webnovel

1.4 - Operasi Little Guest

Vex sedang dalam perjalanan menuju Markas ACG (Aviation Combat Group), ketika dua M1152 Personel Carrier menurunkan belasan anak di depan lobi Medic Quarter. Secara reflek ia segera  mengucek-ngucek matanya untuk memastikan tidak ada yang salah dengan penglihatannya. 

"Kenapa personel OPL membiarkan sekumpulan anak masuk kemari?"

Vex lalu bergegas menuju lobi Medic Quarter dengan langkah mantap.

"Well well well, Mr. Vex, apa yang bisa kami bantu hingga Anda bersedia mampir ke gubuk kami?"

Seorang pria di awal 30-an, mengenakan combat-dress dengan motif multicam dan jas putih yang menandakan ia adalah seorang dokter menyambut Vex dengan senyum ramah, meski senyum tersebut tidak tampak di matanya.

Vex seketika mengerutkan dahi, ia mendapat firasat kalau perwira penanggung jawab Medic Quarter tersebut sengaja berjaga di lobi untuk mengantisipasi kedatangannya.

"Mayor Shade, kenapa ada belasan anak yang masuk kemari?"

"Well, sekumpulan anak tersesat di dekat OPL. Personel yang bertemu dengan mereka tidak tahu harus berbuat apa dan membawa mereka kemari. Sekarang kami sedang memastikan mereka baik-baik saja."

"Bagaimana jika anak-anak tersebut digiring oleh pihak-pihak yang membutuhkan pembenaran untuk masuk kemari?"

Mayor Shade mengangkat kedua bahunya sebelum dengan kasual berkata.

"Well, aku tidak digaji untuk memikirkan hal tersebut. Lagipula sudah ada GCG yang akan mengurusnya."

'Inilah kenapa aku tidak pernah bisa akur dengan para monyet dari Medic Quarter. Mereka memang di doktrin untuk menyelamatkan nyawa. Masalahnya, mereka tidak membedakan antara nyawa kawan, nyawa pihak yang seharusnya diabaikan atau bahkan nyawa lawan yang seharusnya dibuat terbang bebas.'

Gumam Vex di dalam hati sebelum berkata.

"Anak-anak tersebut harus dikembalikan ke tempat mereka ditemukan."

"XO, mereka bukan sekumpulan anak anjing yang kau temukan di pinggir jalan."

"Aku tahu."

"XO, saat ini anak-anak tersebut tidak lagi memiliki rumah atau orang tua. Beri aku beberapa hari untuk mengurus tempat tinggal bagi mereka, dan akan kupastikan tidak akan ada kecelakaan jika suatu saat nanti kau terluka dan dirawat disini."

Vex mengacuhkan ancaman Mayor Shade layaknya angin lalu sebelum berjalan menuju bangsal dimana suara anak-anak terdengar, dan begitu ia melewati pintu tatapannya seketika bertemu dengan anak perempuan yang sedang bicara dengan paramedis wanita berpangkat Letnan.

Seketika itu juga hati Vex bergetar hebat. Rambut pirang dan mata biru anak perempuan yang sedang ditatapnya mengingatkannya akan Nicole, anak perempuannya yang terakhir kali ia lihat sembilan tahun yang lalu, tepatnya saat anak tersebut masih berumur empat tahun.

'Aku pasti sedang berhalusinasi.'

Gumam Vex sebelum dengan langkah setengah berlari ia keluar dari Medic Quarter. Vex lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju Markas ACG, namun entah kenapa di tengah jalan ia berbelok ke sebuah hanggar, tepatnya ke telepon yang menempel di dekat pintu hanggar tersebut.

- - - - -

Ruang Kendali Operasi Utama, Lt.3 Ged. Utama, Harley Quine MOA

Jenderal O'Neil sedang mengamati aktivitas di sekitar FOC South 860 ketika telepon di mejanya berdering.

"O'Neil di sini."

[Aku harus melakukan mobilisasi yang akan mempercepat terungkapnya keberadaan Harley Quine.]

Jenderal O'Neil terdiam untuk sesaat. Seingatnya ia memberi Vex wewenang untuk memobilisasi 1200 personel komposit yang memadai untuk membentuk sebuah batalion tim pendarat atau gugus lintas udara. 

Jadi ia bertanya-tanya di dalam hati, kenapa Vex meminta otoritas darinya terlebih dahulu?

"Vex, seberapa besar kekuatan yang kau butuhkan?"

[Tiga regu QRF dengan dukungan observasi udara, pengamanan ruang udara, serta transportasi udara dan pengawalnya.]

