webnovel

Kelembutanku hanya untukmu

"Mungkin bagi orang aku galak" Nico menjawab setelah berpikir sedikit lama.

"Nah mulai sekarang jangan bersikap galak lagi. Jujur, aku bahkan sangat takut kalau kamu bersikap seperti tadi, walaupun tidak ditujukan kepadaku sekalipun", ujar Sandra dengan penuh harap.

Hanya saja sangat sulit untuk mengubah sifat seseorang, belum lagi identitas khas yang menggambarkan sosok Nico di mata orang lain. Terkadang, beberapa faktor eksternal memaksanya menjadi lebih agresif. Bayangkan saja bahwa dia adalah perusahaan grup terbesar di negara ini. Kalau dia bersikap lembek, siapa yang akan hormat padanya?

"Oke, aku akan berusaha. Terutama untukmu." Nico berjanji pada dirinya sendiri. Ia hanya akan menunjukkan sisi lembutnya pada Sandra, tanpa mengubah sikapnya yang dingin terhadap orang lain.

"Bagaimana dengan orang lain?", tanya Sandra seakan bisa membaca pikiran pria yang ada di hadapannya. "Lebih baik lagi kalau kamu bersikap lebih ramah kepada semua orang"

Nico tercengang. "Kenapa? Memangnya apa yang sudah mereka lakukan untukku?". Ia benar-benar tidak peduli dengan keadaan orang lain. Kecuali Sandra.

Dalam sekejap, dia menjadi dingin lagi. Sandra yang merasakan perubahan suasana hati pacarnya langsung menutup mulutnya dengan rapat. Mencoba tidak memprovokasinya lebih jauh. Mereka telah cukup banyak bertengkar akhir-akhir ini, Sandra tidak mau membuat pertengkaran lagi karena satu masalah sepele.

...............

Di kantor Wakil Manajer Umum East Group, Dodi Atmaja membawa sebatang rokok di antara jari-jarinya. Tangannya yang lain memegang tablet yang masih menyala, berisikan semua informasi tentang Sandra.

Beberapa saat kemudian, Dhanny Atmaja mengguncang pintu hingga terbuka. Lelaki berusia dua puluhan itu terlihat memasukkan tangannya ke dalam saku, dan masuk dengan gayanya yang sembarangan. Ketika Dodi Atmaja melihat rambut anaknya yang berwarna-warni, dia melempar sebuah buku ke arahnya dengan kencang.

"Ayah yang memanggilku kemari. Tapi sambutan macam apa ini? Lebih baik aku pergi," Dhanny mengusap dahinya yang terkena buku tebal milik ayahnya. Berusaha menahan diri untuk tidak melawan dan membuat keributan.

"Anak sialan. Dengan penampilan dan kelakuanmu yang semakin liar, mau sejauh apa lagi kamu mempermalukan nama ayahmu ini?!" Dodi mengangkat tabletnya ke udara dan hampir melemparkannya lagi. Melihat itu, Dhanny buru-buru meletakkan kedua tangan di atas kepalanya, mencoba untuk melindungi diri. Ia tidak mau wajahnya menjadi hancur karena perbuatan ayahnya. Bagaimana ia bisa merayu wanita kalau wajahnya hancur?

Tangan Dodi tertahan di udara, ia mencoba untuk tidak mendahulukan emosinya. Bagaimanapun ada hal lebih penting yang harus dibicarakan dengan anak tunggalnya itu. "Kemarilah. Aku akan tunjukkan sesuatu."

"Apa?" Dhanny sama sekali tidak penasaran: "Jika ini masalah bisnis perusahaan, aku tidak peduli. Ayah tahu kan, hanya membaca dokumen, kontrak atau apapun itu akan membuatku pusing. Jangan paksa aku melakukan bisnis lagi!"

"Kalau begitu ucapkan selamat tinggal pada semua kartumu yang akan aku blokir." Mudah saja bagi Dodi untuk mengancam anaknya itu. Dia tahu betul pikiran dangkal dari anaknya yang membutuhkan uang banyak untuk berkencan dengan gadis dan berpesta pora sepuasnya.

