webnovel

19. Bar

Gemerlap area klub dan balap liar yang tentunya tidak bersahabat dengan seorang Kim Yerin. Berhenti disebuah klub malam yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Untuk gadis dengan skala traumatik yang tinggi seperti Yerin, tempat ini bukanlah tempat yang cocok. Berharap bahwa Jungkook akan melesatkan kembali mobilnya dan menuju kerumah. Membatalkan niatnya untuk berhenti disana, dan lebih parahnya adalah saat ia benar-benar akan melihat Jungkook turun dan masuk kedalam sana.

Malam ini hujan sempat berhenti, hanya beberapa kali rintik gerimis membasahi kaca depan mobil yang menimbulkan bayangan kabur. Obsidiannya hanya menatap ragu kearah luar dari jendela kaca yang tak kunjung terbuka itu. Mengamati segala situasi yang ia rasa tidak ada yang baik dari segala aspek yang dia lihat. Beberapa orang nampak sedang bersenang-senang di garis start sirkuit. Terlihat dengan begitu jelas dua mobil sport yang tentunya bukan mobil murah itu saling beradu deruan mesin. Bersiap untuk meluncur kala seorang gadis dengan pakaian yang kelewat seksi itu mengibarkan bendera hitam putih.

Yerin sempat berpikir, jika dua mobil itu beradu dijalanan licin dengan kecepatan yang tidak baik untuk jantung itu, pasti akan beresiko tinggi. Hal ter fatal nya adalah sebuah kecelakaan. Mengerikan!

Bergerak sedikit membenarkan dudukannya yang mulai tak nyaman karena jujur saja Yerin sedang menahan hasrat buang air kecil. Ternyata berada disatu mobil dengan Jungkook yang memacu kecepatan setan itu sangatlah tidak baik untuk ginjalnya sekalipun. Sedangkan sesekali ia melirik Jungkook yang ternyata sedang mengarahkan obsidiannya pada sebuah meja bar dengan dua pria dan satu orang gadis yang terlihat sedang menunggu seseorang. Terlihat saat mereka duduk di kursi meja bar dan tatapannya gelisah, sesekali celingukan dengan tangannya yang menggenggam gelas yang sepertinya berisi minuman dengan kadar alkohol yang tidak sedikit.

"Noona, aku ada urusan sebentar. Bisakah kau menunggu saja disini?"

Jungkook mengambil tangan Yerin dan menggenggamnya lembut. Berusaha memberikan ketenangan agar sang gadis mengikuti sugestinya. Cukup berada didalam mobil dan menunggunya menyelesaikan urusannya dengan seorang gadis yang terlihat bersama dua orang pria yang sepertinya ia tidak salah mengenalinya sebagai--Choi Jimin.

Yerin tak bisa apa-apa. Ditatap dan diberi sentuhan selembut itu oleh Jungkook, nyatanya sudah membuatnya melemah seperti manusia tanpa tulang. Namun sepertinya Yerin tidak akan pernah menuruti keinginan Jungkook kali ini, perihal untuk menunggu di mobil dan dalam waktu yang entah tidak bisa di prediksi, sepertinya ia tidak akan bisa menerima tawaran itu.

Tentu bukan karena Yerin sedang mencari perkara dengan mengikuti Jungkook masuk kedalam kerumunan orang-orang liar disana. Tapi karena ada hasrat yang benar-benar ia tahan sedari tadi. Hasrat akan pelepasan yang tak lagi bisa ia tunda barang hanya 10 menit pun. Sungguh Yerin sudah tersiksa.

"Aku tidak bisa, Jung." ucap Yerin kembali merespon genggaman Jungkook hingga kadar eratan yang tercipta sekarang jauh lebih erat yang Yerin berikan.

Jungkook sukses mengernyitkan dahi. Bukan karena ia kaget dengan yang baru saja Yerin lakukan, namun karena melihat Yerin sedang merapatkan pahanya, meremas genggamannya dan menggigit bibir bawahnya dengan frustasi. Alisnya nampak berkerut menahan sesuatu, jemari kakinya yang gelisah dibalik sandal rumahan berbulu itu.

'Jungkook! Berhentilah berpikiran kotor!'

"N-noona baik-baik saja?"

Sekarang tinggal Jungkook yang menanyai Yerin dengan sirat khawatir di wajahnya. Tentu yang di khawatirkan oleh Jungkook bukanlah perihal Yerin yang memiliki trauma itu, namun lebih tentang perihal 'apakah sekarang Kim Yerin sedang mencoba memancingnya?'

Jungkook memang baru 17 tahun lebih 10 bulan, namun bukan berarti Jungkook tidak tahu apa-apa. Dia bukan bayi dan juga bukan pria polos seperti yang terlihat di wajah inosennya. Jungkook tidak tanpa dasar menduga seperti itu, meskipun tidak dia pungkiri bahwa sekarang dia juga bereaksi, menahan frustasi akan sesuatu yang membutuhkan pelepasan yang mungkin sama dengan apa yang Yerin rasakan. Perihal ciuman ditepi jalan tadi jugalah yang menguatkan dugaan Jungkook akan persepsi gila nya itu.

