webnovel

CH.142 Menunggu Waktu

Pembahasan tentang perencanaannya pun sudah selesai komplit tidak ada yang tersisa. Tidak ada yang protes, tidak ada yang tidak setuju, semuanya menyepakati lalu menandatangani surat perjanjian tertulis.

"Ratu Kioku sebenarnya bagaimana anda menyelamatkan dunia dari kehancuran?"

Benar saja perkataan presiden Axelcion tentang setelah pertemuan ini selesai boleh semuanya berbicara kepadaku. Sekarang hampir semua orang berkumpul di sekitarku di luar bangunan pertemuan ini.

"Ahaha, aku tidak menyelamatkan sendiri kok, masih ada bantuan dari teman-teman seperjuanganku yang membantuku."

"Kalau begitu tentang kehamilanmu, anak keberapa pasangan raja dan ratu Kogaroya?"

"Anak yang kukandung adalah anak kedua kami, terima kasih sudah bertanya."

Walau sebenarnya pertanyaan seperti ini tidak ada pentingnya, tetapi entah kenapa kalau tidak kujawab yang ada aku akan menciptakan masalah saja. Koshiyu saja memandangiku mencoba untuk mengatakan untuk tidak usah meladeni mereka.

���Ratu Kioku, mohon kerja samanya untuk pertarungan ini, kerajaan kami masih terlalu lemah dan tidak punya kekuatan untuk melawan Imperial Arkness sebaik ratu Kioku."

"Tidak-tidak, aku tidak sebaik yang kalian katakan, tetapi aku bisa membantu nantinya. Kalau begitu izinkan aku dan Koshiyu kembali ke tempat kami, selamat tinggal. Koshiyu ayo."

Ketika Koshiyu mendekat kepadaku, aku langsung memegang tangannya dan menggunakan sihir teleportasi ke istana langsung. Aku tidak ingin bertele-tele di situ atau mendengar ocehan mereka ketika aku pulang dengan sihir LeFiera.

"Sihir teleportasi!? Apa perlu sampai sebegitunya?"

"Mau bagaimana lagi, aku sudah tidak tahan di situ. Sayang, aku lelah, tolong jemput Shiakira lalu kita pulang."

"Baiklah, tunggu sebentar."

Pertemuan simpel seperti ini saja membuatku terasa lelah. Kurasa ketika aku berada dalam keadaan hamil tua, diriku jadi jauh lebih cepat lelah dibanding ketika masih hamil muda atau pertengahan. Namun entah kenapa kondisi ini terasa jauh lebih berat ketika aku hamil Shiakira, ada perasaan yang lebih menekan.

"Kioku, aku sudah jemput Shiakira, ayo kita pulang."

"Baiklah, ayo."

Tanpa berlama-lama, kami pulang ke rumah setelah mengucapkan salam kepada mama. Mungkin karena terlalu lelahnya diriku, aku sampai ketiduran di pundaknya Koshiyu saat dalam perjalanan pulang di dalam kereta kuda.

Koshiyu yang menyadari bahwa aku sudah cukup lelah memberiku pundaknya untuk dipakai tidur sebentar. Walau begitu dia tetap membangunkanku ketika kami sudah sampai rumah supaya tidurnya lebih nyaman di kasur.

"Kioku sayang, ayo bangun dan turun dulu dari kereta kuda, nanti tidur di kasur aja lebih enak."

"Nghh, capek."

"Mau aku gendongin?"

"Ehh gak usah, aku berat."

Mendengar Koshiyu yang menawari untuk aku digendongnya, aku langsung terbangun dan tidak berlama-lama turun dari kereta kuda. Koshiyu saja masih harus menggendong Shiakira, kalau ditambah menggendong aku yang sedang hamil besar ini pasti kesulitan.

"Yakin tidak apa-apa?"

"Beneran kok, sudah ah masuk aja."

Lelah sih lelah, tetapi aku tidak lupa mengganti pakaianku ke pakaian rumah yang jauh lebih longar. Tentu saja pakaian ibu hamil, daster kebesaran. Koshiyu yang tahu ketika aku sudah hamil besar seperti ini akan sulit mengganti pakaianku langsung membantuku.

"Lain kali kalau butuh bantuan panggil dan bilang ke aku aja. Akan semakin sulit buat sayang melakukan semuanya sendiri. Nanti soal membereskan rumah dan lainnya akan aku lakukan, Kioku fokus istirahat saja sampai melahirkan."

