webnovel

27 - The Pretenders V

"Kalau kau memang ingin mengetahui apa yang kupikirkan, jangan menyesalinya. Satu, kau memaksanya untuk datang lagi besok. Dua, Brandon hanya membuang-buang waktunya saja karena pacarnya sedang pergi."

Dan pintu tertutup bersamaan dirinya yang menghilang. Kata-kata selamat malam yang indah, Rei. Inilah mengapa aku semakin membencimu!

Bagaimana dia bisa-bisanya langsung menuduh hal yang tidak masuk akal seperti itu? Dia saja tidak mengenal Brandon yang sekarang. Bahkan, pekerjaannya yang membawa Brandon saja tak becus.

Ya, bisa kubilang untuk saat ini, aku hanya bisa menebak-nebak bagaimana seorang pribadi Brandon-ku itu. Dia masih menjadi lelaki yang sangat tampan, tubuhnya yang besar, dan dia terlihat sangat kuat. Tadi saja dia membantuku untuk menuntunku ke tempat tidur. Meski dia belum menyadari kondisi tubuhku yang sebenarnya, tapi dia tetap menjadi seseorang yang sangat baik dan dapat diandalkan.

Tidak seperti Rei bodoh yang selalu tidak berguna dalam tugasnya.

Aku sangat senang mendengar kabar bahwa Brandon berada di Jakarta lagi sekarang. Saking senangnya, aku berniat untuk menggunakan androidku untuk menemuinya langsung. Tapi pada waktu itu, semangatku yang berlebih membuat sistem di androidku menjadi rusak. Sistem robot tidak bisa membaca data emosi manusia yang terlalu kompleks sehingga lebih sering rusak jika emosi tidak dikontrol dengan baik.

Itulah mengapa aku tidak bisa menemuinya secara langsung. Em... itu juga alasanku mengapa aku tadi lari darinya. Kurasa robot androidku mulai rusak lagi karena sistemnya tidak bisa membaca emosiku. Sangat menyedihkan. Padahal ini salah satu caraku bisa bertemu langsung dengannya.

Bagaimana dengan alat komunikasi jarak jauh? Era sekarang pastilah sangat umum dan mudah. Tapi itu kembali lagi ke diriku sendiri yang sangat malu untuk memulainya terlebih dahulu. Maksudku, aku tak tahu harus menyapanya bagaimana jika aku menghubunginya. Dan takutku, dia menjadi kesal karena aku menjadi patung di waktu itu juga karena saking gugupnya aku.

Robotku saja sampai rusak, apalagi yang lainnya.

Tadi saja rasanya aku seperti mau mati. Dia benar-benar datang dan berhadap-hadapan denganku langsung. Berduaan!

My baby, Keiza, lebih berguna daripada Rei. Ya, dia lebih pantas dengan kembaran bodoh itu untuk melengkapi kekurangannya.

Hanya saja... agak aneh menyadari dia bisa masuk ke rumah ini tanpa izin pemilik rumah. Aku harusnya mendapatkan notifikasi izin masuk ke rumah untuk akun orang asing. Tapi, Brandon seperti memiliki hak istimewa di sistem keamanan ini. Bahkan dia mampu membuka kunci pintu yang dikunci lewat sistem.

Aku kurang memahami sistem-sistem itu. Mungkinkah semacam bugs? Atau Rei tidak meng-upgrade sistemnya? Entahlah.

Yang terpenting sekarang adalah Brandon. Kami sudah bertemu dan...

Kurasa ada satu masalah kecil lagi lainnya.

Seperti biasa aku terbangun tepat jam setengah delapan pagi. Aktivitas rutin pagiku adalah obat, makan, obat, dan cek rutin dengan dr. Hans. Dan kalaupun aku ada kuliah pagi, aku hanya perlu untuk log in saja dan membiarkannya. Rutinitas pagi ini sudah tak bisa diganggu gugat.

Ada hal yang membuatku begitu senang pagi ini. Sederhana tapi benar-benar menggelikan. Meskipun sebenarnya aku yang disangka menjadi korban, tetapi semuanya tahu apa yang sebenarnya disalahkan di sini.

