webnovel

Bab. 14 Kebenaran 2

"Tak ada hal yang perlu dikhawatirkan, tuan" ucap dokter itu.

"Maaf sebelumnya jika pertanyaan saya mengarah ke hal sangat pribadi nantinya" lanjut dokter berucap

"Apa yang ingin ditanyakan oleh dokter" tanya Elang

"Saya mau bertanya terlebih dahulu dengan nyonya setelah itu baru saya jelaskan, tuan. Maaf sebelumnya nyonya apa ini pertama kalinya anda melakukan seks?" tanya dokter itu tersenyum ke arah Via.

Via yang duduk di tempat tidur dan bersandar dengan kepala tempat tidur hanya bisa menunduk diam. Via seakan takut bersuara yang nantinya akan membuat dirinya disakiti lagi oleh Elang. Elang yang melihat Via diam tak menjawab pertanyaan dokter sebenarnya sudah akan teriak tapi masih coba untuk menahan tidak melakukan itu

"Via, kamu jawab yang sebenarnya yang dokter katakan" ucap Elang dingin dan tegas terhadap Via

Via yang mendengar ucapan Elang yang seperti itu merasakan ketakutan dan teringat kembali perlakuan Elang semalam pada dirinya.

"I… Itu ya...ng dokter tanyakan be….nar kalau ini pertama kalinya saya melakukan seks" Via menjawab dengan gugup dan mencoba menahan air matanya agar tidak tumpah serta rasa sakit jika mengingat kejadian semalam.

"Mohon maaf tuan sebelumnya, saya ingin memberitahukan kepada tuan jika nyonya untuk sementara kalau bisa jangan melakukan hubungan seks terlebih dahulu tapi jika memang tuan atau nyonya ingin melakukannya jangan lama dan pelan-pelan. Saya melihat nyonya seperti ketakutan jika membahas hal tersebut. Mohon pengertian tuan untuk sementara saja paling lama 2 hari sampai kondisi mental nyonya kembali seperti semula" jelas dokter itu.

Elang yang mendengar penjelasan dokter itu ada perasaan senang dan sesuai dengan tebakannya semalam karena dia adalah orang pertama yang menjamah seluruh tubuh Via bukan orang lain dan video yang dia lihat di ponsel itu salah. Elang merasa bersalah atas apa yang dia lakukan semalam ke Via. Tanpa mau meminta penjelasan dan langsung menghukumnya. Sisi Elang yang tak mau memperlihatkan sisi bersalahnya dihadapan Via karena sifat ego yang tinggi membuatnya tak mau meminta maaf atau meminta penjelasan. Baginya jika dia memperlihatkan rasa bersalah apalagi meminta maaf pada seseorang, orang itu akan besar kepala dan memanfaatkan kelemahan itu untuk waktu lainnya jika berbuat salah.

"Tuan, ini saya buatkan resep untuk nyonya. Ada vitamin, tambah darah, salep, penghilang rasa sakit diminum sesuai petunjuk. Untuk vitamin dan tambah darah diminum sampai habis, obat penghilang rasa sakit diminum saat nyonya merasakan sakit saja serta salepnya di oleskan pada semua tubuh nona yang lebam" dokter memberikan kertas resep dan menjelaskan cara penggunaannya.

"Baik, akan saya ingat" jawab Elang dengan singkat.

Dokter pun pamit undur diri dari kamar itu. Elang yang melihat Via masih duduk di tempat tidur menghampirinya.

"Kamu tidurlah, nanti aku bangunkan untuk makan dan minum obat. Aku keluar sebentar menemui Roy" Elang berucap sambil membantu Via berbaring dan menyelimutinya serta yang tak Via duga sama sekali Elang mengkecup bibirnya sekilas dan mengusap pipinya dengan lembut.

"Bagaimana dengan yang aku minta semalam, Roy?" tanya Elang yang posisinya sudah duduk di sofa singel di samping Roy.

"Hampir selesai, tuan. Saya menunggu laporan akhir dari anak buah saya dulu, baru setelah itu saya laporkan ke tuan secara rinci" jelas Roy kepada Elang.

"Hmmmmm…..Roy, kau tebus resep ini ke apotek untuk Via" ucap Elang.

"Baik tuan" jawab Roy.

Roy pegi keluar menuju lobby hotel untuk menebus obatnya. Elang kembali lagi ke kamar untuk melihat keadaan Via.

Ceklek

Elang perlahan membuka pintu dan melihat ke tempat tidur .Via yang dalam posisi miring ke samping membelakangi pintu. Elang menutup kembali pintunya dan duduk di sofa tadi. Tak lama Roy datang membawa obat yang tadi di tebus bersamaan dengan pelayan hotel yang membawa makan siang di troli.

Roy menyerahkan obatnya ke Elang dan pamit undur diri untuk mengurus hal lain. Para pelayan hotel mendorong troli makanan masuk ke dalam kamar dan menatanya di meja. Setelah selesai melakukan tugasnya, mereka pamit undur diri dan membawa troli kosong kembali ke dapur hotel.

