Kini dua orang laki-laki baru saja sampai disebuah Cafe yang ditujunya. Baik James maupun Didan, mereka sama-sama melihat sekitar yang ternyata banyak sekali mahasiswa dan mahasiswi dari kampus Alberta sedang berada disini.
Sehingga tidak heran jika seandainya kedatangan mereka menjadi pusat perhatian, apalagi James yang merupakan laki-laki tertampan nomor dua setelah Yas yang sering dijuluki sebagai pangeran kampus.
Didan yang melihat itu pun langsung menyikut seseorang yang berada disampingnya, sedangkan James, laki-laki itu sibuk tebar pesona sehingga ia yang baru saja menyadarinya pun langsung menghela nafasnya.
"Lo yakin bakal aman kalau nongkrong disini?" tanya Didan.
"Yakin aja gue mah," jawab James yang masih sibuk tebar pesona kepada setiap mahasiswi yang sedang berada disini.
"Seriusan?" tanya Didan lagi. "Meskipun ada cewek gatel itu disini?"
Setelah itu James langsung menghentikan langkahnya, terdiam mematung melihat Didan yang menatapnya dengan kedua alis yang terangkat.
"Dia dimana?" tanya James.
Didan yang mengerti kode dari sahabatnya itu pun langsung menunjuk dengan dagunya sebagai tanda bahwa keberadaan wanita itu ada disana. Sedangkan James yang melihat itu langsung mengikuti arah pandang dari laki-laki tersebut.
Benar saja, disana ia bisa melihat dengan jelas seorang Larissa sedang berkumpul bersama para temannya yang merupakan satu gengnya. Mengetahui itu James langsung memutar tubuhnya dan meninggalkan Cafe tersebut dengan Didan yang menyusulnya.
"James, tungguin gue!" teriaknya kepada laki-laki itu. "James, tungguin gueeee!"
Laki-laki yang baru saja disebutkan namanya itu baru saja keluar dari dalam Cafe meninggalkan Didan yang masih berada di dalam hingga dimana seseorang meraba pundaknya.
Tidak suka dengan hal itu, James langsung menepis tangan Didan yang semula berada di pundaknya.
"Gak usah pegang-pegang," ujarnya kepada Didan.
"Iya-iya, sorry, habisnya lo ninggalin gue gitu aja."
Mendengar itu James langsung berkacak pinggang, kemudian mengerang frustasi sebelum akhirnya memutar tubuhnya menghadapa sahabatnya tersebut.
"Tadi dia gak lihat gua, 'kan?" tanya James.
"Enggak, dia lagi sibuk ngegosip kayanya," jawab Didan sembari terkekeh. "Terus, sekarang kita nongkrong dimana dong?"
"Kita ke apartemen si Yas aja," ujar James yang langsung memasuki mobilnya kembali.
Sementara Didan yang mendengar itu pun langsung menyusul memasuki mobil dengan keheranan yang terjadi kepada James saat ini.
Ketika keduanya sudah berada di dalam mobil, James langsung menghela nafas sebelum akhirnya berkata, "Hari ini lo yang bawa mobil, gue pengen istirahat sebentar."
Setelah memberikan kunci mobilnya kepada sahabatnya itu, laki-laki itu kemudian menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi dengan kedua mata yang terpejam.
Sedangkan Didan, laki-laki itu yang melihatnya pun hanya mampu menggelengkan kepala sebelum akhirnya memutuskan untuk menyalakan mobil dan berlalu dari Cafe tersebut.
"James, lo beneran tidur?" tanyanya kepada laki-laki itu.
"Enggak," jawab James singkat yang masih bertahan pada posisinya dengan kedua mata yang terpejam erat.
"Lo kenapa gak putusin si Larissa aja, sih? Daripada ngehindar terus kaya gini, kita jadi gak bebas nongkrong dimanapun lho."
Mendengar itu James langsung berdeham, kemudian laki-laki tersebut pun berkata.
"Gue juga tahu, kok. Tapi lo tahu sendiri 'kan dia anaknya kek gimana," ujar James.
Didan menghela nafas, ia berdecak kesal ketika mengingat dimana tadi dirinya hampir saja bisa duduk dengan tenang ditempat tujuannya.
"Tapi lo seorang James dan semua orang tau kalau lo deket sama dia, harusnya lo tegas lah sama dia."