"Aku tidak melihat kenapa kau butuh otorisasi dariku untuk memobilisasi kekuatan tersebut."

[Aksiku dapat membuat TF Amethyst terlibat ke dalam konflik besar sebelum Operasi South East Triangle selesai.]

"Well, jika konflik terjadi tugasku hanya menentukan dimana kita akan menghantam lawan dan seberapa besar kerusakkan yang harus dibuat. Kaulah yang harus memikirkan metode yang paling sesuai, aset yang digunakan, personel yang dilibatkan, metode pergeseran, kuota amunisi, bahan bakar atau detail teknis lainnya."

[. . .]

"Jika konflik terjadi sebelum persiapan kita selesai maka tugas-mu akan menjadi tiga kali lebih rumit. Tapi jika kau tidak keberatan dengan hal tersebut, kenapa aku harus?"

[Dimengerti, dan terima kasih.]

"Oke."

Klik!

Jenderal O'Neil meletakkan gagang telepon sebelum kembali memandang monitor di hadapannya dengan kasual, seolah-olah pembicaraan dengan Vex tidak pernah terjadi.

- - - - -

Ruang Kendali Operasi Utama, Lt. 3 Ged. Utama, Harley Quine MOA

Letkol. Julius sedang termenung memikirkan nasib puluhan penduduk yang ditangkap oleh bandit berkuda ketika seorang Kapten datang menghampirinya dan menyerahkan selembar Perintah Operasi dengan prioritas A1.

'Apakah XO sedang bercanda denganku?'

Tanya Letkol. Julius sebelum sekali lagi membaca PO yang baru saja diterimanya.

===//===//===//===//===

Perintah Operasi A1

Sandi: Little Guest

Target: Bandit berkuda yang menyerang pemukiman di sebelah barat OPL.

Pelaksana: 3 Regu elemen QRF, 4 Pararescue, elemen pendukung.

Konfigurasi: Penjejakan & penghadangan, pembebasan sandera, pertempuran jarak dekat senyap, potensi bertempur menggunakan NVG, potensi airstrike menggunakan amunisi pintar.

Dukungan: 

=> Observasi dari udara: MQ-9 Reaper, P-8 Poseidon

=> Pengamanan ruang udara: 4 Super Hornet

=> Transportasi Udara: 3 Chinook, 1 Venom

=> Pengawalan Udara: 2 Kiowa Warrior, 1 Viper

Pengarahan: Hanggar QRF oleh XO.

Tertanda, XO.

===//===//===//===//===

'Aku harus bergegas. Reaper akan butuh supervisor operasi, pilot, operator sensor dan analist intel. Aku juga butuh specialist komunikasi, perwira IDG, perwira QRF dan beberapa personel lain.'

Letkol. Julius segera bangkit berdiri, dan saat ia menoleh ke arah Jenderal O'Neil, jenderal tua tersebut mengangguk kecil kepadanya.

Dengan langkah mantap Letkol. Julius lalu bergegas menuju ke salah satu Ruang Kendali Operasi cadangan. 

- - - - -

Sepetak hutan triple-canopy 10 km di sebelah barat OPL W115

Satu regu infanteri berkekuatan 9 personel bergerak dengan kewaspadaan ekstra di bawah hutan yang remang-remang. Lapis pertama terdiri dari 5 personel yang mengambil jarak 3 meter satu sama lain, dipimpin Kopral Twig yang merupakan wakil komandan regu.

Lapis kedua berjumlah 4 personel yang mengambil jarak 5 meter di belakang lapis pertama dan dipimpin Sersan Heins yang merupakan komandan regu.

Target regu infanteri tersebut adalah pemukiman 800 meter dari posisi mereka. Pemukiman tersebut dikelilingi oleh tempat terbuka kecuali pada sisi baratnya, dimana hutan triple-canopy berada.

OH-58D Kiowa Warrior yang mengawal mereka mendeteksi enam heat-signature di pusat pemukiman dan sebuah heat-signature lemah yang tidak bisa dideskripsikan di ujung timur pemukiman. 

Namun thermal sensor OH-58D tidak mampu menembus lebatnya hutan triple-canopy di sebelah barat pemukiman, karena itu Sersan Heinz memutuskan untuk mendekati pemukiman melalui hutan tersebut agar dapat sekaligus menyisir dan menetralkan kejutan yang mungkin ada di dalamnya.

Keputusan yang diambil Sersan Heinz ternyata sangat tepat. Kopral Twig yang berada di depannya tiba-tiba memberi tanda berhenti dan memintanya untuk mendekat.

