Lisa mengernyit heran ketika Dira memasuki Lobby dan menuju meja resepsionis dengan langkah berat dan napas sedikit tersengal karena kepanasan di depan.
"Lo kenapa cobak?" Tanya Lisa sembari memberikan kode pada Putri untuk mengambil berkas yang ia ulurkan.
Nadira menarik napas dalam dan menghembuskannya secara keras. "Gue capek."
"Capek kenapa? Abis apa coba?"
"Habis nyariin mas Raga dari kemarin-kemarin nggak ketemu."
"Lah? Ngapain?"
"Ngasih surat pernyataan. Ini soalnya hari terakhir tanda tangan. Hufftt pengorbanan tauk nyariin dia."
Lisa berdecak. "Ngapain gak telpon sih daripada nyariin gitu?"
Dira memandang Lisa dengan tatapan ingin menerkam. "Kalau gue ada nomernya. Udah gue miscall secara brutal dianya!!"
"Hehehe.. masa belum punya?"
"Belum."
"Dia nggak minta emang?"
"Enggak tuh."
Lisa terkekeh pelan. "Udah jangan cemberut. Pegang aja dulu surat pernyataannya. Oh iya, kenapa nggak lo titipin ke Sarah? Bukannya kata lo dia itu sepupuan sama Raga?"
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com