Darren tidak bisa menepis senyum bahagia yang terus saja mengukir di bibir kokoh. Melihat bagaimana calon istrinya melindungi dengan sangat posesif telah membuatnya merasa di cintai dengan sangat dalam. Sebelah tangannya masih saja melingkari pinggang ramping dengan sangat posesif bersamaan dengan itu dia mengajak Calista ke kamar.
"Kita baru saja sampai kenapa juga harus ke kamar. Aku masih mau bersantai di sini." Rajuk Calista dengan manja.
"Sayang, ayolah! Biar ku tunjukkan kamar mu. Eits, kenapa wajah mu masih saja kesal, huh? Baiklah, kalau kau memang masih ingin di sini." Sembari membimbing Calista nya untuk duduk kembali.
"Bukan itu." Darren menyipitkan matanya. "Lalu?"
"Casandra, dia itu tidak tahu malu. Dasar wanita ular. Bisa - bisanya dia mau memeluk mu, apa dia pikir aku ini patung, hah. Seenaknya saja dia mengabaikan ku, padahal jelas - jelas ada aku di sisi mu." Ucapnya bersungut - sungut, dadanya naik turun menahan emosi.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com