Spider.

Tak lupa tangan mungil gadis itu menangkup di sekitar bibirnya, bermaksud agar orang lain tidak bsia mendenagr percakapan mereka.

"Mereka bilang kalau kau bisa melihat matahari terbit sering-sering, maka harapanmu akan terkabul. Oleh sebab itu aku melihat matahari terbit setiap pagi," bisik Luci tepat di telinga Spider.

Sekarang giliran Spider yang mendekatkan bibirnya di telinga Luci kecil.

"Memang kau punya harapan apa?" tanya anak lelaki itu dengan suara lirih.

"Aku berharap bisa keluar dan bermain-main di luar bersama saudara yang lain," jawab Luci yang kali ini juga mendekatkan bibirnya di telinga Spider.

"Kau ingin keluar untuk bebas?" tanya Spider lagi.

Luci pun menggeleng kemudian menyahut, "Tidak. Aku hanya ingin keluar sebentar untuk bermain bersama saudara-saudara yang lain."

"Kau tidak ingin bebas?" kernyit Spider hampir tak percaya. Semua anak di sini mengharapakan kebebasan namun kenapa Luci tidak menginginkannya?

Lagi-lagi Luci menggelengkan kepalanya sembari terus tersenyum dengan lucu.

"Kenapa?" tanya Spider tak habis pikir. Dia bahkan tidak sadar bahwa suaranya cukup keras untuk didengar orang.

"Bu Flora (pengurus panti di mana Luci dulu dirawat) bilang bahwa jika aku sudah diadopsi maka aku sudah memiliki orang tua.

"Dan jika aku mau berterimakasih pada Bu Flora maka aku harus patuh pada orang tua yang mengadopsiku," jelas Luci hampir tidak bisa dipercaya oleh Spider.

Masalahnya, selama ini anak-anak yang diadopsi di sini tidak pernah diperlakukan seperti anak.

Anak-anak di sini diperlakukan sebagai seorang budak yang mana harus bekerja dan mencari uang tanpa henti.

Tempat tidur mereka saja adalah kandang yang di dalamnya juga berisi hewan ternak.

Jika dipikir-pikir anak-anak angkat itu tidak lebih tinggi kedudukannya dari pada hewan ternak milik keluarga Dusky (keluarga yang mengadopsi mereka) sebab hewan-hewan ternak itu masih mendapat makanan jerami segar, satu makanan yang sangat layak untuk ukuran hewan.

Namun mereka justru mendapat makanan basi, makanan yang bahkan tidak layak diberikan untuk hewan.

Jika mereka sebagai manusia mendapat makanan itu bukankah keluarga Dusky tidak menganggap anak-anak angkatnya sebagai kelaurga? Bahkan sebagai manusia sekalipun?

Namun kenapa Luci masih begitu bersikap positif dan patuh seperti itu?

Hal itulah yang selalu membuat Spider penasaran.

Hal itulah yang selalu membuat anak lelaki itu selalu mencari tau tentang Luci. Dan semakin lama dia melakukannya semakin suka Spider terhadap Luci.

"Sekarang katakan, mereka yang menyakitimu saja mau kau patuhi. Lalu apa yang akan kau berikan padaku sebagai orang yang selalu membagi permen dan makanan untukmu?

Dan bagaimana jika aku bisa menemukan cara untukmu agar bisa bermain di luar?" tanya Spider. Pada mulanya dia hanya ingin menjahili Luci saja.

"Untukmu, mmmm….aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian sampai kapan pun," jawab Luci dengan sumringah berikut senyum yang sangat lebar.

Awalanya itu terdengar sangat lucu dan menghibur. Namun lama-lama Spider mulai menyukai janji itu dan berniat untuk menagihnya suatu hari nanti.

Bahkan setelah kejadian pemukulan di kandang hingga membuatnya babak belur itu. Spider bersikukuh untuk tetap hidup demi menagih janji itu pada Luci, cinta pertamanya.

***

Chapitre suivant