webnovel

Where I Stand 2

Gelap sudah menyelimuti langit ketika mereka tiba di area parkir restoran pilihan Zhao Yuzi. Pandangan mata Xiao You Ren tidak hentinya mengelilingi setiap sudut tempat. Lampu-lampu yang menyala berkelap-kelip, papan-papan nama toko terpajang dengan berbagai gaya unik yang bertujuan menarik minat pelanggan. Mata Xiao You Ren memicing menatap satu papan nama yang begitu mencolok dan cukup terkenal di media sosial.

"Yuzi," panggil Xiao You Ren pelan.

Gadis itu sudah berjalan lebih dulu memasuki restoran. Xiao You Ren mengekor dan berusaha menghentikan langkah kaki Zhao Yuzi. Menarik tangan kecil gadis itu sebelum benar-benar memasuki restoran.

"Yuzi, ini seperti daerah Distrik Lampu Merah?"

Zhao Yuzi membalikkan badannya dan melihat ekspresi khawatir laki-laki itu. Bergerak cepat untuk merangkul tubuh Xiao You Ren dan menggiring paksa memasuki gedung. "Hmm, ini memang di Distrik Lampu Merah, kenapa?" tanya Zhao Yuzi acuh tak acuh.

Mereka memilih duduk di kursi pojok yang jauh dari keramaian pengunjung. Baru mendaratkan bokongnya di kursi, Xiao You Ren mencerca Zhao Yuzi dengan pertanyaan, "Bukankah di distrik ini banyak terjadi tindakan kriminal? Beberapa berita menayangkan tentang pemabuk yang berbuat ulah dan melukai korban mereka. Bahkan ada juga yang memperkosa hingga mati." Air wajah Xiao You Ren benar-benar dipenuhi oleh kekhawatiran yang kontras. Kelereng di balik kacamata itu bahkan terlihat mulai berembun.

"Hei, You Ren! Tenanglah. Aku sudah mengecek keadaan tempat ini, bahkan di berita juga dikabarkan jika para perusuh itu sudah dipenjara." Senyum manis mengembang sempurna di bibir Zhao Yuzi, benar-benar bisa menenangkan hati Xiao You Ren, meskipun tidak sepenuhnya.

Mereka memesan dua porsi makanan dengan beberapa hidangan pelengkap lainnya. Kata-kata Zhao Yuzi tentang kebaikan restoran ini memang benar adanya. Buktinya saja uang Xiao You Ren tidak berkurang terlalu banyak, padahal dia sudah makan hingga kenyang dan merasa puas. Langkah mereka kembali ke luar dari restoran dan ketika berjalan ke parkiran, Zhao Yuzi tiba-tiba mengingat sesuatu. Ada barangnya yang tertinggal dan terpaksa harus kembali masuk. Menyuruh Xiao You Ren kembali ke mobil terlebih dulu.

Pandangan mata Xiao You Ren mengitari di sekitar, memperhatikan sekeliling sebelum matanya memaku seorang perempuan yang tiba-tiba ambruk di sisi jalan. Tanpa pikir panjang, segera menolong wanita yang terlihat jauh lebih tua itu. Membawanya ke sisi jalan yang cukup gelap dan berusaha mencari pertolongan sembari terus berjalan. Seseorang datang dan membantunya, membawa wanita paruh baya itu untuk dilarikan ke rumah sakit terdekat. Xiao You Ren menghela napas lega, lalu menyadari jika dia sudah berjalan terlalu jauh dari tempat awal. Mengedarkan pandangan untuk kemudian memikirkan keberadaannya yang entah di mana. Bingung. Itulah hal yang sangat tepat menggambarkan perasaannya saat ini. Antara dia yang berjalan terlalu jauh atau jalanannya memang berliku-liku.

Menyerah untuk memikirkan hal-hal tidak berguna seperti itu, Xiao You Ren memutuskan untuk kembali menyusuri jalanan. Memasuki lorong demi lorong hingga dia benar-benar berada di tempat yang asing dan gelap. Hanya ada penerangan remang-remang dari lampu perumahan kumuh. Xiao You Ren menghela napas kasar dan berhenti sejenak untuk kembali tenggelam dalam pemikirannya. Jalan itu sangat sepi dan diapit oleh bangunan-bangunan perumahan. Pundaknya bersandar pada salah satu tembok dan tangannya berusaha mengambil ponsel dari saku celana. Hendak mendial nomor seseorang, tapi hanya ada nama Zhao Yuzi yang tertera sebagai nomor paling sering dihubungi, lagipula nomor gadis itu tidak aktif.