Elang bergerak melangkah menuju Via yang tertidur pulas, membangunkan Via dengan pelan. Elang mencium kening Via, dan mengusap wajahnya agar terbangun. Via yang merasakan sentuhan di wajahnya mulai membuka matanya.

"Ayo, kita makan siang dulu setelah itu kamu minum obat dan tidur lagi" ucap Elang dengan nada seperti memerintah.

Via turun dari tempat tidur menyusul Elang yang sedang duduk di depan meja yang tersaji makanan beraneka macam masakan. Mereka makan dalam diam tak ada suara, hanya terdengar suara sendok dan garpu yang sedang beradu di atas piring. Elang yang sesekali melihat ke arah Via yang sedang makan tapi tertunduk sehingga tak membuat Via menyadari akan hal itu.

"Ini minum obatnya semua, setelah selesai kau minum obat buka dress yang kau gunakan sekarang. Aku akan mengoleskan salepnya" perintah Elang

"Baik" jawab Via.

Via meminum obat itu dan mulai membuka dress yang dia gunakan yang hanya menyisakan pakain dalam bagian atas saja sedangkan celana dalamnya Elang tak memberikan celananya setelah dokter selesai memeriksa dan pergi. Elang mulai mengoleskan salep itu tipis-tipis ke setiap tempat yang lebam dan sakit.

"Kamu duduk dulu disini. Nanti kita tidur setelah salepnya meresap ke dalam kulit sebentar lagi" Elang memberi tahu Via dan melangkah ke lemari pakaian untuk mengambilkan Via celana dalam. Elang menyerahkan celana dalam ke Via untuk dipakai sekarang.

"Pakai celana dalam disini saja, jika kau ingin buang air kecil pergi ke kamar mandi saja" ucap Elang yang kembali duduk di sofa tadi.

"Iya, aku mengerti" ucap Via melangkah ke kamar mandi untuk buang air kecil.

Setelah dirasa cukup Via digandeng tangannya menuju tempat tidur. Via sebenarnya ingin kembali menggunakan dressnya tapi dia takut Elang akan marah dan menyiksanya lagi. Via hanya mengikuti langkah Elang menuju tempat tidur.

"Berhubung aku tak bisa bercinta denganmu untuk sementara jadi aku ingin kau membiarkan salah satu payudaramu aku hisap dan jangan coba-coba kau berani lepaskan" Elang berbisik ditelinga Via sedangkan tangan Elang sudah mulai menyelusup ke pakaian dalam Via untuk mengeluarkan payudaranya.

Setelah salah satu payudaranya keluar Elang mulai menghisapnya dan tangan yang tadi dia masukan kembali ke dalam pakaian dalam Via untuk bermain dengan payudara yang satunya yang bersembunyi. Via tak bisa melawan ataupun menolak kata-kata Elang tadi. Dia mencoba memejamkan mata dan menerima takdirnya yang baru.

"Tuhan, apakah perlakuannya saat ini yang sedikit lembut akan bertahan lama nantinya. Tuhan apa aku masih bisa melanjutkan kuliah ku nantinya, tapi aku tak berani meminta izin kepadanya untuk kembali kuliah" batin Via menjerit.

Via sesekali meringgis sakit dan menggigit bibirnya saat merasakan sakit jika Elang menghisap payudaranya dengan kuat atau meremas payudara yang satunya. Perlahan Via merasakan hembusan nafas teratur dan tak ada hisapan serta remasan di payudaranya. Via pun mulai tenang dan memejamkan mimpinya.

Waktu sudah menunjukkan sore hari, Via sudah terbangun dan ingin mandi tapi dia tak berani mengusik Elang yang masih tertidur seperti semula. Via harus bersabar dan menunggu Elang bangun sendiri. Perlahan Via merasakan Elang yang kembali menghisap dan meremas payudaranya.

"Jam berapa sekarang" Elang bertanya dengan suara serak khas bangun tidur setelah melepas puting payudara Via.

"Sekarang jam 4 sore, tuan" ucap Via gugup menjawab pertanyaan Elang.

"Tunggu sebentar lagi, aku masih betah dengan posisi seperti ini. Nanti malam aku ingin payudara yang satunya lagi untuk gantian aku hisap. Setelah selesai kau mandi bersiap-siaplah, aku akan membawamu pulang ke mansion milikku" ucap Elang yang sesekali sibuk menghisap payudara Via. Setelah merasa puas melakukan itu, Elang memasukan kembali payudaranya kedalam pakaian dalam Via dan memberi kode untuk Via cepat pergi mandi.

Elang yang masih berbaring di tempat tidur melihat Via masuk dan menutup pintu kamar mandi. Elang langsung menghubungi Roy untuk mempersiapkan mobil untuknya yang akan kembali ke mansion.

Tak butuh waktu lama Elang mandi setelah Via selesai mandi. Via sudah rapi dengan dress panjang selutut yang mempunyai lengan tiga perempat dengan motif bunga kecil-kecil yang dibuat model payung dibagian bawah.

Elang memeluk pinggang Via posesif saat melangkah keluar dari kamar menuju lift. Pelukan yang Elang belikan tak berubah posisinya malah semakin posesif saat tiba di lobby hotel dan menunggu mobil menjemput mereka.

Chapitre suivant