Dalam sekejap, Dhanny segera berlari dan duduk di sebelah ayahnya. Bagaimana ia bisa merayu wanita tanpa uang ayahnya?

Dodi melemparkan tablet kepada putranya: "Lihat ini baik-baik"

Layar tablet itu menunjukkan foto seorang gadis dan sedikit informasi singkat yang menjelaskan latar belakang gadis itu. Dhanny memperhatikan sosok di dalam foto itu yang menurutnya terlihat seperti masih kekanak-kanakan. Cantik, tapi belum menunjukkan aura kedewasaan. Bukan merupakan tipe ideal seorang Dhanny Atmaja.

"Apa ini? Ayah mencarikan aku jodoh?" Setelah foto itu, Dhanny segera bereaksi, dan dengan cepat membuang tablet itu seolah-olah telah melihat hantu. "Ayah, berhentilah mengatur hidupku! Apalagi soal pasangan hidup! Bagaimanapun aku ingin menikahi wanita yang aku inginkan!"

Dhanny merengek layaknya anak kecil.

"Diam. Mulai sekarang, tugasmu adalah untuk mengejar gadis ini. Sandra Hartono. Putri dari pemilik Hartono Group", jelas Dodi mengabaikan rengekan putranya yang membuat telinganya risih.

"Yang benar saja! Mau dia putri dari seorang pengusaha ternama sekalipun, dia tetap masih terlalu muda. Jauh dari tipe wanita yang aku impikan. Lagipula setahuku, keluarga Hartono juga sedang diambang kebangkrutan. Lalu untuk apa..."

"Jangan membantah!" Dodi Atmaja tidak membiarkan putranya selesai bicara. "Aku tidak memintamu untuk menikah dengannya. Cukup rayu saja, permainkan dia atau terserah. Hanya itu satu-satunya keahlianmu kan? Kali ini buktikan bahwa bahkan kamu pun masih bisa berguna bagi ayah! Kalau kamu berhasil mendapatkan gadis itu, ayah akan memberimu uang berapapun yang kamu mau"

Dhanny tidak memahami jalan pikiran ayahnya. Tidak biasanya orang tua itu bersikap murah hati. Terutama kepadanya, sang anak tunggal yang hanya dianggap sebagai tukang pembuat onar. Kalau dipikir-pikir tugas ini tidaklah sulit. Hanya merayu wanita. Ayahnya benar, itu adalah satu-satunya keahlian yang bisa ia banggakan. Lihat saja, hanya dalam waktu tiga hari, gadis dari keluarga terhormat seperti Sandra Hartono sekalipun pasti akan bertekuk lutut padanya.

"Setuju.", ujarnya sambil mengangguk, membuat ayahnya tersenyum puas.

Dalam urusan bisnis, jelas sekali bahwa Dodi tidak akan pernah mampu mengalahkan seorang Nicolas Atmaja yang begitu cerdas dan dihormati oleh semua orang. Tapi bukan berarti pria muda yang sombong itu tidak memiliki kelemahan. Saat menyaksikan bagaimana cara keponakannya itu memperlakukan Sandra Hartono, dia langsung tahu bahwa gadis itu sangat berharga. Bagaikan harta karun yang akan dilindungi Nicolas bahkan dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Awalnya ia tidak menyangka ternyata keponakannya itu tidak jauh berbeda dari lelaki pada umumnya. Kelemahannya begitu gampang ditebak. Wanita. Jika ingin menghancurkan seorang Nicolas Atmaja, gadis itu adalah kuncinya.

................

"Ah...Aku sangat kekenyangan..."

Sandra menghela nafas panjang. Tangannya mengusap-usap perutnya, merasa sangat puas dengan menu makanan malam ini. Akhir-akhir ini, ia terus menyantap makanan lezat yang entah disiapkan oleh siapa. Hanya Nico yang tahu.

