Lyra memegang kepalanya, dan memejamkan matanya. Lyra berusaha mengingat dengan jelas siapa laki - laki itu.
"Dia... Aku tidak ingat siapa dia. Aku belum pernah melihatnya. Yang aku ingat, aku terbunuh dan cincin itu terkubur bersamaku. Dan juga ada seseorang yang tidak ku kenali. Aku tidak bisa mengingat nya." Jelas Lyra.
Steve terdiam sebentar mendengar penjelasan dari Lyra. Steve berusaha mencerna perkataan Lyra tentang yang terlintas di ingatan nya.
"Mungkin ada hubungan nya dengan hal yang mungkin kita hadapi." Steve memberikan secangkir teh manis hangat kepada Lyra.
"Minum lah. Setelah meminum ini mungkin kamu akan membaik." Lyra mengambil cangkir teh manis itu dari Steve. Dan meminumnya dengan pelan - pelan.
"Enak sekali, sekarang aku merasa baikkan." Kata Lyra tersenyum.
"Baguslah jika teh manis hangat ini membuatmu baik kan. Tapi siapa laki - laki itu?" Kata Steve yang masih penasaran dengan yang terlintas di ingatan Lyra.
"Entahlah. Ada baik nya kita tidur, karena ini sudah malam." Kata Lyra memberikan cangkir teh itu pada Steve.
"Tapi kamu belum makan. Dan kamu akan sakit." Kata Steve yang lagi - lagi mulai khawatir dengan keadaan Lyra.
"Aku sedang tidak nafsu makan." Jawab Lyra tersenyum.
"Baiklah, jika lapar bangunkan saja aku ya." Kata Steve lalu beranjak dan membawa cangkir teh manis itu keluar dari kamar Lyra.
Lyra menarik selimutnya, dan masih mengingat serta berpikir dengan laki - laki tersebut.
"Memang nya apa hubungan aku dengan laki - laki itu? Atau mungkin itu ingatan sekilas saja?" Guman Lyra. Lyra mengacak - acak rambutnya. Lalu memutuskan untuk pergi tidur.
....
Pagi pun tiba, lembaran baru dan cerita baru akan segera di mulai. Perlahan, mata yang tertutup mulai membuka kelopak mata nya dengan perlahan.
"Selamat pagi dunia." Kata Steve yang sambil bangun dari tempat tidur meregangkan otot - otot nya.
Steve mempersiapkan diri untuk pergi ke perusahaan jam 7.00 nanti. Di kamar sebelah, nampak Lyra yang bangun lebih awal sudah hampir selesai mempersiapkan diri untuk pergi ke perusahaan.
"Selamat pagi dunia, semoga hari ini adalah hari yang baik." Kata Lyra dengan semangat.
Steve dan Lyra turun menuju ruang makan, yang sudah disambut oleh Ibu Steve.
"Ayo nak, makan dulu." Tawar Ibu Steve dengan ramah.
"Iya Bu." Jawab Lyra.
Steve dan Lyra duduk di kursi meja makan, dan mulai menyantap makanan masing-masing.
"Ibu, kami sudah menemukan cincin itu."
"Dimana Steve?" Tanya Ibu Steve antusias.
"Di museum kota."
"Benarkah, tapi sayang sekali cincin itu tidak bisa di ambil."
"Iya Bu. Lyra sangat senang dapat melihat cincin itu Bu." Kata Steve melirik kearah Lyra.
"Iya Bu, cincin yang Steve berikan sangat indah." Kata Lyra tersenyum.
"Baiklah, dan ya. Ibu akan pergi besok ke Malaysia untuk membantu pekerjaan ayahmu Steve disana."
"Untuk apa dibantu? Lagian dia ayah yang buruk." Gerutu Steve dengan kesal.
"Tapi Steve dia ayahmu. Setidaknya kamu harus menganggap dia ayahmu. Karena kamu anaknya." Jelas Ibu Steve.
Steve hanya diam dan tidak mau melanjutkan pembicaraan lagi. Steve kesal dengan ayahnya. Karena ayahnya, sama seperti ayahnya yang di masa lalu. Yang sangat gila harta dan pekerjaan. Ayah Steve tidak akan berhenti mengejar sampai sesuatu yang dikejar atau yang ingin dia dapatkan, dapat dimiliki olehnya.
Steve pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke ruang kerjanya. Ibu Steve dan Lyra melihat perubahan sikap Steve hanya terdiam. Ibu Steve merasa bersalah karena telah memberi tahukan anaknya, kalau dirinya mau pergi ke Malaysia untuk membantu pekerjaan suaminya.