Hahaha... Ms. JN. Dia memang seperti seorang yang sangat berkelas. Dia seperti memilih-milih perhiasan yang laku di pasaran untuk postingannya. Selain itu, Ms. JN juga selalu sangat cepat memperoleh informasi dan langsung diunggah lewat akunnya di sosial media kampus. Apalagi pagi ini aku bisa melihat betapa hebatnya dia dapat memberitahu dunia tentang apa yang terjadi semalam di rumah ini.

Aku memang tidak tahu bagaimana dia bisa mendapatkan informasi itu, atau dari siapa. Yang kutahu untuk sekarang, Rei pasti sudah memiliki nama-nama itu.

Oh, kembaranku itu memang memiliki koneksi yang hebat. Aku tahu bahwa dia mengenali sosok Ms. JN ini. Tapi, aku tahu juga kalau bukan dia yang menyebarkan informasi itu. Rei pasti tahu juga siapa yang pantas dicurigai untuk masalah ini.

Jika benar, aku ingin sekali menemui orang itu. Ya tentu saja, aku akan sangat berterima kasih padanya. Dengan begitu, aku merasa lebih mudah untuk mendapatkan Brandon kembali padaku.

"Rin, apakah kau sudah meminum semua obatmu untuk pagi ini?" tanya dr. Hans saat kami sedang ada pertemuan check up rutin.

Kami melakukannya lewat panggilan video di mana aku bisa melihat dr. Hans di layar hologram di meja kerjaku.

"Sudah semua." Jawabku.

Melihat banyak sekali obat-obatan dengan berbagai warna di kotak obatku, aku tak begitu yakin bahwa benda-benda itu bisa menyembuhkan penyakitku. Semakin lama semakin banyak obat berwarna-warni yang harus kuminum tiap harinya. Tidak ada kabar apapun tentang tubuhku yang bisa kudengar semua orang, termasuk dokter pribadiku sendiri. Semuanya mengatakan bahwa aku akan baik-baik saja sambil menutupi kenyataannya.

Kenyataan yang pahit, bukan? Aku tahu bahwa aku akan mati cepat atau lambat.

"Bagus, Rin. Aku sudah melihat hasil cek tubuhmu. Dan kabar baiknya, tubuhmu mengalami perkembangan! Ada..."

Dan bla... bla... bla...

Aku tak merasa antusias mendengarnya. Menyadari betapa pesimisnya aku tentang hidupku, aku tak berharap lebih dari kesembuhan. Aku sudah dipermainkan dengan penyakit-penyakit ini karena sebelumnya aku mengira bahwa aku sudah sembuh total.

Selain itu, dr. Hans juga tak pernah membicarakan kondisi tubuhku yang sebenarnya. Sebagai seorang pasien, aku dilarang mengetahui semua penyakitku. Aku memiliki hak untuk menolak, tetapi pilihan itu semuanya di tangan ayah.

Bagaimanapun, aku seperti boneka Barbie kesayangan ayah.

Setelah sesi daily check up dengan dr. Hans. Aku keluar kamar sambil menarik tabung oksigen kecil di tas tarik kecilku. Aku ingat bahwa aku perlu mengecek robot androidku. Kurasa dia masih berada di rumah dalam. Dan benar saja, pintu kamarnya sedikit terbuka dan aku bisa mendengar suaranya.

"Haha... kau lucu, ya. Aku tidak menyangka bahwa Brandon bisa sebodoh itu."

Dia membicarakan Brandon! Dengan siapa?!

"Kau berpikir seperti itu? Bukannya dia manis?"

"Apakah kau menanyakan pendapat seorang lelaki tentang kasusmu itu? Oh, Kelly. Penilaianku tak salah. Dialah yang konyol."

Jadi sekarang Rei mengobrol dengan Kelly. Ini mencurigakan! Aku tahu bahwa Rei memiliki urusan bisnis dengan Kelly, dan aku tahu bagaimana Rei bisa memposisikan dirinya terhadap permainan pertemanannya itu. Dan dia takkan mungkin bisa mengobrol dengannya dan bisa seakrab ini, seakan mereka memang sudah mengenal cukup lama.

