Sinar mentari adalah hal yang paling Ginnan benci setiap kali bangun tidur. Apalagi jika sudah menerobos langsung masuk ke dalam retina matanya. Rasanya silau, perih, risih, dan pasti keluar desisan dari bibirnya. Biasanya Ginnan akan menarik selimut hingga ke ujung kepala jika itu terjadi. Namun pagi ini tidak.
Seseorang lebih dulu duduk di tepi ranjang di sisinya. Memblokir cahaya yang datang. Lalu dengan telapak tangan besar, sosok itu mengelus kepalanya lembut beberapa kali hingga membuatnya tenang. Hmm... Ginnan pun sepenuhnya lupa rencana memasak Kroket dan Panekuk semalam. Apalagi sudah menghapal harum parfum ini. Secara tak tahu malu dia pun memeluk pinggang pemiliknya dan menahannya di sana.
"Hmm..." gumamnya pelan.
Sosok itu pun diam tidak bergerak. Padahal Ginnan pikir dirinya akan diusik lebih jauh. Tapi ternyata tidak. Dia sampai terlelap lagi dan membiarkan sosok itu memberikan kecupan di pipi.
Pagi yang benar-benar sempurna.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com