webnovel

17. Will you be mine?

Keputusan untuk turun dan menemui Jungkook mungkin adalah keputusan terbaik juga keputusannya yang paling konyol. Dimana sekarang Yerin berada didalam mobil dengan Jungkook yang memacu mobilnya seperti memiliki 9 nyawa. Katakanlah bahwa Jungkook sedang mempermainkan nyawanya yang hanya ia miliki satu itu.

Jungkook diam saja semenjak dirinya masuk kedalam mobil. Yerin tentu tidak tahu menahu tentang apa yang membuat Jungkook menjadi diam lagi. Mengingat sore tadi Jungkook diam hanya karena sebuah microwave. Tapi sekarang ia tidak lagi bisa menebak apa yang membuat Jungkook diam seperti itu.

Yerin pun tidak ada yang bisa dilakukan selain menurut, walaupun ia tahu jantungnya tidak baik-baik saja dengan kecepatan yang memacu adrenalin memuncak panas. Ia tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa Jungkook mampu membawa mobil dengan kecepatan setan seperti ini. Lagi pula umurnya masih belum legal memiliki Surat Ijin Mengemudi, tapi lihatlah Jungkook yang sekarang bahkan begitu tenang, berbeda sekali dengan Yerin yang meremat baju piyamanya dan semakin gencar kakinya gemetar diatas tangannya yang juga gemetar bukan main.

Sesekali Jungkook melirik gadis disampingnya, namun yang dia dapati justru air muka yang benar-benar ketakutan atau sebut saja Jungkook mengenali raut panik setengah mati itu. Jelas ia tahu bahwa Yerin sedang dalam mode panik. Takut nyawanya melayang karena dirinya yang membawa mobil tanpa ingat nyawanya yang hanya satu.

Perlahan Jungkook memelankan laju mobilnya, mengerti sekaligus sadar bahwa ia tidak seharusnya ia mengabaikan noona nya dan membuat noona nya ketakutan seperti itu. Detik berikutnya setelah Jungkook memutuskan untuk menghentikan mobilnya ditepi jalan, kemudian Yerin yang tampak langsung menoleh kearah Jungkook. Bertanya-tanya apakah memang disebuah jalanan sepi ditepi sungai yang luas dan pekat hitam karena malam yang jadi tujuan Jungkook pergi dari mansion. Tidak ada yang menarik, di sekelilingnya hanya ada beberapa lampu temaram yang bukannya membuat kesan terang, tapi malah kesan horor yang dia dapat.

Kedua pasang iris mereka saling bersitemu. Melolongkan ribuan pertanyaan namun berakhir menjadi semburan nafas berat yang terembus dari keduanya, hampir bersamaan.

Jungkook tiba-tiba meraih tangan Yerin yang masih gencar meremas bajunya sendiri dan seketika Yerin merasakan kembali kehangatan itu, kenyamanan yang Jungkook selalu tawarkan adalah yang terbaik. Dan bodohnya Yerin adalah; ia mulai membuat kenyamanan yang Jungkook berikan adalah sebuah candu. Kehadirannya yang nyatanya mampu membuat Yerin menemukan dirinya kembali.

"Noona. Maaf. Harusnya aku tidak seperti ini." ucap Jungkook melirih, nada bicaranya penuh penyesalan, sedangkan ibu jarinya masih gencar mengusap tulus punggung tangan Yerin yang entah mengapa juga membuat dirinya merasa sangat nyaman.

"Kook, sebenarnya ada apa?" tanya Yerin setelah dirinya bisa mengendalikan dirinya sendiri. Ketakutan serta debar anomali yang tiba-tiba menderu menyamai debaran jantung kehidupannya. Menyeru bersamaan dengan embusan nafas yang terengah, menunduk kemudian mendapati Jungkook yang menggapai dagunya agar menatap matanya.

Sungguh sekarang Yerin tidak bisa mengatakan apapun, selain menunggu Jungkook menjawab pertanyaannya. Yerin juga penasaran, sebenarnya Jungkook ingin kemana hingga awalnya tidak mengijinkan dirinya ikut bersamanya. Ribuan pertanyaan sudah menggunung di isi kepalanya, namun tidak ada satupun yang keluar dari bilah bibirnya. Yerin terlalu kelu hanya untuk melontarkan beberapa pertanyaan lagi.

"Jung..." Yerin balik meraih dagu Jungkook, mengusap pipi hingga rahang tegas yang seperti meminta sebuah sentuhan lebih lama, memberikan sebuah afeksi akan sebuah perhatian yang malah membuat Jungkook panik sendiri ditempatnya.

Tidak ingin munafik, tentu saja Jungkook mengakui bahwa Kim Yerin adalah gadis yang cantik, manis dan membuat dirinya sering lupa bahwa Yerin adalah kakaknya. Meski belum yakin akan hal itu, Jungkook masih menggunakan fakta yang jelas dikatakan tentang akta usang itu, yang menunjukkan dengan jelas bahwa Kim Jungkook adalah seorang putra dari Kim Daehyun dan Jung Aira. Yang mereka juga adalah orang tua dari Kim Yerin.

"N-noona. Boleh aku mengatakan sesuatu?"

