webnovel

"Aku sudah menduga!"

Tek tek tek

Suara jentikan kuku panjang Mike. Pria dengan ciri khas kaos oblong tanpa lengan dengan celana training sewarna hitam dengan garis putih di satu sisi. Tubuh jangkunnya pun bersandar di kusen pintu dengan satu lengan lainnya di dalam kantung celana. Pandangannya sedari tadi tak sedikit pun teralih ke sosok pria mungil yang sibuk membersihkan kamarnya. Kain penutup kasur, bantal serta selimut berwarna hitamnya pun berganti menjadi putih. Seluruh botol yang berserakan di lantai, juga di angkut dengan cekatan oleh Devan. Menghela nafas, Mike yang menatap Devan bahkan merasa sangat kelelahan. Jangan berpikir jika dirinya kejam karena menyuruh Devan membersihkan kamar di malam yang sudah hampir larut ini! Mike bahkan sudah tak bisa membujuk Devan yang seperti anti kotor dan bertingkah memaksa untuk membersihkan ruangannya. Mike bahkan sempat ingin membantu, tapi apa yang didapat, malah bertindak ceroboh dan membuat salah satu botol kaca yang diambilnya jatuh dan berserakan. Devan pun seketika mengomel dan menyuruhnya pergi dan tak usah mengganggu, kalau sudah begitu, Mike bisa apa?

"Sudah bersih!" ucap Devan setelah menyemprotkan pewangi ruangan. Mike yang sejak tadi ingin menyalurkan rasa khawatirnya sejak kemarin itu pun menghadang Devan yang akan melewatinya. Pria dengan lengan kiri penuh tatto itu lantas mencengkram lengan Devan, dan membuat mereka saling bertatapan.

"Kenapa?" tanya Mike singkat dengan raut datarnya.

"Heh, apa?" timpal Devan tak mengerti harus menjawab apa dengan hanya kata tanya itu.

"Setelah pergi kemarin, aku merasa kalau kau menghindari ku," jelas Mike dengan menarik tangan Devan secara pelan, Mike menggiring Devan untuk duduk di sofa. Menempatkan diri saling bersisihan. Entah sadar atau tidak, Mike masih belum melepaskan tautan tangan mereka. Dan hal itu sangat berpengaruh besar untuk Devan, jantungnya berdebar begitu kencang seiring dengan denyutan yang masih belum hilang dari kepala. Bulir-bulir keringat bahkan terasa mengalir deras di beberapa titik tubuhnya, demi Tuhan! Devan tak kuat walau hanya sekedar membalas tatapan Mike yang menatapnya dengan begitu dekat itu!

"Bukan begitu, ini kan sudah malam... ja-jadi ku pikir kalau kau akan langsung tidur, aku tak ingin mengganggu itu salah ya?" balas Devan setelah beberapa saat mengumpulkan keberanian. Dengan bola mata yang nampak berlarian menghindar, dan gigitan bibir dalam setelah berucap, ia harap Mike tak melihat kegugupannya.

"Bohong, jelas sekali kalau kau menghindari ku, kenapa? Apa yang kau pikirkan kemarin, saat mendapati diriku dengan seorang wanita?" pertanyaan Mike seketika membuat pandangan menghindar Devan terhenti, ia menatap penuh kearah Mike dengan begitu dalam. Kenapa Mike mengungkit kejadian itu? Jelas, Devan jelas cemburu!

"Berpikir apa? Itu kekasih mu, pikirku seperti itu," jawab Devan dengan lengan ditarik meminta dilepas. Ia tak bisa berekspresi sesuai keadaan hati, bibirnya hanya sanggup tertarik menampilkan senyum yang mungkin saja terlihat begitu konyol di mata Mike.

"Aku sudah menduga, kau pasti mengira aku akan berbuat yang tidak-tidak kan?" tebak Mike lantas mengacak rambut Devan yang sedikit berkeringat. Tak sampai disitu, Mike bahkan melingkarkan lengannya ke kepala Devan dan mendekatkannya ke tubuh beraroma khas miliknya. Demi apa pun, dalam satu waktu Mike bisa dengan cepat menjungkir balikkan suasana hati. Mike yang terlalu berpikir lurus atau terlalu bodoh untuk bisa memahami situasi? Apakah Mike sama sekali tak berpikir melenceng dan menebak-nebak secara liar sikap atau respon Devan yang jelas berubah?

