webnovel

Menjadi pusat perhatian lagi

"Sandra! Kamu sangat kaya!"

Resty berseru seraya mengembalikan cek itu ke Sandra dengan tangan gemetar, tertegun.

"Apa?" Sandra tidak tahu apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu.

"Jangan berpura-pura, cek ini jatuh dari bukumu," kata Resty.

Sandra langsung mengambil cek itu dan melihat jumlahnya, ekspresi wajahnya sama terkejutnya dengan Resty, tapi dia tahu apa yang sedang terjadi. Jumlah uang ini sesuai dengan yang ia minta kepada Nico. Siapa lagi yang memberikan cek dalam jumlah sebesar ini kalau bukan pacarnya yang kaya raya itu? Tetapi kenapa dia tidak memberikannya kepada Sandra secara langsung dan malah menyelipkannya dalam buku? Dasar ceroboh. Hampir saja dia kehilangan jalan keluarnya untuk menyelamatkan keluarganya. Untung saja yang menemukannya adalah orang jujur seperti Resty.

Ternyata Sandra salah paham dengan Nico. Dia tersenyum sangat manis, dan dengan cepat menyimpan ceknya dengan benar. Ini adalah uang yang menentukan hidup dan mati perusahaan keluarganya. Ia sangat tidak sabar menyerahkan cek ini kepada ayahnya yang pasti begitu tersiksa memikirkan tentang hutang yang begitu besar. Belum lagi ancaman dari East Group yang terus mendesak ayah menjual perusahaannya.

Tiba-tiba saja Sandra merasakan bahwa kelas seketika hening dan semua orang sedang melihat ke arahnya. Ia baru menyadari, kalimat spontan Resty tadi ternyata didengar oleh semua orang yang berada di ruang kelas.

"Wah jangan-jangan itu dari pacarmu ya?" salah seorang diantara mereka bertanya secara langsung, memendam rasa iri di balik suaranya.

Sandra memandang ke arah teman-temannya dengan canggung dan hanya mengangguk kecil. Ia tidak ingin terlihat atau terdengar sombong. Jangan sampai membuat keributan. Walaupun dalam hati Sandra seolah sedang tertawa puas. Tapi tentu saja kejadian di ruang kelas itu tak lama lagi akan menyebar dengan liar di seluruh sekolah.

"Wow, apa pacarmu yang tampan itu kaya raya? Beruntung sekali kamu Sandra."

"Ya! Kamu memiliki kehidupan yang baik, kamu cantik, pintar dan imut. Belum lagi pacarmu tampan dan kaya raya."

"Sandra tolong tanyakan kepada pacarmu apa dia punya kakak laki-laki dan adik laki-laki? Sepupu juga tidak masalah! "

Kepala Sandra pusing dipenuhi berbagai macam pertanyaan dari teman-temannya yang mengelilinginya. Ia tidak terbiasa menarik perhatian yang begitu berlebihan. Membuatnya begitu gerah. Semua teman-temannya kini hanya menganggapnya sebagai gadis berpikiran dangkal yang dengan mudahnya dibeli dengan uang. Ia segera mencari cara untuk menyelamatkan harga dirinya.

"Tidak juga kok. Dia juga tidak sebaik itu. Tidak ada yang sempurna. Kebanyakan orang kaya memiliki temperamen yang buruk. Misalnya, dia selalu menggangguku, haha" ujar Sandra mencoba menjelaskan dengan kaku.

"Kalau kamu merasa terganggu, berikan saja dia kepadaku."

"Ya, jika kamu tidak ingin diganggu, biarkan dia menggangguku saja."

Uh! ! ! Sepertinya dirinya telah salah berbicara. Enak saja memintanya menyerahkan Nico kepada orang-orang berotak dangkal seperti mereka. Apakah para gadis ini tidak memiliki harga diri sehingga berkata begitu dengan mudahnya. Walaupun bercanda sekalipun, mereka seharusnya memikirkan perasaan Sandra ketika mendengarnya.

Telinga Sandra menjadi panas. Ia menutupi wajahnya dengan tangan dan tidak mengatakan apapun. Betapa dangkalnya pikiran orang-orang ini!

"Hei hei hentikan... ini kan urusan pribadi Sandra. Sudah sana pergi kalian semua." Resty menyadari temannya yang merasa tidak nyaman dengan semua perhatian itu. Lagipula dirinya juga yang secara tidak sengaja menarik perhatian seisi kelas karena sudah bereaksi berlebihan ketika pertama kali melihat cek itu. Ia menjadi merasa bersalah telah memancing teman-temannya.

"Resty terima kasih banyak." Sandra memeluk tubuh sahabatnya itu. Keduanya tertawa lega dengan manisnya. Sungguh persahabatannya yang indah.