Nico terkekeh melihat cara wajah Sandra yang begitu ekspresif. Ia lalu mengambil selembar tisu dan memberikannya padanya. Tapi gadis itu tidak ingin meraihnya dan malah menjulurkan lehernya, mengangkat wajahnya mendekat ke arah Nico. Pria itu tahu apa yang harus dia lakukan. Ia menyeka sisa makanan yang menempel di bibir gadis itu dengan lembut.

"Sudah bersih. Saatnya bersiap untuk tidur" katanya.

Sandra mengangguk, lalu membuka tangannya dan berkata dengan suara manja. "Peluk."

Tanpa berpikir panjang, Nico langsung mendekap tubuh mungil gadis itu, mengangkatnya dan berjalan menuju sofa untuk melakukannya dengan lembut seperti putri raja. Ia hampir akan mendaratkan bibirnya ke bibir Sandra namun keinginannya dihentikan oleh suara bel pintu. Dengan sedikit kecewa, Nico bangkit dan membuka pintu.

Saat pintu terbuka, Kalina dan Diana nampak terkejut melihat sosok tinggi besar membukakan pintu. Tapi wajah Sandra yang sedang mengintip dari sofa ruang tamu terlihat jauh lebih terkejut. Apa yang dilakukan ibu dan kakak tirinya kemari? Bukankah ibu tirinya masih sakit beberapa hari yang lalu?

Kalina, setelah beberapa hari terbaring di rumah sakit, mendengar suaminya mengatakan bahwa Sandra memberinya uang untuk membantunya melunasi hutang keluarga. Terlebih lagi, sumber dari uang itu adalah pacar baru Sandra. Seorang pria misterius yang saat ini tinggal bersama dengannya.

Jangan salah paham. Kalina mendatangi rumah putrinya bukan untuk berkunjung dan mengecek keadaannya. Dia hanya ingin memuaskan rasa penasarannya tentang pria misterius yang berdiri di hadapannya. Awalnya ia berpikir bahwa pria ini bukan siapa-siapa, meskipun terlihat tampan dan terawat. Namun nampaknya ia salah. Sandra, entah bagaimana caranya, berhasil mendapatkan pria kaya raya.

"Sandra, kamu ini masih pelajar. Beraninya masih tinggal serumah dengan seorang pria tanpa ada hubungan jelas. Kalian berdua pasti sudah tidur bersama! Sungguh memalukan nama baik keluarga kita!" Diana, tentu saja seperti biasa, membuka percakapan dengan komentar sinis dan menjatuhkan. Namun di balik perkataannya, ia menyimpan rasa iri yang begitu mendalam kepada Sandra. Bagaimanapun ia berhasil mendapatkan seorang pria yang tidak hanya tampan luar biasa secara fisik, tetapi juga kaya raya! Kenapa gadis itu begitu beruntung dalam hidupnya?

"Jaga mulutmu"

Kali ini Nico tidak berdiam diri membiarkan kekasihnya dihina. Dua kata yang diucapkan dengan nada dingin itu cukup membuat Diana menundukkan kepalanya. Merasa terancam dengan aura pria dihadapannya yang begitu mendominasi.

Kalina memandang pria itu dengan kagum. Orang ini memiliki karakter yang sangat kuat hingga bisa membuat orang lain ketakutan hanya dengan satu atau dua kata saja. Kemampuan semacam ini bukanlah sesuatu yang dimiliki orang biasa. Wanita itu kemudian menyeret Diana ke belakangnya, sambil mempertahankan senyuman di hadapan Nico.

"Maafkan kelakuan putriku. Ia memang suka ceplas-ceplos dalam berbicara. Jangan dimasukkan ke dalam hati", ujarnya dengan suara lembut. "Kalau tidak salah, namamu adalah Nico kan? Saya mendengarnya dari ayah Sandra. Maafkan saya, saat pertama kali bertemu, kita belum berkenalan dengan selayaknya. Salam kenal, saya Kalina Hartono. Ibu Sandra"

Chapitre suivant