Sial! Jungkook mengumpati dirinya sendiri. Merutuki dirinya kenapa dia bisa terbata padahal jelas ia tahu yang didepannya itu adalah seseorang yang harus mendapat perlindungan penuh darinya, dari seorang adik yang bahkan sengaja tidak diakui keberadaannya. Dihilangkan dari silsilah keluarga besar Kim dan dibiarkan hidup selama 17 tahun menyandang marga Choi.

Sedangkan Yerin, dia bahkan tidak gamang dan tidak gusar dengan apa yang sekarang sedang dirinya lakukan. Memancing Jungkook dengan keberanian yang entah berasal dari mana. Bagi Yerin, saat ini hanya Jungkook lah yang membuatnya mampu mengekspresikan dirinya. Membuat senyumnya kembali dan hidupnya kembali hidup menyambut dunia yang sempat ia takuti.

Yerin kembali menatap, nyatanya memejam beberapa saat bisa membuatnya lebih tenang dan mulai terbiasa dengan presensi Jungkook yang selalu membuat dirinya resah. Jantungnya yang semula dingin dan datar tanpa degup anomali apapun, kini selalu berdebar saat sedang bersama dengan Jungkook.

Menyelam kedalam manik sehitam jelaga milik Jungkook dibawah temaramnya lampu jalan, bagi Yerin adalah hal yang terbaik yang terjadi malam ini. Mencari celah bagaimana ia bisa sangat nyaman saat kedua manik teduh nan tajam itu menatapnya. Namun, nihil, Yerin tidak menemukan apapun selain, ketulusan.

"Katakan saja." ucap Yerin memberi titahnya.

"Berjanjilah tidak akan pernah pergi kemanapun, noona." ucap Jungkook yang sebenarnya ragu.

Ragu yang ia jelmakan menjadi yakin. Sebuah keyakinan akan sebuah jawaban yang selama ini menggerus sebagian otak kecilnya. Ia hanya ingin mengatakan itu pada Yerin. Mengatakan bahwa ia hanya ingin Yerin berjanji. Berjanji untuk tidak pernah kemana-mana, selalu bersamanya karena Jungkook juga berjanji akan selalu ada untuknya. Untuk Yerin. Untuk kakaknya. Dan untuk gadis yang selalu ia sayangi, seburuk apapun nanti akan dia ketahui alasan mengapa pihak keluarga Kim sepakat memisahkan keduanya dan membiarkan keduanya untuk tidak saling mengenal satu sama lain.

"Kau ingin aku menjawab apa Kook?"

Entah sekarang apa yang sedang Yerin pikirkan. Memberikan pertanyaan balik kepada Jungkook yang sedang menanti jawaban pasti darinya. Tidak ada yang lain, selain yang Kim Yerin inginkan adalah; Jungkook.

Kim Yerin sudah berubah, bukanlah lagi seorang gadis penakut yang hanya mendekam didalam kamar sembari meratapi nasib ditengah hujan lebat. Pun diantara petir dan gemuruh yang sama sekali tidak membuat Yerin menyingkir dari jendela.

Sekarang, Kim Yerin adalah pejuang, tentu semua itu karena Yerin merasa sudah memiliki sebuah tameng sebagai perisai yang selalu ia inginkan. Namun tetap saja, Yerin belum sepenuhnya sembuh, hanya kepada Jungkook lah dia bisa seperti itu. Untuk lainnya, dia masih membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

"Apapun itu. Selama aku bisa melindungimu, aku akan melakukannya." ucap Jungkook. Matanya berkaca-kaca walau dibawah temaram. Sunyi hening yang seperti mewakili benaknya yang begitu sepi. Menjadikan Kim Yerin sebagai cahaya baru yang tidak menyilaukan. Menempatkan Kim Yerin sebagai garda utama yang harus dia lindungi setelah dirinya sendiri. Jungkook sangat menyayangi Kim Yerin.

Tidak pernah ia sangka bahwa pengintaiannya selama setahun penuh membuahkan sebuah perasaan yang tidak pernah ia rencanakan. Sebelumnya, Jungkook hanya ingin mengetahui lebih jauh tentang kebenaran kertas didalam amplop itu. Namun, semakin lama ia ingin menyelam lebih jauh, semakin dalam pula rasa yang tak seharusnya ada itu tumbuh pesat dalam hatinya. Untuk Kim Yerin.

Bukan sebuah jawaban. Bukan sahutan kata berupa 'iya' atau 'tidak'. Melainkan sebuah tarikan pada kaus depan Jungkook yang membuat Yerin berhasil membuat bibirnya bisa mengecap betapa manis bibir Jungkook yang selalu menggairahkan dimatanya.

Yerin memejam sesaat setelah bibirnya menempel sempurna pada labium ranum milik Jungkook, berusaha mengingat akan rasanya dan akan dia ingat sampai kapanpun. Sedangkan Jungkook tidak merespon juga tidak menolak, rasanya ingin tenggelam bersama, namun ia tahu semua ini adalah salah.

Jungkook sengaja manarik diri, namun tetap membuat Yerin merasa dihargai. Dia menjauhkan wajahnya dari Yerin, namun ibu jarinya tidak dia biarkan diam saja. Sebuah usapan lembut mendarat dibibir bawah sang gadis, sebuah afeksi akan sirat meminta lebih dari sekedar kecupan, namun Jungkook harus tetap menahannya. Obsidiannya menatapnya lekat, menyelam sejenak, sebelum akhirnya mendaratkan sebuah kecupan halus di kening sang gadis.

"Sayang noona."

[]

Chapitre suivant