""Disana ada 13 keluarga yang di tempatkan, dan keluarga embah masuk dalam salah satunya, disana embah, pak de sugi dan pak de Tris yang ada di lampung sekarang, bertiga bahu membahu membuka lahan untuk membangun rumah dan ladang""
""lokasinya jauh dari kota dan jarak antar desa bisa3-5 kilo, jadi kalo mau ketemu penduduk lain butuh berjam jam berjalan, dan belum lagi disana banyak perampok atau istilah sekarang begal, yang ga segan - segan yakitin orang""
""Banyak cerita yang bisa di ceritakan di lampung, nah sekarang coba tanya ibumu, dia punya cerita lebih menarik disana, karena ibumu sama bulemu yang ada di kota, punya pengalaman mists"" berkata pak de sugi sambil menyeruput kopi susu yang sudah tinggal setegah gelas
""bener buuuu, ibu punya pengalaman mistis sama bule?"" tanya adi kepada ibunya dengan wajah penasaran
""iya bu, ibu punya cerita serem, kok ga cerita sama ita"" berkata ita dengan sedikit nada jengkel
""Kamu ini mas, bukannya jatah kamu untuk cerita, ko malah aku yang disuruh"" berkata dengan sedikit tidak puas ibu adi kepada pak de sugi
Pak des sugi yang melihat adiknya sedikit mengeluh hanya tersenyum diam
""yaudah ibu ceritain pengalaman ibu dan bule mu, waktu dulu saat kita kecil tinggal di lampung""
############## Flas back lampung akhir 70 an
Di sebuah hutan di pedalaman propinsi Lampung, dikelilingi oleh pepohonan yang tinggi dengan berbagai satwa liar yang masih asri hidup di dalamnya, tampak indah dan sangat alami, tetapi di balik itu semua terdapat misteri dan bahaya yang selalu mengintai
Terdapat pemukiman pemukiman yang dibangun dari papan kayu dan Gedek (Dindin yang terbuat dari nyaman bambu) dengan atap yang ditutupi ijuk atau bahkan dau kering palem, yang dianyam untuk bisa menjadi atap rumah
Semuanya tampak sangat sederhana, dengan rumah panggung yang berfungsi sebagai lumbung di lantai bawah, dan sebagai perlindungan dari bahaya binatang buas dan liar seperti harimau dan babi hutan
Rata - Rata penduduk di sini adalah pendatang yang berasal dari jawa kususnya daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebagai program Trasnmigrasi yang di canangkan oleh pemerintah
Setiap keluarga terdiri dari minimal 4 orang anggota keluarga, yaitu Bapak, Ibu, dan kedua anak, tetapi ada banyak kasus dimana hampir seluruh keluarga dari kakek, nenek, Ibu, Bapak, Anak, keponakan, sampai saudara jauh ikut serta dalam satu rombongan
Hal ini dikarenakan, harapan dan impian sebagian besar dari mereka untuk memiliki tanah yang bisa digunakan sebagai mata pencarian mereka atau jika mereka tidak dapat menemukan pekerjaan, setidaknya keluarga mereka tidak akan kelaparan, karena adanya sayuran dan buah - buahan yang mereka tanam di ladang mereka
Berbeda dengan kondisi di Jawa, yang sudah semakin gencar perubahan dan juga semakin sedikit lahan yang ada untuk digunakan bercocok tanam, dan mereka yang pindah rata-rata adalah mereka yang tidak memiliki warisan tanah atau penghidupan serta mata pencarian yang tetap, sehingga mengandalakan program Transmigrasi mereka berharap mampu mendapatkan kehidupan yang lebih baik
Seperti keluarga Yanti dan Giyanti sepasang saudara kembar yang berasal dari salah satu kabupaten di Jawa Tengah, mengadu nasib ikut program Transmigrasi pemerintah, demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik
Kedua bersaudara itu berumur 7 tahun, masih sangat muda untuk anak perempuan seusia mereka, dengan sepasang ayah dan Ibu, dengan dua kakak laki - laki dan satu adik yang masih balita, ditemani oleh nenek dan kakek mereka, merantau jauh ke dalam pedalan hutan rimba di Lampung, untuk membuka lahan bagi pembangunan rumah dan ladang mereka
Di Tempat lokasi mereka di tempatkan hanya ada 13 kepala keluarga, yang masing masing diberikan lahan 3-5 Hektar tanah, sesuai dengan jumlah keluarga yang mereka miliki, dan keluarga Yanti mendapatkan 5 Hektar tanah, dikarenakan populasi dalam keluarga mereka yang besar, dengan mulut yang banyak otomatis lahan yang diberikan juga bertambah
Ini mungkin akan membuat bahagia mereka yang menerimanya, tetapi yanti dan keluarganya tahu, 5 Hektar tanah ini, bukan tanah yang siap garap dan sudah siap di tempati, hanya ada lahan sekitar 100-200 yang telah di bersihkan dan bukan di garap yang disiapkan untuk mereka membangun rumah dan ladang kecil untuk berkebun
Sisa dari tanah yang mereka miliki, harus mereka buka sendiri dan olah sendiri, dan hal ini adalah pekerjaan yang berat, terhitung bagi keluarga mereka yang memiliki anak paling besar hanya berusia 11 dan 10 tahun, di tambah dengan bapak yanti yang berusia 40 tahunan dan kakek yang berusia pertengahan 60 an, dan sisanya adalah wanita yang masih di bawah umur dan paruh baya, tidak bisa menjadi kekuatan yang memadai untuk bisa membuka lahan dari hutan yang masih lebat dan asri ini
Belum lagi ancaman dari binatang buas, dan ular yang setiap saat mengintai dari balik hutan, meski mereka tahu itu berat, tapi seperti pepatah, Hidup ini penuh perjuangan dan untuk sukses butuh banyak pengorbanan , karena keluarga mereka belum memiliki tempat untuk tinggal, jadilah keluarga Yanti menginap semantara di ruangan belakang rumah saudara mereka yang ada di kota terdekat, yang berjarak puluhan kilometer dari tempat mereka membuka lahan.