"Tidak. Bisakah aku menemukan toilet disini? Sungguh Jung, aku menahannya sedari tadi." ucap Yerin terang-terangan. Sungguhan tidak peduli, pun jika nanti Jungkook akan menertawakannya nanti. Yang ada dipikirannya hanyalah; toilet, kamar mandi, wc, closet, ah atau apapun itu. Yerin hanya ingin; Pipis.

"Noona. Tapi, kau yakin akan ikut turun?"

Jungkook jadi malu sendiri, ternyata pikirannya bahkan lebih liar dari yang dia kira. Persepsi tentang 'pelepasan' yang dia sebutkan ternyata 100 persen berbeda dengan apa yang Yerin coba ingin sampaikan padanya. Hanya saja, cara Yerin menahannya, itu sangat mirip saat kekasihnya itu memaksa dirinya untuk menjadi pertama untuk kekasihnya itu. Bagaimana cara memberi afeksi dengan ciuman lalu berlanjut menahan dan merapatkan pahanya dan meremat genggaman tangannya, alis yang berkerut dan bibir bawah lembab yang tergigit. Sungguhan tidak ada bedanya. Jadi sungguh Jungkook tidak salah kan? Dugaannya berdasarkan sebuah penelitian. Penelitian yang bahkan tidak pernah mengikuti hipotesa yang seharusnya.

Jungkook bahkan belum pernah melakukannya. Sekalipun kekasihnya itu memaksanya, dia akan lebih memilih kabur ke bar dan meneguk beberapa gelas bir disana, meninggalkan kekasihnya dikamar apartemennya dalam hasratnya yang tertahan sekalipun masih membara menginginkan dirinya. Berdalih sedang tidak berada didalam mood yang baik, Jungkook berhasil lolos berkali-kali dari ajakan gila kekasihnya itu. Jika mungkin bagi sebagian orang itu bukanlah hal yang besar, namun Jungkook masih memiliki pikiran yang masih berfungsi dengan baik. Tentu bukan karena ia takut terkena penyakit, pun itu juga pertama kalinya bagi kekasihnya, pun juga dirinya. Hanya saja, ia takut kalau kekasihnya itu tidak benar-benar menikmatinya. Karena umurnya yang belum sematang itu untuk melakukan adegan sedewasa itu.

"Yakin."

"Jungkook cepatlah! Apa kau ingin aku pipis didalam mobil?"

Tidak ada pilihan lain, Jungkook benar-benar tidak punya pilihan selain dia harus membawa noona nya itu turun dan mengantarnya ke toilet. Membawanya ke dalam bar dengan pakaian tidur yang sangat lucu ini. Tunggu, apakah sekarang Jungkook akan membawa Yerin sungguhan menemui gadis yang sedang menunggunya itu?

