webnovel

Bab. 12 Malam Pertama  Yang Buruk

Elang yang masih berbincang dengan relasi dan para investor di perusahaannya,  matanya tak lepas tetap menatap tajam ke arah Via yang masih dipeluk oleh Alex karena tak tahan dan sudah sampai batas kendali emosinya. Elang akhirnya pamit untuk ke toilet. Disaat menuju toilet dia melihat seorang wanita menonton video yang sedang berputar dan didalamnya ada sosok wanita yang tadi baru saja menjadi istrinya. Elang menarik secara paksa ponselnya tanpa menghiraukan teriakan wanita itu. 

"Hai,  apa yang kau lakukan. Kenapa menarik ponsel milikku....." teriak Tia dengan keras tapi kata-katanya tak dilanjutkan lagi karena melihat pria yang menarik ponselnya. Tia mulai mengingat siapa pria yang ada dihadapannya yaitu Elang Sastra Pratama. 

Elang tak menghiraukan sama sekali teriakan Tia yang masih mencoba menarik ponselnya kembali tapi tak berhasil. Elang mempertajam penglihatannya saat melihat video itu berputar lagi tapi tak bisa melihat dengan jelas pria yang keluar dengan Via dari lobby hotel karena pria tersebut wajahnya dibuat kabur. 

Elang yang melihat video itu mencengkram erat ponsel tersebut sehingga membuat retak dan langsung mengambil ponsel untuk menghubungi Roy. 

"Roy,  kau cepat ke toilet" Elang langsung mematikan ponselnya tanpa menunggu jawaban dari Roy

Roy,  yang diperintah untuk ke toilet oleh tuannya langsung pergi ke sana bersama dengan beberapa bodyguard. Takut terjadi hal yang tak diinginkan. Tak butuh waktu lama Roy dan para bodyguard sampai di tempat Elang berada bersama seorang wanita yang tak asing baginya. 

Roy dan para bodyguard menunduk sebagai tanda memberikan hormatnya. 

"Roy,  kamu urus semua ini" Elang melangkah dan berbicara lirih serta menyerahkan ponsel yang sudah retak tersebut ke tangan Roy. 

Elang melangkah menuju ballroom hotel ke tempat acara yang sebentar lagi akan berakhir. Elang sampai di ruangan tersebut dan melihat dipelaminan tak melihat sosok Via. Elang akhirnya mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk mencari Via. 

"Wanita ini harus aku beri pelajaran nanti" gumam Elang dalam hati mengunci sosok Via yang dilihat sedang tertawa dan tersenyum di pojok ruangan yang sepi sama seorang pria asing. Elang mengepalkan tangannya begitu kuat sampai semua buku-buku jarinya kelihatan memucat. 

Tuan Raksa menghampiri Elang untuk berbicara tentang kelanjutan yang waktu itu dijanjikan. Mereka berbincang dan tuan Raksa ingin memperkenalkan anak tertuanya kepada Elang. Tuan Raksa menghubungi Axel untuk menghampiri mereka. 

Axel dan Via datang bersamaan menghampiri papanya dan Elang. Elang tak habis pikir kenapa pria itu berani sekali menemuinya bersama istrinya. Elang menahan emosi yang siap meledak. 

"Tuan Elang,  perkenalkan ini anak tertua saya Axel Prayuda" tuan Raksa memperkenalkan anaknya dengan sopan

"Selamat siang,  tuan. Senang bertemu dengan anda" Axel memberi salam dan memberikan tangannya untuk berjabatan. 

"Selamat siang juga,  sama-sama" ucap Elang dingin dengan sorot mata yang tajam membalas jabatan tangan Axel. 

"Silahkan menikmati pestanya, semoga menyenangkan" lanjut Elang berbicara tapi sorot matanya melihat ke arah Via berada yang sulit diartikan. 

Acara intinya dari pesta tersebut adalah pengantin harus berdansa bersama dan nanti disusul oleh pasangan yang lain jika ingin ikut berdansa. 

Via sudah berganti bajunya dengan  yang terakhir berwarna biru safir dengan kerah sabrina yang memperlihatkan bahunya yang terekspos mulus serta putih bersih tanpa cacat dengan lengan baju yang panjang yang bercampur dengan model terompet bagian bawahnya yang dibuat mengembang dan bervolume di bagian bawahnya. Baju tersebut juga terdapat bordiran yang indah serta tak luput juga dari taburan batu swarovski yang menambah kemewahan dari baju itu. Semua mata terpesona termasuk Elang yang berada di ruangan itu. Elang melangkah menghampiri Via untuk berdansa bersama pertama kali. Semua para tamu langsung kagum dan mulai berbisik-bisik melihat Elang dan Via  berdansa. 

"Beruntung sekali tuan Raksa bisa menjadi mertuanya tuan Elang" bisik tamu yang berjas hitam pekat 

"Aku tak tahu kalau tuan Raksa mempunyai dua orang Putri karena yang selama ini yang beredar putrinya hanya satu saja" timpal seorang wanita yang mengunakan gaun berwarna merah maroon. 

Dan masih banyak lagi bisik-bisik yang terdengar dan dibincangkan di ruangan itu. Tuan Raksa yang mendengar hal itu yang memuji dirinya dan Via,  dia merasa senang sekali. Tapi beda halnya dengan nyonya Sandra dan Tia yang tak senang melihat dan mendengar pujian untuk Via. 

