webnovel

Dimensi Cincin III

Tetapi memang adanya begitu dan kenyataan yang lebih parah ada di depan mata mereka, terlebih sebagai seorang putri bagaimana bisa ia berpikir cepat untuk menikah dengan orang yang memang sudah dijodohkan dengan dirinya , tetapi hal itu dilaksanakan sangat mendadak dan tampak persiapan yang sangat tidak memadai

Padahal jika ditilik secara halus, walaupun dia mengesampingkan pemikiran dirinya, tetapi dia tidak bisa melepaskan martabat kerajaanya, dan fakta bahwa dia adalah seorang putri kerajaan, jika dia mengijinkan lalu bagaimana dengan keluarga dan rakyatnya

Apakah akan mengijinkan untuk menikahi seorang anak biasa, yang juga seorang ras yang berbeda dengan mereka, dan dilaksanakan dengan begitu sederhana dan tanpa memikirkan kebanggaan dari rasa kerajaanya

Tetapi nyatanya hal itu tetap berlangsung dan Pitaloka pun, tidak mempermasalahkan hal itu karena dia sadar, saat dia menikahi adi dia akan menjadi jin biasa bukan jin bangsawan, dan dia pun sudah bertekad untuk melepaskan gelar putrinya, demi menikahi adi yang dia tidak kenal asal usulnya

Dia hanya menyakini keyakinan nya, setelah melihat dan bertemu adi secara langsung, bahwa dia adalah calon suami yang baik dan itu cukup baginya, padalah keputusannya ini nanti membawa adi dan dirinya ke dalam sebuah petualangan, yang sangat mendebarkan di dimensinya

Adi yang tidak mengetahui itu semua juga secara sadar tahu, posisi dan dasar dihatinya bahwa Pitaloka pasti banyak berkorban untuk menikah dengan nya, walaupu dia tampak sangat bahagia, tapi adi tidak bisa menampikan kenyataan yang ada, bahwa dia seorang bangsawan dari ras Jin dan juga seorang putri dari kerajaan besar di dimensinya sana.

Tampak langit di luar mulai meredup, dan adi juga sadar bahwa malam sebentar lagi akan datang, begitu juga dengan malam sakral keduanya dengan Pitaloka, malam pengantin baru yang telah menanti mereka berdua

Pitaloka pun tampak sadar bahwa dirinya sebentar lagi akan menyerahkan kehormatannya, yang telah dia jaga selama hidupnya kepada suami barunya adi dan dia pun sudah menyiapkan mental dan fisiknya, walupun tetap saja rasa gugup itu datang menghampiri

""Sayang sudah malam kamu mandi dulu sana, aku juga mau mandi dulu nanti kita bertemu di kamar yah"

"Emmmmm baiklah sayang, tapi aku tidur di kamar yang mana?"" bertanya dengan gugup kepada Pitaloka

"Kamu tidur di kamar lantai dua sayang yang dekat balkon, dan kamu bisa ganti baju kamu dengan pakaian yang aku udah siapin di gantungan di kamar mandi bawah sayang"

"Ok kalo gitu aku mandi dulu sayang, terus tidur" menjawab Pitaloka dengan kepala tertunduk dan malu

Saat adi berjalan ke kamar mandi, ada senyum kecil yang sedikit ambigu di bibir Pitaloka dan tanpa sadar adi melewatkan senyum itu

Sesudah mandi dan berganti pakaian, adi mengingat pesan Pialoka untuk tidur di kamar lantai dua, yang dekat dengan balkon, tanpa berpikir banyak adi berjalan menaiki tangga dan menuju kamar yang ada di lantai dua

Sesampainya ia di depan kamar, adi menghela nafas untuk meredakan kegugupan yang ada dipikirannya, membuka pintu kamar adi melihat kamar yang luas dengan beberapa perabotan seperti lemari dan meja rias dan beberapa asesoris dan lukisan yang ada di kamar tersebut, saat dia melangkah lebih dalam dia terpana dengan apa yang ada di depannya

Di sebuah kasur yang besar dengan seprai yang putih bersih, dengan kasur yang memiliki kelambu di sekelilingnya, tampak kelopak bunga mawar dan beberapa bunga cantik, yang menghiasi di atas kasur, dan apa yang membuatnya lebih terpana adalah

Sosok cantik dari Pitaloka yang sedang menunggunya di atas kasur, dengan baju tidur yang sangat menawan, berwarna merah muda menampilkan lekuk tubuh yang sempurna.

Chapitre suivant