webnovel

46. Only Me! (Kim Yerin)

Kim Yerin

Tahu sebuah permainan? Yang dimana tikus dan kucing saling bersahabat? Tom dan Jerry? Tahu tidak? Ah itu bukan permainan, tapi yaa sebuah movie. Tom adalah kucing menyebalkan, dia selalu memburu Jerry namun tak sampai membunuhnya, Tom sengaja melakukannya agar sang pemilik rumah tidak pernah mencari kucing lain yang akan benar-benar membunuh Jerry. Kau tahu apa yang Jerry lakukan? Ah, Jerry itu cerdik dan kelewat pintar. Dia selalu mencari masalah, agar Tom memiliki alasan untuk selalu mengejarnya. Untuk? Untuk membuat sang tuan rumah memberikan Tom makanan dan tempat tinggal. Ah, sepertinya menyenangkan sekali, mereka bersahabat namun seperti musuh bebuyutan.

Tapi sebentar dulu, bagaimana jika aku yang berada didalam sebuah menara megah. Bermandikan kekayaan dan berselimut uang hingga rasanya aku tidak membutuhkan siapapun lagi dalam hidupku. Hanya ada aku dan aku sudah merasa penuh. Meskipun dalam hatiku sangat kosong, namun pikirku itu lebih baik dari pada semuanya. Perkara Min Yoongi yang tiba-tiba muncul begitu saja dan tiba-tiba saja menjelma sebagai teman sekelasku. Teman yang aku kira menghilang setelah peristiwa itu terjadi, nyatanya dia mengatakan bahwa ingin selalu menemuiku, berusaha melewati dua bodyguard didepan gerbang rumahku yang tidak pernah bisa ia terobos setelah 6 tahun. Bohong jika aku mengatakan biasa saja, karena nyatanya aku hampir saja menangis karena ternyata masih ada banyak orang yang menginginkanku ada.

Baiklah, Min Yoongi adalah teman masa kecilku yang pernah aku ceritakan, kukira sungguhan dia menghilang, tapi ternyata aku salah menduga. Ternyata Yoongi memang tidak berubah, dia masih seperti dulu. Setidaknya dia sekarang memiliki alasan baru untuk selalu disampingku mulai besok, yaitu; menjafi teman sekelas. Dan ya, aku membiarkan Yoongi hanya mengetahui tentang Jungkook adalah kekasihku. Tidak kurang satu pertanyaan yang Yoongi ajukan tentang bagaimana bisa aku memiliki seorang kekasih. Juga tentang bagaimana bisa Jungkook bisa masuk dan menjadi kekasihku sedangkan Yoongi harus menahan diri selama 6 tahun dan membuatku mengira dia sudah tidak ingin lagi memiliki teman sepertiku.

"Mudah saja, tinggal masuk, dan aku mengatakan bahwa aku adalah calon menantu di keluarga Kim, dan aku dibolehkan masuk dengan begitu mudah seperti seorang putra raja."

Aku sempat ingin sekali tertawa kala teringat betapa lucunya Jungkook yang masih senang sekali mendramatisir keadaan. Mengikuti praduga Yoongi bahwa semuanya yang dia lihat adalah benar, meskipun tidak sama sekali. Pun Yoongi yang sepertinya percaya begitu saja, dia mengangguk-anggukan kepala beberapa kali tanda dia tidak memiliki praduga apapun yang melenceng dari apa yang Jungkook katakan.

Dan Hoseok. Pria bernama Hoseok itu menyebalkan sekali. Walaupun dia itu sangat ramah dan sangat mudah akrab dengan siapapun, tapi caranya memandangku, aku sangat membencinya. Ingin mencolok kedua matanya hingga buta jika aku mau. Tapi tidak jadi karena ini akan membuat reputasiku turun drastis, atau bahkan aku akan kehilangan semuanya termasuk Jungkook. Aku benci mengatakan bahwa aku menginginkannya, meskipun sungguhan rasanya seperti ingin mati jika teringat bagaimana aku ingin sentuhannya. Lebih jauh dan lebih dalam. Seperti seorang pesakitan yang menanti jiwanya tersentuh oleh tangan sang dewa agar kembali hidup. Namun dalam perkara ini, aku tidak membutuhkan dewa siapapun, Eros atau pun cupid, tidak sama sekali, aku hanya menginginkan Jungkook. Hanya Jungkook dan tetap Jungkook.

