webnovel

BAB 29: Menahan Perih

"Aku akan temani kamu. Kamu pasti akan butuh bantuanku." Britney memegang lengan Darren seolah tidak ingin melepaskan begitu saja. Darren merenggangkan lehernya ke kanan dan ke kiri.

"Britney, aku tidak sedang main-main. Kamu pulang atau aku suruh seseorang menjemputmu pulang dengan paksa." Sahut Darren dengan emosi tertahan.

"Kamu kenapa sih? Aku sudah susah payah kesini. Bukannya menghargai aku, malah mengusirku. Atau jangan-jangan, ada yang kamu sembunyikan dariku?" Britney mengernyitkan alisnya dan menatap curiga Darren yang terdiam enggan menanggapi.

"Britney, aku sudah sering bilang ke kamu, hubungan kita sudah berakhir sejak kamu menikah. Jadi tolong, jangan pernah usik hidup aku lagi. Kamu urus suami kamu dan aku urus hidup aku. Paham?" Darren akhirnya sampai di puncak batas kesabarannya. Calista membutuhkan dirinya didalam ruangan tapi perempuan dari masa lalunya ini tidak pernah bisa melepasnya.

"Tapi Darren ..." Darren yang sudah tidak peduli lagi, meninggalkan Britney seorang diri dan menuju ruangan tempat Calista dirawat. Britney mengepalkan tangannya dan mengeraskan rahang. Tidak pernah Darren bersikap seperti ini. Pasti ada perempuan lain di hatinya. Wanita masa lalu Darren itu pun mengikutinya diam-diam.

Darren menemui dokter yang merawat Calista.

"Istri anda baik-baik saja.. Dia hanya mengalami memar di lutut dan sikut akibat gesekan dengan aspal. Luka diujung bibirnya diperkirakan karena pukulan benda tumpul. Untuk lebih jelasnya, anda bisa bertanya pada istri anda saat dia siuman." Dokter yang berjaga malam itu menjelaskan beberapa poin penting pada Darren sambil berdiri.

Darren yang mendengarnya hanya bisa terdiam tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Baiklah, terima kasih dok. Kira-kira kapan dia bisa pulang?" Darren merasa suasana di rumah lebih nyaman daripada di rumah sakit.

"Setelah istri anda siuman, anda bisa membawanya pulang." Jawab dokter lagi. Dokter itu pun melangkah meninggalkan Darren yang masih berdiri mematung.

Setelah beberapa saat, dia pun masuk kedalam menemui Calista yang masih belum sadar dari pingsannya.

"Duh, dimana ini? Kepalaku sakit sekali." Calista memegang kepalanya yang terasa berat. Dirabanya kening ada plesteran, tangan dan kaki terdapat bekas olesan obat merah yang sudah mengering.

"Bagaimana? Masih terasa sakit dibagian mana?" Suara Darren yang tiba-tiba, mengejutkan Calista yang belum sepenuhnya tersadar.

"Kamu? Bagaimana kamu bisa ada disini?" Calista mengernyitkan alisnya menatap Darren yang berjalan mendekati ranjang tempatnya berbaring.

"Apakah aku harus bersamamu 24 jam penuh agar tidak terjadi apa-apa padamu, hmm?" Calista merasa wajah Darren terlalu dekat sehingga dia memundurkan kepalanya agak kebelakang.

"Aku ... hanya ingin berbelanja untuk bapak ibuku. A-aku ... tidak tahu akan begini." Calista menatap mata hijau sejenak lalu memalingkan wajahnya ke samping.

"Siapa yang menculikmu? Apakah kamu mengenal mereka?" Tanya Darren tanpa memundurkan wajahnya dari Calista. Bahkan hembusan napas Darren pun terasa menyapu wajah Calista. Membuat kulit tubuhnya sedikit meremang.

"Dia ..."

"Darren, ternyata kamu disini. Wah, siapa yang sakit?" Kalimat yang akan keluar dari mulut Calista terpotong dengan kehadiran pacar dari suaminya. Ya, perempuan itu mungkin belum tahu kalau pacarnya sudah menjadi suami orang. Dan orang itu sedang terbaring disini, dihadapannya.

Calista melihat Britney dengan tatapan kosong, sedikit kecewa, namun langsung dia hempaskan. Toh dia dan Darren bukan suami istri yang saling mencintai. Calista dan Darren hanya suami istri yang terikat dengan kontrak pernikahan. Jadi Calista tidak merasa berhak untuk cemburu atau apalah itu namanya.

Calista memaksakan senyumnya pada perempuan tersebut.

Darren menegakkan tubuhnya dan menatap Calista dengan pandangan tidak suka. Tidak suka karena dia seolah-olah tidak peduli padanya yang sudah susah payah menyelamatkan dirinya. Padahal, Calista justru ingin menyelamatkan statusnya sebagai pria belum menikah, sesuai isi kontrak.

