webnovel

Ibu Tiri

Ezra dan Gilang sama-sama tertawa terbahak-bahak, gadis kecil ini sangat baik.

Gilang menggodanya, "Bagaimana denganku? Apa kau bisa menghitung berapa lama kau belum melihatku?"

Agnes menghela nafas, "Kak Gilang, aku kesal denganmu, jadi lupakan saja!"

Gilang memperlihatkan ekspresi pahit di wajahnya, "Jadi itu yang kaurasakan ketika melihatku. Aku sedih…" Dia mencengkeram hatinya dan memperlihatkan ekspresi terluka. Agnes terlihat enggan memeluknya, "Oh!"

Ezra menggelengkan kepalanya di sela-sela obrolan mereka, dan Gilang tampak seperti angin yang tidak diperhatikan di luar. Tidak ada yang paham mengapa Gilang selalu bersikap seperti itu di depan Agnes.

Gadis itu tidak pernah merasa gelisah. Padahal Agnes masih muda dan dia sakit. Gilang tidak akan mengabaikannya.

Beberapa orang datang ke aula bersama-sama. Randi dan Karina ada di sana.

Dalam beberapa tahun terakhir, Randi menjadi semakin tidak peduli. Dia tinggal bersama Karina di rumah mereka yang ini. Ezra jarang datang kemari, dan kalaupun datang, dia hanya ingin menemui Agnes.

Ketika melihat sosok Erza, Randi membenarkan posisi duduknya, Dia datang?"

"Aku akan memberi tahu dapur untuk menyajikan makanan." Karina menepuk punggung tangan Randi, dan kemudian tersenyum datar pada Ezra.

Ezra duduk dengan ekspresi samar, "Ini masih pagi, nanti saja!"

Karina tertegun, dan kemudian dengan cepat kembali tersadar dan tersenyum, "Memang sedikit lebih awal, jadi mari kita makan buah dulu!"

Dia sendiri yang menyadikan buah potong sepiring buah dan menyajikannya dengan sangat hati-hati. Ezra tidak bergerak. Dia tetap berdiri dengan ekspresi datar, "Aku akan mandi."

Randi sudah tidak ada hubungannya dengan Erza, dan Ayahnya itu juga tidak bisa memarahinya karena bersikap terlalu tak acuh kepada istri mudanya. Randi tak punya pilihan, selain bilang pada Gilang, "Anak itu sudah tua dan tidak akan kembali ke rumah. Gilang, kau lebih rajin dari Ezra."

Ezra, yang naik ke atas, secara alami mendengarnya, dan tersenyum dingin ... karena dia tahu ide Ayahnya yang hendak menikahkan putri bungsunya dengan Gilang.

Erza memikirkan Karina, dan sorot matanya bahkan lebih dingin. Keluarga? Rumah macam apa ini?

Tahun itu, Karina memaksa ibunya pergi dengan barang-barang, dan dia yang saat itu sedang mengandung, menjadi istri muda di keluarganya.

Perusahaan S pada awalnya, didanai oleh keluarga Ibunya yang matrilineal, sehingga ibunya Yuni dan Randi bersama-sama berhasil memiliki Perusahaan S sekarang.

Namun, ketika dia berumur sepuluh tahun, Karina masuk ke rumahnya dan berlutut di depan ibunya agar dia dijadikan istri muda.

Karina sedang mengandung anak Randi.

Yuni tinggal sendirian selama satu malam dan memberi tahu Randi kalau dia hanya punya satu permintaan. Mereka dapat bercerai, tetapi Karina tidak dapat menyentuh Perusahaan S terlepas dari apakah anaknya lahir atau tidak, dan ketika Ezra berusia 22 tahun, Randi harus turun tahta. Jika tidak, maka anak-anak Karina hanya bisa menjadi anak haram.

Randi setuju tanpa ragu untuk melindungi anak di perut Karina, dan sikapnya semakin membuat Yuni patah hati.

Karina tidak mengetahui semua ini sampai Ezra mengambil alih Perusahaan S. Karina sulit menerima keputusan itu dalam waktu yang lama. Tidak peduli apapun yang dilakukan olehnya, Karina tidak pernah berhasil mengambil alih kekuasaan itu. Selama bertahun-tahun ini, Karina sangat ingin melahirkan seorang anak laki-laki. Agak ironis, memang.

Memang benar kalau Ezra menyayangi Agnes, tetapi Karina juga setia pada dendamnya.

Setelah mandi dan turun ke bawah, Gilang rupanya sedang mengobrol dengan Agnes. Pria itu secara khusus mengucapkan beberapa hal lucu, bahkan Karina sampai tersenyum...

Ketika Ezra turun, Gilang segera diam. Karina berkata sambil meringis, dan berkata dengan lembut, "Ayo makan malam!"

Randi juga berdiri, dan Ezra tidak tertarik untuk menghalangi ulah istri barunya. Dia berjalan menuju restoran.