Di sudut kelas, wajah Leo merengut, dan kartu bank di telapak tangannya hampir saja ia patahkan. Meskipun sedang tidak saling berbicara satu sama lain, Leo tahu bahwa Sandra masih kesulitan membayar hutang keluarganya. Sejak beberapa hari yang lalu, ia sudah berkeliling ke orang-orang yang dikenalnya, mencoba mencari cara dan bahkan berhasil menemukan banyak orang untuk meminjamkan uang kepadanya. Meskipun baru terkumpul sedikit uang, tapi ia telah berusaha keras untuk mendapatkannya. Tapi saat ini, ia merasa seperti orang bodoh. Sandra sama sekali tidak membutuhkan bantuannya. Dia telah menemukan pacar yang kaya dan murah hati. Kata-kata Wisnu yang mengganggu dirinya pagi ini terngiang di kepalanya. Ya, dia benar. Bagaimana bisa dirinya bersaing dengan pacar Sandra sekarang? Gadis bodoh pun pasti akan langsung menolak dirinya jika dibandingkan dengan pria sempurna seperti Nico.

Bel kelas berbunyi, dan semua orang kembali ke tempat duduk mereka menunggu pengajar datang. Namun, sesuatu yang sangat aneh terjadi. Tidak ada satupun pengajar yang masuk. Semua orang hanya duduk dan menunggu. Saat kelas akan berakhir, kepala sekolah berjalan masuk dengan sepatu hak tingginya. Ia terlihat tidak membawa buku pelajaran di tangannya.

"Sandra, harap kemari. Yang lainnya silahkan belajar mandiri," ujar ibu kepala sekolah dengan suara tenang namun tegas seperti biasanya.

Tubuh Sandra terasa lemas ketika namanya kembali dipanggil. Ada apa lagi ini? Bukannya dia sudah dipanggil ke kantor kepala sekolah pagi ini. Tidakkah itu cukup.

Saat ini, lagi-lagi semua mata tertuju pada gadis itu. Entah sudah berapa kali Sandra selalu menjadi pusat perhatian. Ia mulai lelah dengan semua ini dan merindukan saat-saat ketika keberadaannya tidak begitu signifikan. Lagipula, kali ini da bahkan tidak tahu apa yang telah dilakukannya. Kenapa kepala sekolah tua bangka ini begitu suka mengusik ketenangannya? Baru saja ia merasa senang setelah menerima cek untuk membayar hutang keluarganya. Tak bisakah dia menikmati perasaan senang ini untuk sebentar saja.

"Sandra hati-hati jangan sampai kepala sekolah tahu tentang kejadian tadi." Sebelum Sandra beranjak pergi, Resty buru-buru menarik tangan sahabatnya dengan tatapan cemas. "Jangan membantah kata-katanya. Dengarkan saja apapun yang ia bilang. Mengerti?"

Semua orang tahu betul temperamen kepala sekolah. Ia bahkan memiliki julukan sebagai 'penyihir tua sekolah' yang seakan-akan tidak segan memakan siswa yang berani menentangnya. Tapi untung saja, semua orang juga tahu bahwa kepala sekolah ini masih bisa bersikap rasional. Selama semua orang mengikuti kemauannya, dia tidak akan menunjukkan taringnya.

"Oke. Aku tahu bagaimana menghadapinya." Sandra mencoba menenangkan Resty.

Meskipun agak takut, Sandra hanya diam mengikuti kepala sekolah masuk ke kantornya. Begitu sampai di dalam ruangan, tanpa pikir panjang Sandra langsung membungkuk sembilan puluh derajat dengan penuh hormat.

"Bu meskipun saya tidak tahu kesalahan saya. Tapi kalau menurut ibu saya salah, maka saya akan mengakui itu. Tolong jangan keluarkan saya dari sekolah ini." Sandra berkata dengan tatapan melas, bahkan sebelum kepala sekolah kembali duduk di kursinya.

Tidak sampai disitu saja, Sandra berniat berlutut ke lantai di hadapannya. Tepat ketika lututnya hampir jatuh ke tanah, wanita tua itu tiba-tiba berlari dan membantunya bangkit.

"Kamu ini sedang apa? Saya tidak akan mengeluarkanmu." Ibu kepala sekolah sedikit panik dengan tindakan Sandra.

Reaksi kepala sekolah begitu mengejutkan Sandra, dan nada suaranya berbeda dari biasanya. Biasanya dia terlihat angkuh dan meremehkan segalanya. Tapi barusan, ketika melihat Sandra hendak berlutut, ia langsung berlari dan tidak membiarkan itu terjadi. Sepertinya telah terjadi sesuatu yang tidak diketahui oleh Sandra. Dan ini jelas berhubungan erat dengannya. Entah sebuah masalah atau hal yang baik?

Chapitre suivant