"Benarkah tidak apa-apa? Aku masih sanggup membantu lho."

"Tidak apa-apa kok, sudah tidur saja sana, nanti Shiakira aku yang urusi. Tentu saja kecuali Shiakira kelaparan baru aku bangunkan."

Suami macam apa yang bisa melebihi rasa perhatian dan kasih sayangnya? Mungkin hanya terhitung oleh jari yang sifatnya sama seperti Koshiyu atau lebih baik dari dirinya. Oh Sin juga termasuk dalam kategori punya rasa perhatian yang tinggi.

"Kalau begitu aku tidur dulu. Jangan dipaksakan sayang."

"Iya udah sana tidur saja."

Saat tubuh yang sudah kelelahan ini menempel ke kasur yang begitu empuk, langsung saja aku tertidur dengan begitu pulasnya tanpa menunggu sedetik pun. Memang dalam keadaan tubuh lelah, apalagi seorang ibu hamil, pasti akan cepat sekali terlelap dalam tidurnya.

"Yo Kioku."

"Ah Allergeia, kesepiankah?"

"Tidak begitu, melihat keseharianmu apalagi yang barusan kau lakukan di acara pertemuan itu, aku merasa baik-baik saja."

Sebenarnya walau Allergeia adalah kepribadian tambahanku bukan sejak awalnya, aku tidak begitu banyak berbicara atau mendengar ucapannya dari waktu ke waktu. Namun sekarang aku menjadi sedikit sedih ketika dia sendiri di alam bawah sadarku dalam waktu yang lama.

"Kalau begitu apa tujuanmu memanggilku kemari? Apa ada yang perlu kau beri tahu lagi kepadaku?"

"Tidak, tetapi aku ingin berbicara kepadamu saja, temani aku oke?"

Walau dia berkata tidak kesepian, tetapi kata-katanya yang dia keluarkan dari mulutnya menunjukkan rasa kesepian itu sendiri. Yaah mau bagaimana lagi aku tidak bisa memungkiri kalau dia memang sendirian di tenpat sepi seperti ini sendiri.

Oh ya ketika aku di sini, walau dalam keadaan hamil tidak akan terbawa sampai ke alam bawah sadar. Alama bawah sadar adalah dunia arwah, bukan dunia fisik. Hal ini cukup memudahkan diriku supaya tidak sulit bergerak di alam bawah sadar.

"Baiklah, aku akan temani berapa lama yang kau inginkan."

"Memangnya tidak apa-apa menemani diriku yang pembunuh seperti ini? Aku bisa saja mengambil alih tubuhmu sewaktu-waktu dan menghilangkan rohmu lho."

Iya juga ya, kenapa aku merasakan bahwa dia sebenarnya adalah orang yang baik walaupun sudah jadi pembunuh ya? Aku hanya merasa saja kesepiannya membuatku mempunyai simpati terhadapnya.

"Tidak apa-apa kok, lagipula walau kau adalah roh seorang pembunuh, kau adalah kepribadian lainku, bagian dari diriku yang gelap. Kau adalah bayangan diriku yang kelam, sisi kebenaran yang tidak kutunjukkan ke orang lain."

"Kebaikan hatimu dan cara berpikirmu memang unik, selalu saja membuatku merasa tidak akan kebosanan. Terima kasih Kioku."

"Kapan saja kau ingin berbicara kepadaku untuk mengisi kekosongan di alam bawah sadarku ini, panggil saja aku."

Ujung-ujungnya kami sampai membahas sesuatu dalam waktu yang sangat lama. Seperti kejadian tiga kepribadian lainku yang sudah berkorban untukku. Dia menceritakan sebenarnya mereka adalah orang yang baik juga, walau termasuk pembunuh juga.

Diriku sampai bisa tertawa lepas ketika berbicara kepadanya. Allergeia walau adalah seorang pembunuh, dia tetaplah seorang manusia juga. Dia masih mempunyai hati walau tidak sebaik orang yang baik pada normalnya.

"Kalau begitu aku tinggal dulu, Koshiyu akan khawatir kalau aku terlalu lama tertidur."

"Baiklah, jangan berlama-lama kembali ke sini."

Aku langsung terbangun dan keluar dari alam bawah sadarku. Nampaknya sudah pagi hari saja dan Koshiyu masih tertidur di sampingku. Sambil melihat dirinya yang tertidur pulas menggantikanku mengurusi Shiakira, aku mengelus wajah dan rambutnya.