Jangan kira aku tidak kaget dengan semua yang barusaja terjadi. Bagaimana Jungkook memberikan ciumannya yang selalu memabukkan dalam setiap kecap dan decak yang tercipta. Terselingi beberapa kali desah yang sengaja kutahan agar sedikit memanipulasi bahwa aku tidak terlihat semenikmati itu. Namun benci juga kala aku tidak pernah berhasil menahannya di pangkal kerongkongan saja, dan desahan itu mengudara begitu saja dari sela dua bilah bibirku. Sialan!

Brengsek! Jungkook itu nikmat sekali asal tahu saja.

Bagaimana cara dia membuatku memejam, memiringkan kepala dengan cara kelewat manis. Menekan tengkuk memperdalam lumatan yang sudah memanas saat tangannya yang tidak dia biarkan menganggur tanpa melakukan apapun. Meremas lengan sesekali, dan memberikan sentuhan pada pangkal leher yang meremang karena berkali-kali serasa dipijat oleh jemari panjangnya dengan kelewat lembut.

Sial! Katakan Jungkook itu kurang ajar sekali, tapi bagaimana pun aku tidak akan bisa menolaknya. Aish! Harus berapa jauh lagi aku mendeskripsikan tentang apa yang aku barusan lakukan. Ciuman. Dia sungguhan pria yang polos, aku jadi ingin membuatnya menjadi dewasa saja dengan cepat. Membuatnya menjadi umur 23 tahun dan aku telah lulus di umurku yang 25 tahun. Lalu menikah saja jika perlu. Sungguhan demi Tuhan, aku tidak akan pernah rela melihat Jungkook menikah kalau seperti ini.

Yoongi. Ah apa harus kembali membahas Yoongi? Sebal. Yoongi itu banyak benarnya. Kata-katanya selalu mengarah pada semua kebenaran, meskipun dia memiliki otak yang licik, namun jika bersamaku, dia akan kembali menjadi anak kucing. Tidak tahu pasti apa alasannya, hanya saja, Yoongi adalah satu-satunya teman yang ku punya di kota seluas Abel Red dengan kekuasaan perusahaan ayah yang meluas hingga hampir seluruh sudut kota. Tapi lihatlah, betapa relasi tidak menjamin apapun. Temanku hanya Yoongi dan itupun kalau dia menyusup lewat gerbang belakang lalu mengajakku bermain di taman belakang rumah dengan sederet bunga lily orange yang entah kenapa selalu tumbuh disana. Menghabiskan waktu hanya untuk memunguti daun pohon maple yang kurasa tidak ada gunanya. Untuk apa juga di punguti, toh yang jatuh saja ada ratusan. Namun, dulu seperti itu sajasudah sangat menyenangkan. Memiliki teman dan membuatku tidak lagi merasa sendirian. Aku kesepian tapi aku menolak mentah-mentah memiliki adik. Hanya karena? Aku takut kasig sayang ayahku terbagi.

Kupikir lily itu indah sekali, warnanya orange dan menawan. Namun mendadak persepsiku berbeda saat Yoongi mengatakan bahwa; Lily orange adalah simbol balas dendam. Tentu sudah terlihat bahwa aku bukanlah gadis yang akan dengan mudah menerima argumen. Pun yang Yoongi katakan kala itu juga sudah ku debat walau akhirnya dia yang menang karena membawa ipad ayahnya dan mencari di situs pencarian internet kala itu. Curang! Dia memakai teknologi dan aku tangan kosong.

Semua yang dikatakan benar. Tentang aku yang hobi sekali menjadi pemegang kendali, bercita-cita menjadi ratu di Abel Red dan memerintah semua orang dengan kuasa yang ku pegang. Aku tidak tahu dulu saat berumur 13 tahun pikiranku sudah jauh sekali. Harusnya diumur yang baru menginjak akan remaja, tidak ada pikiran tentang kuasa apalagi perusahaan. Tapi kata Yoongi, semua anak-anak di Abel Red itu sama, hanya saja memang aku kenalnya hanya Yoongi saja. Jadi, Yoongi licik dan aku hobi mendebat.

