webnovel

Latihan bareng Ular

"Sudah siap?" Tanya paman bertanya kepada Gisel dan di balas dengan anggukan dari Gisel, " Ya sudah sana mendekatlah ke arah nya." Ucap Paman sedangkan Gisel masih takut untuk mendekat diri ke pada dia

"Paman ini serius, dia jahat loh nanti bagaimana jika dia meracuni Gisel dengan Bisa nya?" tanya Gisel sambil melirik ke arah Paman nya .

"Dia tidak akan menggigit mu sudah sana." Ucap paman

"Janji dia tidak akan menggigit Gisel paman." Tanya Gisel sambil memelas ke arah paman dan di balas dengan decakan dari paman

"Lihat baik -baik paman jika belajar dengan ular." Sahut paman sambil berhadapan dengan seekor ular putih yang entah dari mana datangnya.

Srek

"Jika ada ular yang melilit kaki mu sebaiknya kaki salah satunya menjauh." Ucap paman sambil menghindari dari lilitan

"Bodoh. Jika kau terlilit kaki nya kau tidak bisa bahkan sekuat tenaga pun kau akan kalah olehnya." Ujar paman dan di balas anggukan dari Gisel, " lihat baik-baik ini karena ilmu hanya di turunkan sekali!" sahut paman dengan nada serius. Setelah itu paman memperagakan cara berkelahi dengan ular .

"Sudah hafal gerakan dasarnya bukan?" tanya paman sambil melihat ke arah Gisel sedangkan Gisel malah tertidur di bawah pohon yang rindang yang tak jauh darinya

"Astaga malahan tidur ckckcck..., ini lagi serius!" ucap paman lalu mendekati Gisel dan memandangi wajahnya

'kamu memiliki jiwa yang baik nak, semoga ini cepat berlalu karena sudah terlalu banyak memakan jiwa dalam kasus ini ' ucap batin paman lalu mendudukkan bokong yang tak jauh dari Gisel.

Sudah 2 jam tapi Gisel tak kunjung bangun juga sedangkan waktu mulai siang dengan tak tega membangunkannya.

"Bangun lah hari sudah mulai siang." Ucap paman dan Gisel malah mendekur dengan nyaring, " Bocah ini benar-benar mencari masalah." Gerutu paman dan tak lama ada seekor monyet yang melamar ke arah wajah Gisel dan langsung mengenai hidung, " aw..., Ini siapa lagi yang berani lempar?" tanya Gisel dengan menguap tapi tidak menutup mulutnya.

"Kau itu perempuan, masa tidak tahu kalau menguap itu di tutup mulut nya." ucap Paman sambil memutar bola mata dengan malas

"Hehehehehehe maaf paman sudah terbiasa." Sahut Gisel sambil menggaruk rambutnya

"Cepat cuci muka, giliran latihan malah tertidur." Desis paman dan di balas cengengesan dari Gisel dan tak lama kemudian Gisel pun beranjak dari duduknya dan pergi ke sungai.

4 jam sudah Gisel belajar dengan ular tapi hanya beberapa ilmu yang dia dapat karena dia juga takut dengan ular dan di tambah bukan hanya satu ular melainkan ada 6 ular yang menghajar Gisel.

"Paman hari ini kita makan apa ?" tanya Gisel yang mulai lapar sebab tadi cuman makan Pisang 3 itu pun di kasih dari monyet yang melempari nya .

"Tenang di sana sudah ada makanan jadi kau tidak perlu risau!" sahut paman yang berjalan di depan dan Gisel sudah menahan lapar sedari tadi .

Kriuk..., Kriuk.

"Hehehehe maaf paman Gisel sudah lapar sedari tadi." Ucap Gisel sambil menundukkan kepala nya.

"Ya sudah tunggu dulu sebentar lagi sudah mau sampai." Ujar paman sedangkan Gisel menghela nafas dengan pelan.

"Ini makan dulu." Ucap Paman ketika sudah sampai di rumahnya dan menyerahkan nasi beserta sayuran dan daging bakar .

"Eh dari mana ini semua?" tanya Gisel sedangkan yang di tanya hanya terdiam

"Makan lah menunggu apa lagi!" ujar paman dan di balas dengan kerutan dahi

"Paman tidak laparkah?" Tanya Gisel dan di balas dengan gelengan kepala dari paman.

"Ya sudah kalau begitu paman ke dalam dulu. Kamu makan saja." Ucap Paman dan tak lama kemudian dia pergi juga meninggalkan Gisel yang menatap makanan dengan berbinar.

