Kak Axel, tolong aku" batin Via menjerit meminta tolong dengan air mata yang sudah mengalir dengan derasnya.
"Kak, aku mohon jangan lakukan. Aku mengaku... Aaaaaaaah" ucap Via yang masih memohon pada Elang dan tak bisa menyelesaikan ucapannya serta berteriak akhirnya.
Elang yang sudah diliputi oleh kemarahan mulai melakukan aksinya dengan merobek pakaian yang digunakan Via. Via yang mempertahankan agar Elang tak merobek pakaiannya langsung mendapatkan tangan Elang yang mendarat di pipi mulus milik Via. Elang tak puas disitu saja.
Setelah merobek semua pakaian yang melekat pada tubuh Via semuanya Elang langsung menarik Via masuk ke dalam kamar mandi. Elang mengisi air bathup dengan air yang suhunya sangat dingin dan langsung menarik Via masuk ke dalam bathup dan menenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam bathup. Tak cukup dengan itu Elang mengguyur tubuh Via dengan air shower yang suhu nya panas.
"Ampunin aku kak. Aku minta maaf" ucap Via lirih dan bergetar karena merasakan air panas yang menyentuh permukaan kulitnya.
Elang yang sebenarnya mendengar ucapan Via mengabaikannya dan menariknya langsung ke dalam bathup dan menenggelamkan kepalanya. Via yang sudah mulai kelelahan dan sulit mengatur nafasnya yang sudah mulai sesak hanya bisa pasrah atas apa yang dilakukan oleh Elang. Elang menarik Via kembali ke dalam kamar dan menghempaskan ke atas tempat tidur. Tak perduli tubuh Via terbentur atau terkena benda atau apapun juga. Via yang dihempaskan oleh Elang langsung telentang tetapi kaki dan pinggangnya terbentur pinggiran tempat tidur.
Elang mulai menindih tubuh Via dan langsung memaksa memasukan juniornya ke milik Via tanpa melakukan pemanasan. Elang langsung memompa tubuh Via tanpa mendiamkannya terlebih dahulu.
"Kak, sakit…. Kak pelan-pelan, aku merasakan sakit" ucap Via lirih dan memukul tubuh Elang yang berada di atasnya.
Elang yang berpikir bahwa Via menolak untuk bercinta dengannya sengaja mempercepat memompa tubuh Via berkali kali dan tangannya terkadang menampar atau hampir mencekik leher Via. Via yang mendapat perlakuan seperti itu dari Elang hanya bisa menarik dan meremas seprai di tempat tidur untuk mengurangi rasa sakit yang diberikan oleh Elang. Elang memaksa Via bercinta dengannya sampai pagi.
Elang yang memang tak ingin masuk kerja hari ini langsung memberitahu Roy untuk menghandle semua pekerjaan yang afa di kantor. Roy yang memang tak tau apa-apa pun mengiyakan karena kamar Elang semalam dibuat otomatis kedap suara saat Elang menyiksa Via.
Via yang memang sudah merasakan tubuhnya remuk dan merasakan sakit disetiap tubuh dan tulangnya terutama bagian bawah miliknya langsung memejamkan matanya begitu saja tanpa sadar. Elang yang melihat tubuh polos Via yang tak terbalut benang sehelai pun hanya tersenyum sinis dan berpikir kalau Via pura-pura tidur, tapi yang sebenarnya kalau Via itu pingsan tanpa Elang sadari. Elang kembali menindih tubuh Via dan bercinta kembali untuk terakhir kali sebelum dia tertidur, walaupun Elang melakukannya sedikit lembut dari yang tadi tetap tak ada senyum rasa puas atau bahagia seperti biasanya. Setelah dirasa cukup Elang langsung berbaring disebelah Via dan kembali memeluknya dengan posesif serta tak lupa posisi Elang seperti seorang bayi yang sedang menyusu pada ibunya. Elang mulai memejamkan matanya tetapi dengan posisi mulut yang tetap menghisap dan sesekali menggigit atau menarik puting payudara Via.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~`
Axel yang sedang berada dalam perjamuan dengan salah satu relasi bisnis di perusahaan milik keluarga Prayuda. Ada rasa yang tak bisa dijabarkan atau diuraikan oleh akal logikanya. Dari tadi keluar dari kantor dan sampai sekarang perasaannya tak tenang. Axel ingin mencoba menghubungi Via untuk menanyakan kabarnya atau mendengarkan suara adik kandungnya itu tapi diurungkan takut Elang marah atau menyakiti adiknya nanti.
Axel tak lama di acara perjamuan itu dan pamit undur diri dengan alasan kurang sehat. Axel langsung menuju lobby untuk menunggu mobilnya tiba yang sedang diambilkan oleh pallet.