Hmm... apakah ini yang dinamakan kecocokan dalam berhubungan?

Kelly... hanya dengan suaranya yang manis itu, aku tahu bagaimana dirinya sebenarnya. Mungkin fake? Dia punya banyak rahasia yang dia sembunyikan dari semua orang.

Dasar, dia sangat tak pantas bersama Brandon!

Tetapi, aku harus berterima kasih dengan posisinya yang menjadi penghubungku dan Brandon.

Aku akhirnya kembali ke kamarku karena tak mau mendengar apapun lagi. Aku berniat untuk masuk ke dalam dunia virtual untuk melakukan aktivitasku hari ini. Dengan tubuh yang sangat lemah ini, aku hanya mampu pergi ke dunia virtual untuk menghabiskan waktu luangku. Selain itu, dunia virtualku menjadi dunia pribadiku di mana hanya ada aku yang berkuasa. Aku bisa melakukan apapun yang tak bisa kulakukan di dunia nyata. Meskipun rasanya seperti berhalusinasi, tetapi inilah kenyataannya.

Program dunia virtual pribadi sudah muncul sejak dua belas tahun yang lalu. Di mana setiap manusia bisa memiliki dunia fantasinya sendiri di dunia virtual tersebut. Sama halnya seperti rumah, tempat itu menjadi tempat pribadi yang tidak akan bisa dikunjungi siapapun tanpa izin pemilik. Dan tiga tahun kemudian, program ini diajukan untuk para difabel, lansia, dan untuk orang yang berpenyakitan sepertiku. Tujuannya adalah untuk lebih menikmati kehidupan ini, meskipun apapun yang ada di dunia virtual adalah kepalsuan dari kumpulan data-data.

Bagaimanapun, aku di dalam duniaku sendiri berasa lebih sempurna dari apapun.

Miris ya.

Hanya dengan sebuah alat mirip seperti kacamata yang dipasang di kepala, aku bisa masuk ke dunia virtual dengan instan. Cara kerja alat ini seperti membawa kesadaranku masuk sepenuhnya ke dunia virtual. Tentu saja, selama itu aku menidurkan tubuhku agar tidak mengalami beberapa cidera fisik yang tak diinginkan.

Hanya satu perintah untuk mengaktifkan sistemnya.

"Link start!"

Dan saat itu juga, aku merasa ditarik dengan sangat cepat untuk memasuki dunia digital yang sebenarnya. Seluruh ruangan berwarna putih saat proses loading data dari kesadaranku dan juga memori dari dunia virtual milikku. Tidak dibutuhkan waktu yang lama hingga aku akhirnya berakhir tiduran di atas kasur besarku.

Di sinilah aku sekarang, dunia virtual pribadi milik Rin Pramudirga.

Di ruang virtual pribadiku, aku benar-benar membangun sebuah istana yang sangat megah sesuai dengan imajinasiku. Dengan dibantu oleh Andri dan Kei, aku bisa menyusun data-data istana epic yang pantas untukku sendiri. Bagaimanapun, aku tetaplah seorang putri dari kerajaan palsu ini.

"Selamat datang, Nona."

Itu adalah suara Itta, sebuah AI digital yang hanya dibuat khusus untukku. Ohya, dia juga merupakan saudara dari Otto, AI milik Rei. Kembaranku itu membeli sepasang AI dan membaginya denganku. Tidak sepertinya yang selalu melibatkan dalam segala sesuatu, aku lebih nyaman memposisikan Itta di dunia virtualku untuk menjaga dunia indahku ini.

Aku menyingkar beberapa lembaran selimut yang sangat halus dan tebal saat aku mulai bangkit duduk. Aku masih tidak bisa melihat wujud Itta karena seluruh tempat tidurku tertutup tirai kain rendra berwarna emas. Hanya ada cahaya-cahaya kecil yang dapat menembus tirai emas itu.