Pesta telah usai setelah dansa tadi. Para tamu sudah meninggalkan ballroom hotel tapi untuk keluarga masih ada disana dan akan bermalam di hotel tersebut. Via diseret paksa dan dicengkeram kuat di pergelangannya,  Via merasakan pergelangan tangannya yang dicengkeram semakin sakit. Via harus mengikuti langkah Elang yang cepat sampai Via harus berlari mengikutinya kearah lift. Didalam lift  tak ada pembicaraan sama sekali,  Elang tetap mencengkeram pergelangan tangan Via tanpa dilonggarkan sedikitpun malah diperkuat lagi. Selama di lift yang akan mengantarkan mereka menuju ke lantai yang terdapat kamar pengantin berada. 

Setibanya di depan pintu kamar Elang langsung membukanya dan menarik paksa Via masuk ke dalam kamar dan mendorongnya begitu keras sehingga membuat kening Via terbentur lemari kecil yang berada di samping tempat tidur. Tak hanya disitu saja Via diperlakukan kasar oleh Elang sisi kejamnya pun mulai keluar.  Elang mencekik leher Via sampai sulit bernafas. Elang melepaskan tangannya dari leher Via dan dia membawa Via ke dalam kamar mandi. 

Shower menyala dan diatur suhu airnya yang sedikit panas oleh Elang. Elang merobek paksa baju yang tadi Via gunakan di dalam kamar mandi, agar air shower itu langsung mengenai tubuh Via yang hanya disisakan pakain dalam saja. Via tak bisa melawan Elang yang merobek paksa bajunya karena tenaganya sudah habis tadi saat dia melawan pas dicekik Elang. Via yang berada di bawah shower itu tak bisa melarikan diri saat air shower mulai mengenai tubuhnya karena tangannya masih dicengkeram begitu kuat dan hampir mematahkan pergelangan tangannya. Setelah puas mengguyur Via dengan air dari shower, Elang mengangkat Via ke kamar dan melemparnya ke atas tempat tidur dengan posisi telentang yang hanya menyisakan pakaian dalam saja. 

Elang merangkak naik ke atas tempat tidur dan menindih Via. Elang mulai mencium bibir Via yang sudah terlihat pucat dengan paksa dan memaksa membuka mulutnya  dengan menggigit bibir Via agar terbuka lebar. Elang mengaduk-aduk mulut Via setelah puas turun ke leher. Elang meninggalkan tanda kepemilikan disana dengan cara menggigitnya dengan kasar sampai Via menjerit kesakitan. Elang menggigit telinga Via dan membisikkan sesuatu yang membuat Via takut dan mengharapkan kematian menghampirinya sekarang juga. 

"Kau akan mendapatkan perlakuan dari ku yang lebih kejam dari ini. Kau akan lebih mengharapakan kematian segera menghampirimu. Selamat datang di neraka yang aku ciptakan" bisik lirih Elang penuh dengan penekanan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Via hanya bisa menangis untuk meluapkan rasa sakit pada sekujur tubuhnya. 

"Apa salahku pada dirinya? Kenapa diriku diperlakukan seperti ini?  Apa dia tak punya hatikah sampai tega berbuat seperti ini?  Aku rasanya ingin mati sekarang saja Tuhan….Aku tak sanggup menjalani ini semua seperti dulu lagi" batin Via menjerit keras dengan air mata yang mengalir deras. 

Elang tak memperdulikan isak tangis Via, dia sedang sibuk mencumbu setiap inci tubuh Via dengan kasar sampai pada matanya tepat di kedua bukit kembar yang masih terbungkus oleh pakain dalam yang model kemben. Elang merobek paksa itu dan terpampanglah dua bukit kembar yang  ukurannya tak terlalu besar tapi tak kecil juga tapi pas ditangan Elang. Elang menatap kedua bukit kembar itu yang masih berwarna merah muda membuat Elang makin terbakar gairahnya. Elang mulai memilin puting payudara Via dengan tangan satunya yang bebas karena tangan satunya lagi menahan kedua tangan Via diatas kepalanya. Elang memilin dan meremas payudara Via dengan kencang,  payudara yang satunya tak dibiarkan bebas begitu saja. Elang menghisap putingnya begitu kuat, seolah Elang sedang kelaparan yang baru disusui oleh ibunya. Elang melakukan itu bergantian tanpa Via sadari keluar desahan dari mulutnya yang semakin membuat Elang semangat menyiksa Via dulu seperti ini sebelum ke intinya. Setelah puas melihat Via tersiksa Elang mulai menurunkan tangannya ke area sensitif kewanitaannya. Elang mulai meraba dan merasakan dibawah sana sudah basah,  Elang langsung merobek celana dalam yang Via kenakan. Saat Elang akan bermain di area sensitif punya Via, Elang kaget karena warnanya berwarna merah muda, Elang menjulurkan lidahnya ke dalam mulut vagina Via sampai puas. Elang melepaskan celana boxer yang dia kenakan. Elang kembali menindih Via dan membuka pahanya lebar-lebar. Elang langsung mengarahkan juniornya ke tempatnya langsung. Saat Elang masih berusaha memasukannya. 

"Saaakiitt…. Saakiit,  aaakuuu mooohoon hennntiiikaan" ucap Via lirih yang masih bisa di dengar oleh Elang. 

Elang tak menghiraukan permintaan Via,  dia masih berusaha memasukan juniornya ke tempatnya tapi tak bisa-bisa. 

"Kenapa tak mudah memasukan juniorku ke milik punya Via. Biasanya setiap wanita yang menemaniku tidur atau melemparkan dirinya ke atas ranjangku sangat mudah juniorku menembusnya. Apa jangan-jangan...….. 

Chapitre suivant