Ketika Xiao You Ren mencari nomor lain yang kemungkinan bisa dimintai tolong, seseorang berjalan sempoyongan ke arahnya. Sebuah botol arak bertengger di telapak tangan orang itu. Jujur saja, ada rasa takut yang mulai merayap di hatinya, tapi Xiao You Ren berusaha untuk tetap tenang seraya membawa langkahnya menjauh. Semakin jauh dia berjalan, semakin menyeramkan tempat itu baginya. Suara teriakan seorang wanita tiba-tiba menginterupsi kepanikan Xiao You Ren. Meskipun hatinya merasa tidak nyaman, tapi dia berusaha untuk mencari asal suara itu. Bagaimanapun, teriakan tersebut terdengar sangat pilu dan menyedihkan, sangat tidak mungkin bagi Xiao You Ren untuk mengabaikannya begitu saja. Karena mulai merasa panik, tanpa sadar Xiao You Ren memanggil sebuah nomor.

Dalam keremangan malam itu, samar-samar netra Xiao You Ren menangkap pemandangan yang tidak senonoh. Di mana beberapa orang laki-laki tengah mempermainkan seorang wanita. Sungguh, hati Xiao You Ren merasa teriris, tapi tidak ada yang bisa dilakukannya. Langkah kakinya perlahan bergerak mundur. Dengan jantung yang nyaris meledak, Xiao You Ren berusaha melarikan diri. Nahas, salah satu kakinya tidak sengaja menabrak sesuatu yang diduga merupakan tong sampah. Hal itu menimbulkan suara yang cukup nyaring dan berhasil mengalihkan perhatian orang-orang itu. Salah satu di antara mereka, menatap nyalang ke arah Xiao You Ren, sedang yang lain masih sibuk berurusan dengan si wanita.

"Apa ini? Ada tamu tidak diundang datang," laki-laki yang berfokus pada Xiao You Ren bersuara seraya mulai mengambil langkah mendekat.

Suara Xiao You Ren tercekat di tenggorokan yang terasa kering. Tidak ada hal yang bisa dilakukannya selain berjalan mundur selangkah demi selangkah, menghindari orang itu.

"Apa dia wanita? Jika iya bawa dia ke sini, kita bisa bersenang-senang bersama!" seseorang yang lain berseru.

"Ide bagus," timpal laki-laki yang berjalan mendekati Xiao You Ren dan tersenyum miring.

Xiao You Ren hendak berbalik dan berlari secepat mungkin, menjauh dari para bajingan tersebut. Akan tetapi, teriakan pilu wanita itu seakan menahannya dan membuat Xiao You Ren merasa sangat ingin menyelamatkan wanita tersebut. Tanpa sadar keinginan itulah yang menjerumuskannya pada cekalan kuat di pergelangan tangan. Xiao You Ren gelagapan, menatap ragu pada sosok laki-laki bertubuh besar yang kini tepat di hadapannya.

"M-maaf," ucap Xiao You Ren terbata dan berusaha melepaskan cekalan pada tangannya.

"Ah, dia laki-laki!" teriak orang itu yang ditujukan pada rekan-rekannya.

Awalnya hening. Orang-orang itu menikmati tubuh wanita malang di sana. Namun, seseorang dari mereka berteriak, "Tidak masalah, dia bisa menjadi submisif!" Tawa meremehkan jelas-jelas terdengar memenuhi telinga Xiao You Ren. Mendengar kata 'submisif' membuatnya kembali dihantui rasa takut berlebihan. Tangannya gemetar dan air wajahnya berubah memerah. Belum sempat dia melakukan sesuatu untuk membebaskan diri, laki-laki itu sudah menariknya mendekati rekan-rekannya. Xiao You Ren berusaha melepaskan cekalan di tangannya dan memberontak untuk melarikan diri, tapi semua usahanya sia-sia. Kekuatan yang dimiliki tidak cukup.

Tubuhnya dihempaskan hingga tersungkur di dekat wanita yang tampak menangis. Anak mata Xiao You Ren bersirobok dengan wanita itu, dapat dengan jelas dilihatnya sebuah keputusasaan terpampang nyata. Belum ada semenit mereka saling melihat mata masing-masing, tubuh Xiao You Ren kembali di balikkan dan menubruk pada tembok yang tidak rata. Ringisan pelan keluar dari belah bibirnya. Laki-laki itu dengan paksa berusaha mengecup lehernya yang terekspos usai kaosnya diturunkan paksa. Xiao You Ren memberontak, meskipun tubuhnya mengkhianati. Rasa ngilu sekaligus nikmat mengalir deras dari kaki-kakinya. Susah payah dia menghalau kepala yang hendak bertengger di lehernya. Membuat laki-laki itu sedikit terdorong ke belakang dan dengan cepat Xiao You Ren berusaha melarikan diri.

"Jalang sialan! Kau suka kekerasan rupanya!" teriak laki-laki itu dan berusaha mengejar Xiao You Ren. Salah satu rekannya membantu dan menarik paksa tubuh gemetar itu dan mendorongnya jatuh.

