webnovel

Special Chapter : Yoonbin side

Setelah melihat semua kejadian itu, yuto langsung pergi membolos dari sekolah. Ia tak akan bisa fokus saat ini. Adegan mereka berpelukan masih tergiang-ngiang di dalam kepalanya, dan salahkan telinga nya yang tajam. Ia bahkan mampu mendengar leo mengucapkan maaf, dan bilang cinta ke yuki dan di balas oleh yuki. Sial! Sial! Sial! Yoonbin lama-lama bisa gila, kalau begini terus!

Yuto menendang nendang kecil batu-batu berukuran kecil, dan sialnya mengenai kepala seseorang.

"Awh."

Yuto sedikit berlari ke arah orang itu.

"Lo ngak apa-apa kan?" tanya yuto.

Orang yang mengusap-usap kepalanya sambil menunduk itu hanya menganggukkan kepalanya. Yuto sedikit mengernyit heran, kemudian tangan telunjuknya, ia arahkan ke dagu sang lawan bicara.

"Kalau orang ngomong tuh di li—"

"—loh, lo kenapa?!"

Bagaimana yuto tidak terkejut?! Saat yuto mengakat dagu orang tersebut, orang tersebut sedikit meringis, dan banyak luka lebam di muka nya yang indah.

"Hehe, aku ngakpapa kak. Tadi habis jatuh."

Yuto tau sang lawan berbicara nya ini tengah berbohong. Bagaimana bisa ia bilang ia terjatuh, saat luka lebam nya seperti di hajar orang! orang di hajar dan jatuh itu berbeda saat terluka, sangat berbeda! Dan jangan lupa kan sudut bibir pemuda manis yang berada di hadapan nya sedikit mengeluarkan darah. Tidak mungkin kan saat terjatuh, hanya sudut bibirnya saja yang mengeluarkan darah?

Lantas yuto langsung menarik tangan orang itu dan mendudukkannya di kursi yang berada di taman itu. Iya yuto bolos ke taman.

"Tunggu disini sebentar." Yuto beranjak pergi dari sana. Dan orang itu menatap yuto heran, kemudian tersenyum.

"Kakak itu baik. Tapi kalau dia tau nasib yang menimpaku apa dia akan tetap baik padaku?" lirih nya.

Setelah cukup lama. Yuto kembali dengan membawa kantung kresek.

Yuto duduk di depan orang itu dan mengeluarkan benda-benda yang berada di kantung keresek yang ia bawa.

"Ini untuk apa?"

"Untuk ngobati luka lo."

Yuto membersihkan luka pada sudut bibir pria manis yang berada di hadapan nya.

"Awh, awh! Sakit kak!"

"Tahan. Gini aja sakit." Ah, kapan ya terakhir kali yuto bicara sebanyak ini terhadap orang asing kecuali yuki.

"Awh, awh! Beneran sakit tau! Coba kakak ngerasain ginian."

Yuto terkekeh geli. "Sering."

Orang itu membelalakkan matanya. "Berarti kita sama dong."

Entah kenapa yuto tak suka itu. Kenapa pemuda se-manis orang yang berada di hadapan nya ini. Sering babak belur? Yuto yakin ini bukan karena ia berkelahi kan?

"Lo kenapa?"

"Eh?"

"Kenapa bisa babak belur."

Orang itu tersenyum kemudian memasang pose memikir. "Ehm... Kenapa ya?"

Yuto merotasikan bola matanya malas. Kenapa pemuda manis ini sangat menyebalkan!

"Hehe, kalau aku kasih tau kakak bakal ngejauhin aku ngak?"

"Kita ngak saling kenal. Kenapa gue harus ngejauhin lo?"

"Oh, iya. Bener juga ya."

Lagi-lagi yuto merotasikan bola matanya malas. Menyebalkan! Tapi yuto suka itu. Eh?

"Hehe, kata orang-orang aku itu anak haram." pemuda manis itu menundukkan kepalanya. Dan ia mengengam kuat ujung baju sekolahnya. Sudah ini ia siap dikatain oleh yuto, atau bahkan di hajar. Seperti teman nya yang lain? Bukan itu yang ia takut kan. Yang ia takut kan adalah yuto akan meninggalkan nya. Benar memang, mereka baru kenal tak sampai beberapa jam. Tapi yuto adalah orang pertama yang membantu nya selain bunda dan teman nya yang satu nya.

"Ekhm! Kata siapa?"

"Eh?" pemuda manis itu terkejut mendengar perkataan yuto, lantas ia menoleh ke samping. Ternyata yuto telah duduk di sampinya.