Aku akhirnya menyingkirkan tirainya dan menapakan kakiku di atas karpet bulu yang begitu lembut.

"Itta, aku ingin melanjutkan yang kemarin." Kataku.

"Baik, Nona."

Dengan sesaat, ruangan kamarku berubah menjadi ruang putih nan kosong. Kasur yang kududuki sekarang sudah berubah menjadi sebuah sofa yang sangat empuk. Dalam beberapa waktu, data-data yang kuinginkan muncul di ruangan kosong ini.

Sebagai sahabat dan kembaran untuk Kei dan Rei, aku hanya bisa melakukan ini untuk mereka berdua. Aku bekerja cukup keras untuk membuat dekorasi yang sangat layak di pesta anniversary mereka. Apalagi, Keiza terlihat sangat begitu semangat untuk hari esok.

Dekorasi yang kubuat di dunia virtual sudah selesai beberapa hari yang lalu, dan sekarang aku sedang melakukan beberapa editan. Aku sangat mengenal Kei dan Rei, sehingga aku sangat paham selera mereka berdua. Ada unsur keseimbangan di antara mereka berdua di mana menjadi ciri khas yang begitu unik dan indah.

Terlebih bagian pusat pesta, di bagian taman belakang rumah. Tempat itu aku dekor dengan merubah semua penampakan taman modern itu menjadi sebuah tempat seperti panggung pernikahan yang mewah. Aku tahu bahwa mereka takkan menikah saat itu, tapi Keiza selalu ingin dinikahi oleh kembaranku (Ya, aku mengerti keadaannya yang selalu berbunga-bunga oleh kembaranku itu meskipun sering ditinggal bersamaku).

Aku selalu bangga dengan hasil karyaku, dan ini yang menurutku sangat sempurna. Tapi, aku tidak selalu mengerti mengapa orang lain bisa tidak menyukai hasil karyaku ini.

"Rin, apa kau tidak berlebihan dengan semua alat-alat ini? Jika memang kau ingin memakai penutup kolam otomatis itu, kurasa kau harus memberitahu kami semua agar bisa kami urus untuk semua alat-alatnya."

Sekarang aku sudah masuk ke dalam robot androidku untuk menemui Mitha dan memberikan hasil kerjaku.

"Ini sempurna, Mitha! Bagaimana bisa kau menyebutnya berlebihan? Kei pasti sangat menyukainya." Kataku.

"Rin, maksudku adalah kita tidak bisa memasang peralatan berat untuk itu. Kita tinggal dua hari lagi menuju pesta, kita harus mengurusnya setidaknya seminggu sebelumnya. Dan kita perlu konfirmasi dari Rei dahulu."

"Mitha, kau tidak perlu konfirmasi dari Rei karena aku bisa memberikan izin tersebut. Pemasangannya harus dilakukan sekarang agar waktunya tidak terlambat. Toh, kita punya cukup waktu untuk mendekor yang lainnya."

"Rin, kurasa itu bukan ide yang baik. Mencari tukang untuk memasang panggung itu cukup sulit." Kata Jason.

"Apa kau mulai bermalas-malasan, Jason? Kau harus menemukan tukang dan alat-alatnya sekarang juga. Mengapa kalian malah mendebatkan tentang ini daripada melakukannya, sih?!"

Aku hampir kesal dengan mereka berdua. Setiap kali aku memberikan pekerjaan, mereka selalu banyak alasan seakan-akan aku bukanlah siapa-siapa.

Berbeda sekali dengan Rei, mereka sangat mematuhinya.

"Rin, maksud kami berdua itu-"

Tiba-tiba aku ditarik keluar dari robot androidku dan terbangun di tempat tidurku. Kepalaku rasanya sangat sakit karena tekanan dari kecepatan perpindahan kesadaran. Oh, sial. Aku dipaksa log out dari dunia virtual dan robot androidku!

.

Bab 27

The Pretenders (End)

Thanks for reading this chapter, Shay...

Like it? Add to library and comment!

raen_creators' thoughts
Chapitre suivant