Namun yang jadi atensiku sekarang adalah Jungkook. Dia tidak bereaksi apapun kecuali tersenyum, dan sampai akhirnya dia mengajakku meninggalkan kelas setelah dia mendengar bunyi tipak sepatu fantopel tinggi yang mulai mengarah dan berhenti pada pintu, dan aku melihat seorang gadis dengan ponitail dan setelan kaus putih tanpa jaket dengan skinny jeans hitam panjang dengan sepatu kets hitam. Simpel dan manis. Namun detik berikutnya adalah gila saja! Gadis itu menyambar Hoseok dan langsung menghujani pria itu dengan kecupan tak santai. Ciuman dibibir sampai Hoseok kewalahan sendiri. Bahkan aku sampai bergidik geli karena sungguhan gadis itu jauh dari kata manis dan malah terkesan sangat agresif.

"Hyung, aku ada urusan sebentar, jika nanti ada yang menanyakan Yerin, terserahlah kau mau bilang apa." ucap Jungkook sembari mulai beranjak berdiri dengan pergelangan tanganku yang sudah dia genggam.

Pun Yoongi terlihat hanya mengangguk lalu sedetik setelahnya tersenyum ke arahku. Aku hanya mengikut saja apa apapun yang Jungkook lakukan saat ini. Rasanya seperti jadi boneka, tapi aku menikmatinya. Perkara aku yang diam saja, kurasa dia mengerti ini terlalu canggung untuk teman yang bahkan tidak pernah bertemu lagi selama 6 tahn. Hei. 6 tahun bukan waktu yang sebentar, ya jadi kurasa aku juga butuh waktu untuk bisa mengakrabkan diri lagi dengannya.

Di langkah-langkah aku menuju pintu, tentu saja aku masih bisa mendengar dan menyaksikan bagaimana perdebatan 3 orang itu yang malah lucu sekali. Ada sudut hati yang menghangat kala mengingat dulu aku juga seberisik itu.

"Hei...hei! Ara! Lakukan nanti bodoh!"

"Ah Oppa! Haruskah ku jual saja matanya agar hanya wajahku yang dia ingat? Menyebalkan sekali!"

"Aku tidak menelfonmu, bagaimana bisa tahu dia ada disini dan sedang mencuci mata, ah maksudku sedang bersama teman baru kami?" Suara Yoongi sangat dominan basah dan dalam, dan gadis itu? Apakah Min Ara? Adik nya yang dulu selalu menangis saat Yoongi mengangkat telepon pada ipad nya. Yang katanya mencarinya dan ingin mengajaknya bermain.  Yang ku ingat gadis bernama Min Ara itu sangat membenciku, katanya aku yang telah merebut kakaknya, padahal aku tidak melakukan apapun. Sungguh. Tapi memang! Anak kecil tahu apa?! Sedangkan Yoongi dan aku adalah seumuran dan Ara seumuran dengan Jungkook.

"Dia tidak mengangkat teleponku dan tidak sama sekali membaca pesanku! Brengsek tidak?"

Sungguh intonasinya manis sekali meskipun sambil mencak-mencak dengan beriring kesarkasannya. Wajah inosen yang  berbanding terbalik dengan kata-kata pedasnya. Aku bahkan sampai menghentikan langkahku sebentar, sampai akhirnya Jungkook sungguhan membawaku keluar dari ruangan itu. Awalnya aku akan berada dikelas, tapi setelah bertemu dengan mereka, aku hanya dapat melihat air muka Jungkook yang sangat tidak bersahabat. Ingin bertanya, tapi kukira tidak penting sekali. Sampai pada akhirnya, sungguhan dia mengajakku keluar dan mengatakan bahwa perkenalan itu tidak penting sama sekali, katanya yang aku perlu kenal hanya satu, yaitu Jungkook. Katanya itu sudah lebih dari cukup.

[]