"Apa terjadi sesuatu sama Via. Kenapa selalu terbayang wajah Via dari tadi sore. Semoga kau baik-baik saja adikku, sayang. Maafkan kakak tak bisa menjaga dan melindungimu serta tak bisa membantumu untuk tak menikah dengan Elang. Jika Elang menyakitimu cerita sama kakak" batin Axel teriak.
Axel selama dalam perjalanan menuju rumah keluarga Prayuda fokusnya terpecah antara memikirkan Via dan mengemudikan mobil dengan baik.
Setibanya Axel di rumah langsung disambut oleh kepala pelayan yang diminta tuan Raksa untuk memberitahu Axel untuk menemuinya langsung di ruang keluarga tanpa harus menundanya terlebih dahulu. Axel langsung mendudukan tubuhnya di ruang keluarga. Pelayan menyajikan minuman untuk tuan mudanya.
"Ada apa papa meminta aku menemui langsung saat aku baru sampai rumah" ucap Axel langsung pada tujuannya.
"Kenapa kamu tak memberitahu papa jika akan diadakan konferensi pers untuk bantah video yang beredar tersebut. Jika kamu memberitahu papa pasti papa akan membantu dengan senang hati" ucap tuan Raksa
"Axel tak bisa memberitahu papa karena ini permintaan dari tuan Elang. Lagi pula Axel diundang oleh tuan Elang secara langsung untuk memberikan kesaksian atas berita tersebut. Axel melakukan itu juga demi perusahaan agar tuan Elang tak mengutik ataupun mengganggu perusahaan lagi. Sudah cukup Via yang papa korbankan untuk ambisi papa dan sebagai pelunas utang kepada tuan Elang. Apakah dimata papa Via tak ada artinya dan tak berharga di keluarga ini. Bukankah Via anak kandung papa, sedangkan Tia bukan anak kandung papa. Kenapa papa lebih menyayangi dan membela Tia serta apa yang Tia mau papa turuti, hah. Apa papa tak berpikir kalau Via akan bahagia akan pernikahannya itu atau malah sebaliknya menderita" teriak Axel yang mengeluarkan semua kemarahannya kepada sang papa.
Tuan Raksa yang tak pernah mendengar atau melihat kemarahan anaknya hanya bisa duduk diam dan mencoba mencerna semua ucapannya.
Tia yang duduk di sofa itu kaget saat Axel bilang kalau dia bukan anak kandung tuan Raksa.
"Ma…maksud kakak apa bilang Tia bukan anak kandung papa" ucap Tia terbata-bata bertanya pada Axel.
"Kenapa kau tak tanyakan sendiri kepada mamamu yang terhormat itu. Karena dirinya yang menyebabkan ibuku meninggal dunia dan Via tak bisa merasakan kasih sayang seorang ibu. Karena ibumu itu wanita penggoda dan murahan yang menyebabkan kehancuran dalam keluargaku" jawab Axel dingin menatap wajah Tia
"Itu tak mungkin kak, aku anak papa. Apa kakak punya bukti kalau aku bukan anak papa, hah" teriak Tia tak terima atas ucapan Axel.
"Kau ingin bukti, baik baca baik-baik hasil tes DNA ini antara kau dan papa. Disitu tertulis dengan jelas kalau tak ada kecocokan yang berarti kau bukan darah daging papa dan lebih tepatnya bukan keturunan keluarga Prayuda" ucap Axel dingin untuk memperlihatkan bukti hasil tes DNA dari dalam tas kerjanya.
"Lalu siapa papa kandung aku sebenarnya" tanya Tia yang menatap ke arah mama dan papanya.
"Kau mau bertanya sama siapa? Sama mamamu, dia saja tak tahu siapa pria yang menghamilinya. Karena mamamu dulu adalah pekerja di salah satu club malam dan suka menjajakan tubuhnya pada lelaki hidung belang" ucap Axel santai tapi tetap terkesan dingin.
Tia yang mendengar ucapan Axel tak terima, langsung bangkit dan berteriak di ruangan itu. Tia berlari menuju anak tangga menuju kamarnya dengan air mata yang masih mengalir deras.
Nyonya Sandra yang mendengar semua ucapan Axel sebenarnya tak terima tapi tak bisa juga dibantah karena semua yang diucapkannya memang benar. Tuan Raksa yang mendengarkan ucapan Axel hanya terduduk lemas dan menyisakan perasaan bersalah kepada Via yang tak pernah diberikan perlakuan adil olehnya.
Semua sudah terlambat untuk disesali dan tak mungkin kembali seperti dulu lagi walaupun meratapinya sampi menangis darah sekalipun. Waktu akan tetap berjalan dengan semestinya sesuai dengan pilihan hidup di awal yang dia pilih.
Tuan Raksa termenung dan menangisi keputusannya yang terlalu terburu-buru dan cepat percaya tanpa mencari tahu kebenarannya lagi. Dari atas ada teriakan pelayan yang mengagetkan mereka yang berada di ruang keluarga.
"Nona Tia…..