"Kau bau, lepas!"

Ya, akhirnya kata itulah yang bisa keluar dari mulut Devan. Berpura-pura menolak dan menghentikan kesenangan hati. Lebih baik memang seperti ini, kan? Lebih baik menjaga jarak mulai sekarang dari pada terlanjur berharap lebih? Ya! Mulai hari ini Devan harus janji dengan dirinya sendiri. Bukan sekedar kata seperti kemarin, ia harus cepat-cepat mencari ganjalan agar pintu hatinya yang sudah hilang kunci itu tak lagi terjerembab karena serangan Mike.

"Aku sudah menduga kalau kemarin kau memutuskan untuk membuat alasan dan menginap di rumah teman mu karena itu!" ucap Mike dengan menyentuh ujung hidung Devan dengan jari telunjuknya.

"Ihh... tidak, aku sudah cukup dewasa untuk tak mengganggu privasi mu, kan?" balas Devan sembari mencebikkan bibir, sedangkan lengannya tak berhenti untuk terus menyingkirkan lengan Mike yang jahil.

"Tuh, kan! Kau masih tak percaya denganku. Mana mungkin aku melakukan hal dewasa di tempat privasi yang jelas-jelas ku jaga sejak dulu."

"Begini-begini, kita segera luruskan kesalahpahaman ini, karena jujur aku sudah sangat lelah dan mengantuk!" putus Devan dan segera mendapat anggukan dari Mike.

"Oke!" balas Mike dengan menyamankan posisi, ia menghadapkan tubuhnya penuh kearah Devan.

"Kemarin memang aku berencana menginap di rumah temanku karena... ya, tugas sekolah! Dan selanjutnya seperti yang kau tau, aku melihat mu... begitu dengan seorang wanita, dan-"

"Itu Gista!" potong Mike cepat.

"Jangan potong pembi-, hah?" tanya Devan setelah tak mendengar jelas ucapan Mike. Mulutnya bahkan tanpa sadar menganga lebar, Gista wanita aneh itu, kan!

"Yang harus kau tau, itu Gista. Pada waktu itu memang aku tak sengaja bertemu dengannya yang sedang dalam masalah. Dia mabuk dan masih sedikit linglung, jadi aku tak tau akan membawanya kemana. Dan setelah aku ingin pergi untuk membuatkannya teh hangat dia malah menarik ku, dan... seperti yang kau lihat," jelas Mike dengan memandang wajah Devan untuk meneliti respon. Sungguh, ia yang tak bisa membaca ekspresi wajah atau memang Devan tak merespon melalui ekspresi wajah? Ia bahkan sampai harus mengerutkan dahi karena Devan yang terus berkedip-kedip dengan cepat.

"Ohhh... ternyata begitu? Ternyata kau memang pria baik tanpa pandang bulu, ya!" balas Devan dengan berusaha keras menahan kelegaan hatinya. Eh? Bukankah ia baru saja berjanji dengan dirinya sendiri untuk tak mengharapkan Mike terlalu berlebihan? Lalu sekarang apa? Sial! Janji bisa di pending tidak, sih?

"Bersikap baik memangnya harus lihat orangnya dulu, tidak kan! Meskipun sejujurnya aku bukan orang yang baik secara keseluruhan, tapi menyusahkan diri sedikit untuk membantu, tak masalah untukku," terang Mike membuat Devan bertambah bimbang. Devan sudah tak tau lagi harus memutuskan hatinya seperti apa. Ia ingin sekali mengenal Mike secara baik tanpa gangguan rasa yang menghalangi. Tapi lagi-lagi getaran tubuh serta jantung yang sama sekali tak mereda juga tak bisa diabaikan begitu saja.

Satu malam. Hanya dengan perbincangan malam itu, Devan sudah membuat pertengkaran besar di dalam dirinya. Memutuskan untuk berhenti atau terus memendam rasa tanpa berharap untuk dibalas, hanya itu pilihannya. Dan satu kepastian yang sudah pasti terjawab, Mike tak akan mungkin membalas perasaannya.

"Dev-dev! Tubuhmu panas sekali!"

Chapitre suivant