webnovel

Chapter 7 : Sebuah Pembuktian

Kolonel Ryota dan Ryouichi pun kembali ke markas Provinsi Timur, beberapa langkah setelah Kolonel Ryota berjalan keluar dari mobil jeep, dirinya dihampiri oleh Kolonel Erik yang tengah memasang wajah yang tidak mengenakkan.

"Kolonel Ryota, untunglah anda cepat kembali ke sini"

"Kolonel Erik, ada apa? Mengapa kau mencariku?"

"Mari kita masuk ke ruang rapat terlebih dahulu, [Guardian] yang lain sudah menunggu anda disana" ucap Kolonel Erik.

"Baiklah dan kau, Ryouichi. Kau bisa pergi istirahat dulu" ucap Kolonel Ryota.

Kolonel Ryota dan Kolonel Erik pun meninggalkan Ryouichi yang sedang kebingungan.

"Ada apa dengan Kolonel Erik? Sepertinya ada sesuatu yang penting sedang terjadi" gumam Ryouichi.

Setibanya Kolonel Ryota dan Kolonel Erik di ruang rapat, disana ada Kolonel Rose, Kolonel Ray dan seorang prajurit lagi yang sedang menunggu mereka.

"Darimana saja kau Kolonel Ryota? Kami sudah menunggumu disini lebih dari 30 menit" ucap Kolonel Ray sembari bermain dengan pulpen di tangannya.

Disitu Kolonel Ryota merasa ada sesuatu yang aneh dengan situasi saat ini. Kolonel Ryota dan Kolonel Erik pun segera duduk dan memulai percakapan mereka.

"Baiklah, Kolonel Ryota. Ada beberapa hal penting yang perlu kita bicarakan" ucap Kolonel Erik

Kolonel Ryota dapat melihat ekspresi gelisah dari wajah Kolonel Erik

"Tidak biasanya dirimu seperti ini Kolonel Erik? Apakah sesuatu yang besar sedang terjadi?" yanya Kolonel Ryota

Kolonel Rose, Kolonel Erik dan Kolonel Ray saling berpandangan satu sama lain seakan ragu untuk membicarakan hal itu.

"Kolonel Ryota, pagi tadi aku telah mendapatkan informasi bahwa divisi scout yang mengawasi pergerakan demon dan monster telah kembali dan melaporkan situasinya, namun…"

Perkataan Kolonel Erik pun terhenti dan makin membuat penasaran Kolonel Ryota.

"Lebih baik langsung menuju intinya Kolonel Erik. Aku tidak suka dengan pembicaraan yang setengah-setengah seperti ini"

Kolonel Ryota terlihat kesal sembari menghisap rokoknya.

"Divisi scout yang kukirimkan sepertinya telah ketahuan oleh pihak musuh dan hampir semua prajurit dari divisi Scout telah dibunuh oleh hanya satu demon. Hanya satu prajurit yang berhasil selamat dan orang yang berada didepan mu sekarang adalah satu-satunya prajurit yang selamat."

Kolonel Erik pun melihat ke arah prajurit tersebut seakan memberi perintah untuk menjelaskan semua kejadian yang telah terjadi.

"Benar Kolonel Ryota, dari 15 orang divisi Scout yang berhasil selamat dari pembantaian itu hanya saya seorang. Semua prajurit lain dibinasakan tidak lebih dari 1 menit" ucap Prajurit itu dengan terlihat ketakutan dan trauma yang besar

"Bukankah semua dari kalian mempunyai senjata roh [God] tingkat rendah? Bukankah seharusnya kalian lebih dari cukup untuk mengalahkan satu demon itu?"

Kolonel Ryota merasa aneh dengan kejadian pembantaian prajurit dari divisi Scout itu.

"Benar Kolonel, namun demon itu kuat sekali bahkan bisa memenggal kepala 5 orang prajurit dengan sekali tebas. Dan juga demon itu berkata bahwa dirinya adalah salah satu dari [Trinity Leader]" ucap Prajurit itu.

Kolonel Ryota pun terkejut dan tidak menyangka bahwa [Trinity Leader] sudah mulai melakukan pergerakan mereka.

"Kalau memang benar semua perkataanmu itu, berarti tidak akan lama lagi hingga kita akan berhadapan dengan salah satu [Trinity Leader] itu" ucap Kolonel Ryota dengan nada tenang.

"Kolonel Ryota, bagaimana kalau para [Guardian] membantu dalam pertempuran kali ini?" ucap Kolonel Rose.