Laki-laki itu, James berdecak sebelum akhirnya membuka kedua mata dan menoleh kearah dimana sahabatnya itu berada.
"Eh, tegas yang kaya gimana? Putusin dia gak gampang," ujar James. "Gue harus punya strategi buat jadiin alasan yang kuat."
Didan berdecih, ia berkata, "Bilang aja lo masih mau make dia, dibanding sama yang lain, munafik banget lo."
"Sialan, gue udah jarang tidur sama dia. Lo tahu sendiri lah, gue udah males banget sama itu cewek."
Didan kembali terkekeh, ia mengetahui dan melihat semuanya tentang bagaimana James selama ini memperlakukan wanita.
"Lo emang paling gak bisa ya kalau deket sama cewek gak lo ajak tidur?"
Mendengar itu James langsung kembali memejamkan kedua matanya dengan senyum smirknya.
"Kata siapa?" tanyanya.
"Dih, pake nanya segala. Dikira gue gak tahu apa akal busuk lo kaya gimana?!"
Laki-laki itu langsung terkekeh, "Udah, gitu doang juga."
Bertepatan dengan itu mereka pun akhirnya sampai di tempat tujuan dengan Didan yang langsung memasukan mobilnya ke basement dimana tempat Yas menyimpan kendaraannya tersebut.
Ketika menoleh ia masih mendapati Yas yang masih tertidur membuat Didan yang melihat itu langsung menggelengkan kepala.
Tidak ada cara lain selain membangunkan laki-laki tersebut sehingga mau tak mau Didan harus melakukannya.
"James, bangun. Udah sampe nih, buruan lo ah suka lama."
Laki-laki tersebut secara perlahan pun mulai membuka kedua matanya dan menatap sekeliling yang ternyata sudah berada dibasement apartemen saudaranya sendiri.
Sementara Didan yang melihat itu langsung mengerutkan keningnya dan berkata, "Kenapa lo? Malah bengong, buruan turun. Apa lo mau nginep disini?" ujarnya.
Mendengar itu James berdecak dan langsung membuka pintu mobilnya dan berlalu pergi meninggalkan Didan yang menatapnya terheran.
"Udah dibangunin, terus ditinggalin. Nasib-nasib, tapi gak apa-apa biar jadi pahala buat gue," ujarnya kepada diri sendiri.
Akhirnya Didan pun langsung menuruni mobil dan menguncinya, setelah itu berlari memasuki apartemen untuk menyusul sahabatnya yang sudah pasti hendak menaiki lift membuat ia yang mengetahui itu pun langsung melangkahkan kakinya dengan semakin cepat.
Dan benar saja, ketika ia baru saja sampai di lobi, dirinya melihat James yang baru saja memasuki lift membuatnya terpaksa haru menunggunya lagi.
Disisi lain kini James sedang berada didalam lift dengan beberapa orang yang ada didekatnya. Tidak lama kemudian pintu kembali terbuka pertanda bahwa ia sudah sampai dilantai yang dituju.
Kemudian dengan segera laki-laki tersebut melangkahkan kakinya menuju ke apartemen saudaranya itu yang sudah pasti berada disana.
Lalu James menekan tombol bel untuk memberitahukan keberadaannya yang sedang berada diluar pintu itu.
Cukup lama menunggu hingga akhirnya pintu pun terbuka dan menampilkan sosok saudaranya yang terkejut dengan kehadirannya. Sedangkan James, ia yang melihat itu pun langsung menyunggingkan senyumannya sembari menyapa.
"Halo, gue numpang tidur disini ya."
Setelah itu James langsung masuk kedalam dengan seorang laki-laki yang masih mematung ditempatnya.
Laki-laki itu masih saja diam mematung ditempatnya berdiri dengan kening yang berkerut samar saat melihat kedatangan satu orang lagi yang begitu dikenalinya ini.
"Didan?" gumamnya. Sedangkan laki-laki itu yang mendengarnya langsung menyapa dan memberinya senyuman terbaiknya.
"Halo," sapa Didan. "Gue masuk dulu, ya."
Kembali ia diabaikan oleh sahabatnya membuat laki-laki itu yang mengetahuinya pun langsung menghela nafas seketika. Lalu, dirinya kembali menutup pintu dan berjalan menuju ruangan tengah dimana semua orang sudah berkumpul memenuhi seisi ruangan.