Tempat di mana Ezra dan Karina bersama akan selalu terasa membeku. Agnes menyelinap melihat Ibu dan saudara laki-lakinya. Dia mencintai ibu dan saudara laki-lakinya, tetapi mereka tampaknya tidak akrab.

Sejak masih sangat muda, Agnes tahu bahwa Ibunya telah merebut ayah saudara laki-lakinya… yaitu Ayahnya sekarang.

Tapi saudara laki-lakinya itu sangat baik... Dia tidak pernah menunjukkan ekspresi buruk padanya. Mungkin saudara laki-lakinya kasihan karena dia sakit-sakitan.

Setelah makan, Gilang tidak dapat menemukan alasan untuk tetap tinggal, jadi dia pergi dari sana.

Karina tersenyum dan berjalan keluar pintu, "Gilang, datang dan temuilah Agnes kalau kau senggang. saat dia bebas. Dia kesepian kalau di rumah sendirian." Ekspresi Karina terlihat agak sedih.

Meskipun usianya hampir 40 tahun, tapi Karina terawat dengan baik, dan dia memiliki kecantikan kelas satu. Gilang merasa kasihan ketika melihatnya, dan dia tidak tahu bagaimana Ezra bisa tetap berekspresi datar jika bertemu mereka.

"Bibi Karina, aku akan datang lagi!" Gilang tersenyum dan tidak menyadari ketika Karina mendengar kata 'Bibi Karina', sudut matanya bergerak-gerak. Sebagai pemilih wajah dengan kecantikan nomor satu di Kota B, bagaimana dia bisa menerima dipanggil 'Bibi' oleh orang lain?

Gilang membuka pintu dan masuk ke mobil lalu beranjak pergi dari sana.

Ezra terjebak menemani Agnes selama semalam. Setelah memainkan berbagai mini game kekanak-kanakan dengannya, Erza kembali ke kamar tidur untuk menangani urusan bisnis, tetapi dia masih teringat akan Kiki.

Dia sedikit terganggu karena ada ketukan di pintu. Dia berhenti dan berjalan keluar. Apa yang ditemuinya di sana ternyata berbeda dengan dugaannya. Rupanya bukan Randi, melainkan Karina.

Dia menatapnya dengan tenang untuk beberapa saat. Karina mengenakan gaun tidur sutra seperti selempang di bagian dalam dan bahan yang sama di luar, tetapi sabuk di pinggangnya sengaja dilonggarkan. Dia memperlihatkan warna musim semi sekilas hanya dengan sekali pandang.

Karina memegang segelas susu di tangannya, dan tersenyum kecil ketika menyapanya, "Ezra, jangan bekerja terlalu larut. Tidur lebih awal!"

Dia menyerahkan susu itu. Ezra tidak mengambilnya, tetapi dia masih bersikap tak acuh

Ezra melihatnya, lalu perlahan-lahan berkata, "Apa Randi tahu kalau kau berpakaian seperti ini di kamar anak tirimu?"

Karina sedikit malu, dan menutupi lehernya dengan satu tangan, "Ezra, jangan pergi terlalu jauh."

Tiba-tiba Ezra merasa sedikit lelah. Dia terlalu malas untuk melihat Karina, dan memilih untuk membanting pintu kamarnya.

Karina berdiri di depan pintu dan gemetar karena marah. Dalam hidupnya, dia adalah wanita tercantik, dan hanya Ezra yang berani membencinya seperti ini.

Tidak, masih ada orang itu ... Karina menarik rambutnya, ada sedikit keengganan melintas di matanya.

Setelah kembali ke kamar, Randi sudah tertidur. Karina berbaring di sampingnya, dan tangan Randi segera meraihnya.

"Masih belum pagi!" Dia sedikit kurang tertarik.

Randi hendak mengatakan sesuatu, tapi dia mendengar suara pintu tertutup dari lantai atas, dan diikuti oleh langkah kaki di lantai bawah. Dia tiba-tiba kehilangan minat dan duduk, "Sudah larut, apa itu Ezra?"

Karina duduk dan mendengar suara mesin mobil dihidupkan di luar. Rupanya Ezra yang pergi.

Randi duduk di sana untuk waktu yang lama sebelum menghela nafas ringan, "Sampai sekarang, dia masih saja membenciku."

Karina merasa ditampar lagi. Tamparan sebelumnya dilakukan oleh Ezra, dan kali ini oleh Randi. Tetapi dia tidak mengatakan apa-apa .

Ezra mengendarai mobil Audi putih sederhana dan melaju di sepanjang Jalan J menuju sebuah area H di mana ada vila kecil tempat tinggal ibunya, Yuni.

Saat itu sudah larut malam, dan ibunya mungkin sedang tidur. Ezra tidak mengganggunya. Dia hanya duduk di dalam mobil, membuka jendela dan perlahan-lahan merokok.

Dalam beberapa tahun terakhir, Yuni menganut agama Buddha, makan menu vegetarian, dan bangun lebih awal. Ketika bangun pagi-pagi, dia agak terkejut melihat Ezra, "Kapan kau datang?"

Chapitre suivant