"Lyra, tolong kamu bujuk Steve ya. Dan ya, ibu pergi hanya 5 hari. Stok makanan dan cemilan di dalam kulkas sudah tersedia. Jika kamu mau makan, kamu bisa suruh pembantu atau kamu bisa masak sendiri." Jelas Ibu Steve dengan tersenyum lemah.
"Iya Ibu." Lyra pun beranjak dari kursinya dan memeluk Ibu Steve dari belakang.
"Ibu tenang saja, aku akan membujuk Steve demi Ibu. Ibu jangan sedih ya." Hibur Lyra.
Ibu Steve hanya mengangguk pelan dan tersenyum kepada Lyra.
....
Steve dan Lyra berangkat ke kantor. Disepanjang perjalanan Steve hanya diam. Mau tidak mau, Lyra harus membuka topik pembicaraan. Karena Lyra sangat risih jika suasana seperti yang Lyra hadapi sekarang.
"Steve..." Panggil Lyra hati - hati.
"Hm, kenapa." Jawab Steve.
"Aku ingin minum kopi cappucino." Lyra berusaha mencairkan suasana.
"Baiklah, ayo kita beli." Sahut Steve.
"Iya."
....
"Untung saja, Steve tidak marah lagi." Guman Lyra.
Sesampainya di cafe, Steve memberhentikan mobilnya di depan cafe tersebut.
"Tunggu sebentar ya, aku akan membeli kopi nya. Mau dingin atau hangat?"
"Hangat."
"Baiklah."
Steve meninggalkan Lyra di dalam mobil. Sambil menunggu Steve kembali. Lyra mengecek jadwal kegiatan serta tugas - tugas Steve.
"Hari ini ada wawancara dengan karyawan baru bagian bendahara baru. Christian Keano." Kata Lyra yang melihat data karyawan bernama Christian Keano.
Steve pun kembali, dan membawa 2 kopi cappucino hangat. Steve membuka pintu mobil dan melihat Lyra yang mengecek data - data.
"Ini kopinya." Kata Steve sambil menyodorkan satu gelas kopi cappucino.
"Terima kasih, sepertinya kita harus bergegas ke kantor. Ada wawancara dengan karyawan baru jam 09.00 nanti." Kata Lyra sambil menutup laptopnya.
"Baiklah." Steve segera menghidupkan mobilnya dan bergegas menuju perusahaan. Lyra tampak asik menikmati kopi cappucino nya.
"Ini enak sekali, aku suka capuccino."
Steve hanya tersenyum melirik kearah Lyra yang asik meminum kopinya.
"Steve, apa kamu masih marah dengan Ibu mu." Tanya Lyra pelan - pelan.
"Tidak, aku tidak marah. Aku hanya membenci Ayahku." Lirih Steve.
"Baiklah." Kata Lyra.
"Nanti akan aku ceritakan padamu. Yang penting, wawancara karyawan baru itu harus tepat waktu. Jangan sampai dia menunggu kita." Kata Steve dengan semangat.
"Iya Steve."
Lyra senang karena Steve tidak marah lagi dengan Ibunya. Sesampainya di perusahaan, Steve segera memakirkan mobilnya. Dan dengan segera turun dari mobil bersama Lyra. Lalu masuk ke dalam, sesampainya di ruang aula, Lexa segera menghampiri Steve dan Lyra.
"Ada karyawan baru yang ingin wawancara lamaran kerja. Dia sudah menunggu di ruang tunggu." Kata Lexa langsung.
"Baiklah, antarkan dia ke ruangan ku sekarang."
"Baiklah." Lexa pun meninggalkan Steve dan Lyra. Sedangkan Steve dan Lyra bergegas ke ruangan kerja mereka.
....
"Permisi, mari saya antarkan kamu ke ruang wawancara. Tuan Steve sudah menunggu Anda." Kata Lexa dengan sopan.
"Baiklah."
Lexa lalu mengantarkan karyawan baru yang ingin melakukan wawancara ke ruang kerja Steve. Sesampainya di ruang kerja, karyawan baru itu masuk kedalam ruang tersebut.
"Permisi, Tuan." Kata karyawan baru itu dengan sopan.
"Masuk." Kata Steve mempersilahkan karyawan itu untuk masuk ke dalam.
Karyawan itu pun masuk ke dalam ruang tersebut. Tanpa disengaja, Lyra dan karyawan baru itu bertatapan. Lyra terlihat bingung dengan karyawan yang ingin wawancara itu.
"Siapa dia? Sepertinya mengenali orang itu." Kata Lyra bingung. Lyra merasa ia pernah melihat orang itu sebelumnya, tapi dimana. Steve pun sedikit bingung dengan pertanyaan Lyra.