"Sayang, dia sekretaris kamu kan? Kenapa dia ada disini? Mana pacarnya atau keluarganya?" Britney mengedarkan pandangannya mencari-cari orang yang mungkin akan menghampiri perempuan terbaring lemah.

"Suaminya yang membawanya kesini." Jawab Darren kaku.

"Suami? Oh kamu sudah punya suami? Aku kira masih single." Bibir Britney tampak mengurai senyum lebar dan cerah. Secerah harapannya karena perempuan yang dia kira akan merebut Darren, ternyata sudah jadi istri orang.

"Iya, tadi ... suami saya yang mengantar kesini." Jawab Calista sambil menggigit bibirnya, kebiasaan yang dia lakukan saat berbohong atau gugup. Darren melihat itu dan tidak suka bila istri kontraknya ini menggigit bibir karena itu sama saja memancing dirinya untuk ikut menggigit bibir perempuan ayu tersebut.

"Sekarang dimana suami kamu?" Tanya Britney lagi.

"Dia .... dia barusan keluar. Oya, terima kasih bapak sudah menjenguk saya. Bapak bisa lihat kalau saya baik-baik saja." Sekali lagi Calista berbohong dan menggigit bibirnya sambil memejamkan mata. Ampunilah aku yang sudah berbohong, Tuhan. Batin Calista menjerit.

"Kalau begitu, kita pulang dulu saja ya. Kamu antarkan aku pulang atau kamu bawa aku ke mansionmu Darren. Kamu tidak pernah membawaku kesana sejak mansion itu selesai dibangun." Britney merajuk dengan suara manja dan bibir yang dibuat-buat terkesan seksi.

Calista pura-pura acuh dengan mengamati luka-luka yang ada di sikut dan lututnya. Dia tidak mau melihat kemesraan suami kontrak dan pacarnya. Tepat ketika jarinya menyentuh lututnya, bibirnya mendesis menahan perih dan suaranya terdengar Darren yang langsung mengernyitkan alisnya.

"Britney, kamu pulang duluan saja. Aku harus bertemu suaminya dulu." Darren mengeraskan rahangnya ketika melihat Calista yang susah payah berusaha meraih gelas untuk minum di nakas sebelahnya.

"Tapi ...."

"Pulanglah!" Darren terpaksa memberikan tatapan mematikan untuk Britney yang keras kepala. Britney menghentakkan satu kakinya ke lantai dan berjalan kasar meninggalkan Darren.

"Kamu yakin bisa sendirian disini, hmm?" Tanya Darren dengan seringai iblisnya.

"Yakin gak yakin ya harus yakin. Aku tidak bisa mengandalkan orang lain, apalagi pada suami yang sedang membawa pacarnya." Calista menjawab dengan nada datar dan tanpa expressi.

Dia mengenyahkan sementara keinginannya untuk minum karena tidak berhasil menggapai gelas yang terlalu jauh buatnya.

"Huh, jangan pernah berharap lebih selain isi kontrak. Karena kamu hanyalah seorang istri yang dibutuhkan untuk melahirkan keturunanku, bukan untuk menemaniku seumur hidup." Jawab Darren lugas. Entah kenapa dadanya terasa sesak setelah mengucapkannya.

"Aku tahu. Setelah aku melahirkan 3 anakmu, aku akan pergi menjauh darimu dan tidak akan mengenalmu." Ucapan Calista yang pelan, mampu membuat Darren mengepalkan tangannya yang terselip kedalam saku celananya. Darren menghela napas berusaha mengontrol emosi yang terpendam.

"Bagus kalau kamu tidak lupa! Andrew akan datang sebentar lagi. Pulanglah bersama dia." Darren mendekatkan gelas minum ke arah yang bisa dijangkau Calista dan langsung meninggalkan perempuan terluka itu seorang diri.

Calista menatap gelas yang ada disebelahnya dengan tatapan nanar. Tiba-tiba air matanya jatuh dan semakin deras hingga Calista membenamkan wajahnya diatas bantal agar tidak terdengar orang-orang disekitarnya.

Hai teman-teman, untuk bab selanjutnya akan menggunakan koin ya. Teman-teman bisa membeli koin di aplikasi ini dengan cek PROFILE dan klik ISI ULANG. Atau, membeli ke mart terdekat.

Jika, teman-teman ingin membaca GRATIS, ada caranya, Tuntaskan 3 MISI SETIAP HARI nya maka teman-teman akan mendapatkan 3 VOUCHER BACA BUKA 3 BAB GRATIS.

Terima kasih atas supportnya :)

Anee_tacreators' thoughts
Chapitre suivant