"Para-para, 50 meter arah jam 1, pohon terbesar ranting ketiga dari bawah, perkiraan 2 musang. Semi-bunker, 70 meter arah jam 11, di samping gundukkan kecil, perkiraan 4 musang."

Sersan Heinz mengganti teropong bidik malam di atas HK416A5 miliknya ke mode thermal sensor sebelum mengamati lokasi yang disebutkan Kopral Twig.

Tidak lama berselang ia memberi instruksi dengan menunjuk dua lokasi musang sebelum membuat garis horizontal di lehernya.

Kopral Twig lalu bergerak maju bersama seorang gunner bersenjata IAR M27 dan shooter bersenjata M110A1, di saat yang sama Sersan Heinz memerintahkan sisa anggota regu mengambil posisi melebar dan mengawasi pergerakan di sekitar area.

- - - - -

Semi-bunker, 70 meter dari posisi Sersan Heinz dan unitnya.

Ritz sedang mengawasi area di sekitarnya sambil menghitung hasil yang akan ia peroleh dari perburuan budak kali ini. 

Selama sebulan terakhir kelompoknya berhasil mengirim ratusan budak ke pedagang budak di Region Rowane.

Sedangkan hari ini, kelompoknya mendapat tambahan 46 budak yang akan tiba di basis mereka sore ini. 

Setelah kontingen tersebut dikirim ke pedagang budak di Region Rowane, maka berakhirlah perburuan dan ia akan mendapatkan upahnya.

'Well, gadis-gadis yang kunikmati selama operasi kali ini memang cukup memuaskan. Tapi daya tarik dari operasi ini tetaplah uang.'

Dengan riang Ritz membuat rencana untuk uang yang akan diterimanya, ketika kilatan pendek berulang-ulang terlihat tidak jauh dari posisinya.

Di hutan yang kondisinya remang-remang, satu percikan api bisa terlihat dari jarak yang amat jauh. Jadi kilatan yang dilihat Ritz sangat mencolok meski tidak ada suara yang dikeluarkan.

Apalagi di saat yang sama dua rekan Ritz yang berjaga di atas para-para tidak jauh dari posisinya, jatuh ke atas tanah bersama serpihan kayu, ranting dan daun, lalu tidak bergerak lagi.

Namun Ritz sama sekali tidak panik karena ia yakin lawan belum menyadari posisinya. Dengan kasual ia memperingatkan rekan-rekannya yang sedang bermalas-malasan.

"Musuh, 60 meter, jumlah terlihat 1 orang."

Dengan senyap dan cekatan rekan-rekan Ritz segera mempersiapkan crossbow. Semuanya ada 4 crossbow dan 60 amunisi dimana dua orang akan menembak dan dua lainnya akan mengisi ulang sehingga tembakan bisa dilakukan tanpa jeda.

"Sekarang kita tinggal menunggu hingga bandit masuk ke dalam jangkauan crossbow."

Gumam Ritz dengan kalem, ketika sebuah kilatan terlihat dari posisi berbeda, dan seketika rekan disampingnya meremas dadanya sambil merintih lalu jatuh meringkuk dan tidak bergerak lagi.

Disusul kilatan kedua yang membuat darah menyembur dari bagian belakang kepala rekannya yang lain. Lalu kilatan ketiga yang membuat rekannya memegangi lehernya dan tersedak darahnya sendiri.

Dan akhirnya kilatan terakhir, disusul pandangan matanya yang menjadi gelap bersama kesadarannya yang menguap.

Dalam waktu 3 detik, Ritz dan ketiga rekannya dikirim menyeberang ke alam baka.

Saat empat siluet berpendar yang ditampilkan thermal sensor berubah menjadi hitam, shooter segera memberi tanda kalau keempat musang sudah dilenyapkan.

Sersan Heinz dan sisa anggota regu dengan teliti menyapu area di sekitar mereka menggunakan thermal sensor, tapi harus kecewa karena tidak ada gerakan apapun selain burung yang beterbangan ke segala arah.

"Lakukan pemeriksaan tubuh dan situs persembunyian, dan pertahankan kewaspadaan karena mungkin ada musang yang lolos dari pengawasan kita."

Perintah Sersan Heinz direspon dengan sigap. Pemeriksaan tubuh dilaksanakan dengan teliti sementara bentuk para-para dan semi bunker didokumentasikan dengan sedetail mungkin, lengkap dengan sketsa. 

Shooter bahkan merekam kedua situs persembunyian musang menggunakan video yang ada pada teropong bidik miliknya.

Tidak lama berselang pergerakkan kembali dilanjutkan. Namun hingga mereka mencapai batas terluar pemukiman, tidak ada oposisi lain yang mereka temui.

*****

Chapitre suivant