"Baiklah. Tapi berjanjilah tidak jauh-jauh dariku."

~~~

Jungkook sudah mengambil tindakan untuk menemui gadis yang sudah memaksanya untuk sampai ditempat yang sebenarnya tidaklah asing bagi Jungkook. Selama menjadi kekasih dari gadis itu, tentu tempat dimana ia berdiri sekarang adalah tempat yang sangat wajar. Meski bukan di bar yang sekarang, bar bar lainnya sudah habis dia jelajah bersama kekasihnya itu. Bahkan yang dihadapannya sekarang, Jimin dan Taehyung. Dan diantara kedua pria itu, Jimin lah orang yang paling familiar dimata Jungkook. Namun, tetap saja sasaran utamanya adalah gadis yang berada ditengah-tengah antara dua pria itu.

Gadis itu nampak turun dari kursi tingginya setelah mendapati presensi Jungkook didekatnya. Tindakan berikutnya tentu saja berdiri kemudian beranjak tanpa menaruh dulu gelas yang masih digenggam ditangan kanannya. Tidak heran sama sekali karena Jungkook sudah tahu memang kekasihnya itu, seliar itu. Jika memang dia gadis adalah golongan gadis yang terpandang dengan menyandang marga Park yang sangat berwibawa itu, tentu Jungkook tidak akan pernah menerima ajakan untuk melakukan 'itu'. Tapi yang ia dapatkan memang sudah sesuai ekpektasinya. Kenyataan bahwa kekasihnya itu seliar itu dan seserampangan itu. Masih ingatkan berapa kali dia mengajak Jungkook untuk melakukannya. Tidak kurang usaha gadis itu, bahkan sampai nekat memasukkan sebuah obat perangsang dalam segelas bir yang dibuat khusus oleh gadis itu beberapa hari yang lalu.

Jungkook tidak bodoh, dia bisa merasakan reaksi dalam tubuhnya setelah menerima minuman itu dan meneguknya dalan sekali tenggak. Panas dan seperti ingin segera memasuki. Namun meskipun Jungkook sangat tersiksa karena menahan sebuah hasrat pancingan tentunya tidak semudah menahan hormon yang tumbuh karena alami. Jungkook harus mengerahkan tenaganya lebih banyak hanya untuk terlihat biasa saja didepan kekasihnya yang sengaja menjebaknya itu.

Dan tentu saja Jungkook sukses membuat kekasihnya itu kesal dan akhirnya memutuskan untuk pulang ke apartemen dengan wajah masam selama diperjalanan. Tentu Jungkook menyadarinya, namun dia lebih memilih untuk menyamarkan situasi dan bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apapun. Tidak peduli dirinya sendiri tersiksa setengah mati dan akhirnya memilih bermain solo di bathtub didalam kamar mandi apartemen sederhana miliknya itu.

"Selamat datang, sayang." ucap gadis itu terkesan ingin sekali mendominasi. Langkahnya yang kecil itu mulai menuju kearah Jungkook, semakin dekat dan berhenti tepat highheels nya itu berjarak hanya 5 senti meter dari sepatu hitam Jungkook.

Sedangkan masih ada Jimin dan Taehyung yang hanya memandangi mereka berdua dengan romansa panas yang jelas terlihat dari bagaimana gadis yang diketahui bernama Park Sewon itu mendekat kepada pria yang sepertinya kekasih yang dimaksud oleh Park Sewon sewaktu masih didalam room.

"Jungkook, kekasih Park Sewon. Bagus juga selera gadis itu." Batin Taehyung dalam diam, dan tatapannya yang sejurus dengan Jimin di seberangnya sukses menimbulkan kemungkinan besar bahwa yang sekarang ada didalam isi kepala Jimin adalah; sama dengan apa yang dipikirkan oleh Taehyung.

Park Sewon selalu abu-abu. Taehyung tentu masih mengingat saat beberapa hari lalu mendapati gadis itu singgah di bar itu, tapi hanya sebentar, bahkan saat dia kembali ingin menghampiri gadis itu untuk mengajaknya berkenalan, gadis itu sudah menghilang tanpa jejak. Dan sekarang fakta terbarunya adalah, tenyata Jungkook lah kekasih dari gadis itu. Pria remaja yang dia temui siang tadi di universitas. Dan parahnya lagi, ada yang janggal dari pandangan Taehyung selama beberapa detik bertanya-tanya dalam benak sendiri.

"Kau membawa adikmu ke bar?" ucap Jimin yang sepertinya tidak mengenali gadis yang terus saja mengaitkan lengannya pada lengan Jungkook. Meremat kuat hingga jaket yang dipakai Jungkook mengusut secara tidak santai. Tentunya Jimin tidak buta dengan pertanyaannya.

Seorang gadis dengan piyama dan bandu, dan jangan lupakan sandal bulu hangat yang bahkan masih kebesaran di kaki gadis itu. Jimin sempat menoleh kearah Taehyung, mempertanyakan dalam diam dan memastikan bahwa mereka berdua memang berada di ranah kebingungan yang sama. Yaitu; tentang gadis dibalik tubuh Jungkook.

Sungguhan Jungkook tidak merespon apapun, selain hanya mengangguk. Ambigu. Adiknya, Jungkook tidak punya adik! Dan, oh mungkinkah Kim Yerin? Noona nya itu? Wah,kenapa sekarang menjadi seperti bayi?

Sewon masih tidak gentar dengan pertanyaan Jimin yang menyeletuk begitu saja. Membuyarkan tatapan Jungkook yang langsung beralih darinya, menuju Jimin dan beberapa saat kemudian Jungkook mengarahkan obsidiannya pada gadis yang memang lebih terlihat seperti adiknya jika dalam balutan piyama seperti itu.

Sewon bukanlah gadis yang gemar diabaikan, apalagi oleh kekasihnya sendiri. Pun Sewon sekarang menahan pipi Jungkook lalu menarik kausnya hingga membuat gadis itu berhasil mendaratkan bibirnya pada bilah kenyal yang memang dia nantikan sejak lama. Terakhir kali Sewon mengecap bibir manis itu adalah 3 hari yang lalu. Dan untuk malam ini, gadis itu berpikir bahwa dia harus membuat kerinduannya terbayar.

Semula Jungkook terkesiap, hendak terlena jika saja ia tidak teringat bahwa ia membawa seorang gadis yang saat di mobil merengek meminta toilet.

Pun sekarang yang Jungkook lakukan adalah menghentikan ciumannya yang mulai memanas bahkan sebelum dia membalasnya. Memang Jungkook tidak akan berbohong, dia menyukai bagaimana cara Sewon menciumnya. Tipikal gadis dengan kemampuan pencium yang ulung. Dan Jungkook mengakui itu, bahwa; Park Sewon adalah the good kisser.

"Sew--Engh--Sewon--Cuk--eungh--ck--cukup dulu."

Pun setelahnya Jungkook benar-benar menjauhkan diri, menarik wajahnya dari Sewon. Mengabaikannya sejenak kemudian memberi usapan pada bibir sang gadis yang bahkan sudah melipat bibirnya karena kesal. Ciumannya belum bisa mengobati rindunya, tapi Jungkook sudah mengakhirinya dengan sepihak.

"Sebentar, sayang, aku harus mengantarkan noona ku dulu ke kamar mandi."

[]

Chapitre suivant