Walau di mata orang lain aku lebih banyak bertindak mata orang lain, tetapi aku yang bersama Koshiyu terus-menerus melihat bahwa hal yang dilakukannya itu sudah banyak membantu orang lain walau tidak langsung. Dia sudah berjuang keras sama sepertiku.

"Koshiyu, Koshiyu, kenapa ketika kamu tidur mukamu harus mengemaskan sekali, aku jadi tidak tahan memainkan mukamu."

Selagi memainkan wajah dan rambutnya dengan pelan, aku bergumam sendiri tentang bagaimana Koshiyu yang membuatku merasa ingin mengusili dirinya lebih lagi. Koshiyu walau tidak berkata apa pun atau mengeluh, aku tahu sebenarnya dia lelah terhadap segalanya.

"Nghh… Kioku?"

"Ah apakah aku membangunkanmu sayang?"

"Tidak apa-apa kok, lagipula sudah pagi memang waktunya untuk bangun."

"Tidak istirahat lagi saja? Masih ada waktu sebelum kita harus bersiap-siap dan berangkat ke istana."

"Siapa bilang Kioku berangkat ke istana? Kioku istirahat di rumah saja, tidak usah ke mana-mana."

Ughh lagi-lagi menyuruhku untuk di rumah saja. Biar aku tebak, sampai aku melahirkan bukan? Hah~ padahal aku berharap untuk Koshiyu lupa saja sehari dan aku masih bisa membantunya dengan pekerjaannya sehari atau lebih lagi.

"Haruskah…?"

"Walau sayang memohon, tidak tetaplah tidak. Kalau memaksa aku akan mengantarkan Kioku pulang dari istana."

Memang tidak memungkinkan, ughh. Andai saja aku masih bisa bekerja, pasti tidak akan menganggur di rumah sendirian bersama Shiakira saja. Palingan yang bisa kulakukan adalah memasak, membersihkan rumah, dan beristirahat sampai nantinya.

Oh ya, mungkin nanti aku bisa memanggil teman-temanku dari akademi Gnelphir untuk mengunjungiku dan menemani diriku di sini supaya aku tidak kesepian. Bagaimana pun sendirian di rumah adalah hal yang sangat membosankan untukku.

"Baiklah, baiklah, aku akan diam di rumah. Namun kalau aku memanggil teman-teman ke rumah tidak masalah bukan?"

"Kalau yang itu aku setuju. Ya sudah, aku akan bersiap-siap dahulu. Kioku tidak perlu bangkit dari kasur terlebih dahulu."

"Tidak, sebaiknya aku menyiapkan sarapan untukmu supaya tidak kesiangan nanti sayang berangkatnya."

"Kalau Kioku berkata begitu aku tidak akan menghentikannya. Aku akan mandi dulu, jangan sampai lupa mengawasi Shiakira."

Keseharianku selalu saja begitu sampai masuk minggu ke-37 masa kehamilanku. Di situ aku mulai sulit melakukan apa saja kecuali memasak. Untuk mengambil bahannya saja aku perlu bantuan Koshiyu untuk itu.

Walau begitu aku bukan orang yang mudah menyerah dan menyerahkan segalanya ke orang lain. Selama aku bisa aku akan lakukan yang aku bisa. Terkadang aku dibantu oleh teman-temanku yang selalu bergantian datang menjagaku saat Koshiyu di istana.

"Sudah dekat ya? Mungkin bisa dalam hitungan jam, atau hari, atau minggu."

"Begitulah. Namun kenapa menurutku perutku lebih besar daripada ketika aku hamil minggu ke-37 Shiakira ya?"

"Hmm, mana aku tahu? Mungkin saja anak kedua kita adalah anak yang besar dan kuat. Pokoknya kita harapkan saja semua yang baik."

Sebenarnya bukan berpikiran buruk, tetapi kelihatannya aku mengetahui kejadian yang sama seperti ini dalam memori Sin. Namun aku tidak bisa melihat dengan jelas fakta-fakta atau informasi dari memori Sin.

Memang semakin sulit saja untuk diriku bukan hanya melakukan pekerjaan fisik, tetapi juga dalam hal berpikir. Padahal aku paling mengutamakan memprediksi hal yang akan terjadi ke depannya agar bisa ditanggulangi. Yaah untuk sekarang biarkan saja dulu sampai tiba waktunya.

Chapitre suivant