Mereka berdua berusaha memberikan dominasi terhadap Xiao You Ren yang mulai menitikkan air mata. Meski demikian, ia tidak ingin menyerah dan pasrah begitu saja. Manik matanya menyusuri setiap bagian dari jalan kecil tersebut. Kaki lemah wanita itu bergerak dan seperti menyerahkan sesuatu padanya. Sebuah botol arak. Xiao You Ren melirik sekilas pada wanita itu yang bergumam tanpa suara, "Pergilah!"

Tanpa pikir panjang, dia meraih botol tersebut dan memukul salah satu dari dua orang yang berusaha memperkosanya. Botol kaca itu pecah dan menimbulkan darah yang cukup deras. Satu laki-laki lagi menatap geram padanya, yang kemudian ikut mendapatkan goresan dari sisa pecahan botol. Xiao You Ren berlari kencang usai menyaksikan dua orang itu tidak berdaya. Sedang rekannya yang lain sibuk dan terkejut di waktu yang sama. Seorang dari mereka berusaha mengejar Xiao You Ren dengan amarah yang memuncak. Tidak kehilangan akal, Xiao You Ren berlari ke lorong di mana dia melihat seorang pemabuk lainnya. Dia membuat situasi seperti orang yang mengejarnya itu tengah mencari gara-gara dengan orang yang mabuk. Hingga mereka terlibat perkelahian.

Terburu-buru Xiao You Ren membawa langkahnya menjauh dan terus berjalan tak tentu arah. Tidak peduli ada di mana, selama dia bisa selamat dari orang-orang itu, Xiao You Ren tidak peduli. Akan tetapi, ingatannya tentang wanita itu kembali bergerilya di benak. Xiao You Ren merasa bersyukur dan bersalah teramat besar. Dia laki-laki, seharusnya bisa menyelamatkan wanita malang itu, bukan sebaliknya. Apalagi dia melarikan diri seolah tidak peduli pada penderitaan wanita tersebut.

Kekuatannya tiba-tiba luntur, dia terduduk dan bersandar pada tembok yang dingin. Memeluk lutut dan menenggelamkan wajahnya di antara kedua kaki. Tangisan lara pecah bersama jatuhnya bulir bening dari pelupuk mata. Penyesalan dan perasaan-perasaan negatif hilir-mudik singgah di hatinya. Xiao You Ren membenci dirinya yang lemah dan selalu pasrah, menanti pertolongan orang lain.

Dari jauh terdengar derap langkah kaki yang berjalan mendekatinya. Sebuah senter mengarah pada Xiao You Ren yang masih bergeming.

"Xiao You Ren!" Suara familier itu menginterupsi pendengaran keheningan malam. Yang dipanggil menolehkan kepalanya, menatap sosok pemilik suara tersebut. Wang Xian Wei berjalan cepat mendekati Xiao You Ren.

"S-Sir …" lirih Xiao You Ren dengan tangan yang teracung menunjuk ke arah lain. Wang Xian Wei mengerutkan kening dan bertanya dalam diam.

"Di sana … ada wanita yang butuh bantuan."

Mendengar itu, orang-orang yang datang bersama Wang Xian Wei berlari ke arah yang ditunjuk Xiao You Ren dan mencari keberadaan wanita yang dimaksud.

Tertinggal mereka berdua dalam keremangan malam yang hanya diterangi sebuah senter di tangan Wang Xian Wei. Laki-laki itu berusaha membantu Xiao You Ren untuk berdiri, namun ditolak mentah-mentah oleh yang bersangkutan.

"S-Sir …" lirihnya lagi, tidak berani menatap mata Wang Xian Wei.

Melihat tingkah laku Xiao You Ren, Wang Xian Wei menelisik keadaan laki-laki itu. Menyedihkan. Itulah yang terlintas di benak Wang Xian Wei. Bagaimana tidak? Rambut yang acak-acakan, baju robek di bagian leher dan debu menyelimuti pakaiannya.

"Ada apa, You Ren?" Mata Wang Xian Wei memicing tajam.

Kedua kaki Xiao You Ren saling tumpang tindih dalam kegelisahan. Pahanya tertutup rapat dan wajah yang menunduk. Semua itu tidak lepas dari pengamatan Wang Xian Wei. Tanpa diberi tahu pun dia dapat menebaknya dengan sangat baik. Wang Xian Wei kemudian berjongkok di depan Xiao You Ren dan meraih dagu laki-laki itu, memaksa untuk bertatap muka dengannya.

"Katakan! Ada apa?"

Bulir bening di mata Xiao You Ren kembali berjatuhan. Bibir bergetarnya dengan susah payah memuntahkan kata-kata. "Tolong aku," lirihnya.

Bersambung ....

Chapitre suivant