Hari mulai sore dan mereka berlatih lagi ya meskipun hanya Gisel yang berlatih tetapi Oman juga menemani dan jangan lupa Sekarang ada 10 ekor ular dan selalu mendesis dengan tajam.

"Rasakan ini ular." Ucap Gisel sambil melempar ular ke arah pohon dan Jangan lupakan ular yang lain menyerang Gisel semakin ganas meskipun tidak ada bisa tapi ketika mereka melilit bagian kaki atau tubuh lainnya dia juga sakit .

"Dasar ular jahat. Ini cuman latihan tapi mengapa kau serius sekali .maaf kan aku sekali ini yang terakhir." Jerit Gisel dan tak lama ular itu sudah tak sadarkan diri atau mungkin mati karena Gisel mencekik kepalanya.

Di balik Gisel yang sedang berlatih dengan Ular, paman Maruyung sibuk terkekeh pelan mendengarkan segala umpatan untuk ular, meskipun ular tersebut mati sebenarnya ular tersebut sama seperti dirinya yang tak bisa mati hanya saja itu hanya siasat supaya Gisel melatih agar bisa menghadapi ular sebanyak itu tapi dia senang karena terhibur dengan kehadiran Gisel di sisi nya meskipun hanya sesaat.

Paman Maruyung POV.

Siapa yang tak tahu tentang aku .

Iya dulu aku terkenal karena kejayaan masa kerajaan tapi kini sudah lenyap .

Istri sudah pergi meninggalkan ku seorang diri dan tak lama kemudian bertemu dengan sang anak. Waktu aku pergi di satu sisi sedih dan sisi lain sedih karena meninggalkan anak tapi setelah menyusul istri aku berfikir bahwa akan se alam dengan nya tetapi alam tak menerima jiwa ku. Aku hampa hidup di dunia ini.

Sudah Beratus tahun aku hidup di dunia ini dan hanya di singgahi oleh binatang ganas dan hanya bisa di lihat oleh para kami sedangkan manusia tidak dapat melihat kami .

Aku berfikir ini dimana tapi setelah aku bermimpi aku teringat dengan tentang ramalan Jayabaya yang saat ini "akan datang seorang gadis di masa depan yang akan membawamu ke istri mu tapi sebelum itu terjadi akan masa di dimana kamu harus menyelamatkan banyak orang. Pada saat itu aku fikir hanya lelucon karena aku tak percaya tentang ramalan yang mengandung ketidakpastian tapi kini aku menyadari bahwa setelah mati aku juga tidak bertemu dengan istriku bahkan anak yang aku tinggalkan di dunia pada masa itu .

Aku tak tahu sekarang dimana tapi sepertinya ini dunia astral sebab terlalu banyak siluman yang berwujud aneh . Aku sudah terbiasa dengan kesendirian tapi saat itu terdiam aku melihat seorang gadis . Apakah dia manusia atau siluman yang berwujud manusia .

Entah lah tapi aku abaikan melangkah kaki dan saat itu ada seekor ular yang menghampiri ku lalu membisikkan kepadaku bahwa dia akan menjadi penolong aku .

Lalu setelah itu aku pulang tanpa berniat membantunya hingga akhirnya aku sampai di rumah lebih tepatnya gubuk yang hanya di isi 2 kamar dan 1 dapur dan itu menyatu dengan ruang tamu hanya ada 2 kursi dan 1 meja bundar kecil.

Aku tertidur di kursi dan aku bermimpi

Di dalam mimpi

"Mas ini aku istrimu, kapan kau mendatangiku aku menunggumu di sini!" Ucap seorang wanita yang terlihat cantik dengan memakai baju kebaya berwarna putih memancarkan cahaya yang silau sedangkan aku terdiam ketika mendengar suara lembut tersebut.

"Ini kamu wahai istriku." Ucapku sambil terharu setelah sekian lama ingin berjumpa dengannya dan saat ini aku mendengar suaranya .

"Mas jangan mendekat. Jangan mendekatiku, mas tolong gadis tersebut." Ucap istriku sambil tersenyum dengan teduh

"Mas rindu denganmu ayo kita mencari jalan keluar dari sini." Ucap ku sambil meminta tangannya kepadamu sedangkan dia menggelengkan kepala tanda tidak mau

"Kitaa tidak akan bersama karena dunia kita berbeda." Ucap istri ku sambil menundukkan kepala.

Chapitre suivant