"Kata siapa!" pemuda manis itu sedikit ketakutan, saat yuto menekan kata-katanya. Auranya seperti ingin membunuh orang. Apa ia akan di hajar, lagi?

"Orang-Orang." Kenapa pemuda itu percaya kata orang-orang? Karena ia tak pernah melihat ayahnya. Walau hanya sekadar fotonya saja. Dan kemungkinan terbesar adalah ia sering meminta bundanya berbicara tentang ayahnya walaupun hanya sedikit. Tapi sang bunda tak akan pernah merespon, biasanya seorang ibu akan sedikit berbohong kan. Misalnya berbohong tentang 'kematian' ayahnya. Tapi ini tidak! bundanya akan mengalihkan perhatian nya sebisa mungkin. Seperti; 'Kamu udah makan belum sayang?'. 'Nanti kamu mau makan apa?'. Atau 'Kamu udah kerjain tugas sekolah kamu, belum?'.

Itulah kenapa ia sangat percaya akan perkataan orang lain. Bundanya tak pernah berbohong, tapi bundanya akan sebisa mungkin mengalihkan topik yang sensitif itu.

"Terus?" Yuto kembali bertanya.

"Terus mereka sering ngejek aku. Katanya aku anak haram, ngak punya ayah. Mereka selalu seenaknya, meja aku sering di coret-coret sampai aku sering di tegur guru. Terus sewaktu jam istirahat aku selalu di jahili. Waktu pagi atau sepulang sekolah, aku selalu di keroyok, dihajar oleh mereka. Biasanya kalau pulang sekolah saat aku di hajar, biasanya aku sering nginap di rumah temen aku. Tapi hari ini dia ngak masuk. Untung hari ini aku di pukuli waktu jam segini. Jadi kemungkinan waktu pulang sekolah bunda ngak begitu tau kan, karena sudah diobati?"

Yuto memejamkan matanya erat-erat, tangannya sudah terkepal. Anak-anak jaman sekarang membuat dirinya kesal, kemudian ia menghembuskan nafas nya. "Jangan dengerin. Mereka cuma sirik sama kamu."

"Eh?"

"Hidup kamu terlalu berarti dan istimewa. Makanya banyak yang sirik."

Pemuda manis itu tersenyum. Yuto tertegun saat melihat senyum itu. Senyuman yang indah setelah yuki, untuk saat ini. Mungkin beberapa bulan ke depan, itu adalah senyuman yang paling indah bagi yuto. Yuto sedikit menepuk-nepuk pipinya. Apasih yang ia pikirkan?!

"Kakak ngakpapa kan?" pemuda itu sedikit khawatir saat yuto menepuk-nepuk pipinya sendiri.

"Iya."

Pemuda itu tersenyum lagi. "Makasih ya kak. Aku jadi semangat lagi."

Yuto menganggukkan kepalanya, kemudian ia baru teringat sesuatu, ia melihat arloji yang ia pakai. Kemudian melirik pemuda manis yang saat ini masih tersenyum menghadap nya. Ekhem yuto sedikit Er.... Merasa. Ah, sudahlah! Lupakan!

"Lo bolos?" tanya Yuto. Pemuda itu gelagapan sendiri. Duh, ia harus jawab apa?

"Ah, anu itu—"

"Sudahlah. Ayo gue anter. Mumpung gue bawa mobil."

Pemuda itu membelalakkan matanya. "Kakak bawa mobil?"

Yuto menganggukkan kepalanya. "Iya, kenapa?"

"Ah, ngakpapa. Soalnya aku kaget anak sma kayak kakak udah ngendarain mobil. Dan ini baru pertama kali aku naik mobil kak, hehe."

Yuto terkekeh. "Baru ya? Kalau gitu besok-besok gue bakal ngajakin lo jalan-jalan pakai mobil gue."

"A-Ah, ngak usah. Ngak usah."

"Lo anak smp ya?"

Pemuda itu menganggukkan kepalanya.

"Owh, pantes bajunya baju smp." Yuto sudah kehabisan topik, makanya ia bertanya seperti itu.

"Ayo. Ikut gue, tunjukin dimana sekolah lo."

Yuto dan pemuda manis itu berjalan ke luar taman. Lebih tepat nya ke arah parkiran tempat yuto meletakkan mobilnya di parkiran.

"Gue Yuto. Dan lo?

"Niko kak."

Ingat kan yuto. Besok besok kalau ia bertemu niko kembali dengan keadaan babak belur, maka yuto akan datang ke sekolah tempat Niko menimbah ilmu.