"Jarang sekali bagi [Princess of Crimson] untuk menawarkan bantuan kepada orang lain. Apakah semua itu karena Ryouichi?" gurau Kolonel Ray.

Kolonel Ray pun tertawa setelah mengatakan hal itu, namun Kolonel Rose memberikan pandangan tajam ke arahnya dan membuatnya langsung terdiam.

"Kolonel Ryota, berdasarkan informasi yang diberikan oleh prajuritku, bisa jadi pasukan dari [Trinity Leader] akan tiba kira-kira 2 hari lagi. Mereka berjumlah sekitar 500 monster dan beberapa demon tingkat bumi yang dipimpin langsung oleh salah satu [Trinity Leader] itu. Dan mereka sudah membuat markas di hutan" ucap Kolonel Erik.

"Apakah Jendral sudah mengetahui tentang hal ini?" tanya Kolonel Ryota.

"Untuk sekarang jendral belum mengetahui hal itu, namun walaupun kita tidak memberitahunya seharusnya dia sudah mengetahui tentang hal ini. Bukankah kau tahu sendiri, mata-mata Jendral sangat banyak dan tersebar di seluruh penjuru [Empire]" ucap Kolonel Erik.

"Untuk sekarang, mari kita tunda dulu rapat ini, besok kita akan bahas kembali tentang masalah ini. Aku sedang tidak enak badan"

Kolonel Ryota menutup rapat itu dan meninggalkan [Guardian] lain yang menatap ke arahnya seakan sudah tahu kondisi tubuh dari Kolonel Ryota.

Setelah meninggalkan ruangan rapat, Kolonel Ryota berjalan menuju lapangan latihan mencari Ryouichi. Di sisi lain, Ryouichi sedang duduk dibangku taman memandang langit dan dikejutkan oleh Mayor Megumi yang tengah melintas dan menyapanya dari kejauhan.

"Ryouichi, apa yang sedang kau lakukan sendirian disini? Bukankah biasanya kau bersama Kolonel Ryota?" tanya Mayor Megumi

Mayor Megumi pun duduk di samping Ryouichi.

"Ah, Mayor Megumi. Aku hanya sedang melakukan rutinitas ku sehari-hari memandang langit sore hingga matahari terbenam, hal ini biasa ku lakukan dulu ketika aku masih tinggal di desa. Biasanya aku duduk di atas bukit ditemani oleh adikku, hingga biasanya dia tertidur di pangkuanku karena kelelahan mengumpulkan kayu dan buah-buahan di hutan"

Ryouichi mengatakan semua hal itu dengan tersenyum dan tanpa disadari mata nya berkaca-kaca.

"Kau… Adalah kakak yang baik, Ryouichi. Jarang sekali aku melihat ikatan yang begitu kuat antara adik dan kakak seperti dirimu dan adikmu itu. Aku sudah mendengar semua tentang insiden yang menimpa adikmu, aku minta maaf jika aku telah membuatmu teringat kembali tentang adikmu" ucap Mayor Megumi.

"Tidak apa-apa, Mayor Megumi. Omong-omong apa yang sedang kau lakukan?" tanya Ryouichi

"Ah... Aku hanya kebetulan lewat dan melihatmu duduk sendirian, dan aku berpikir untuk sekedar menyapamu saja"

Satu hal yang tidak diketahui oleh Ryouichi adalah Mayor Megumi memang sengaja mencari Ryouichi setelah dirinya baru saja mendengar insiden yang menimpa Asuka dari Kapten Saito.

"Heeeehhh… Tidak beberapa lama kau menghilang, tiba-tiba kau sudah punya pacar baru yah?" ucap Kolonel Rose yang tiba-tiba berada di belakang mereka.

Ryouichi dan Mayor Megumi pun terkejut dengan suara Kolonel Rose yang sangat dekat dengan mereka.

"Ro-Rose?! Jangan mengagetkanku seperti itu"

"Ba-baiklah, sudah saatnya aku pergi. Jaga kesehatan dirimu Ryouichi"

Mayor Megumi pun pergi dari tempat itu dan meninggalkan Ryouichi bersama dengan Kolonel Rose.

"Hmmpphh….. Aku tidak tahu bahwa tipe wanita yang kau sukai adalah wanita yang lebih tua darimu, Ryouichi"

Kolonel Rose pun duduk disamping Ryouichi dengan muka cemberut.

"Hah? Kau sedang bercanda bukan? Aku tidak pernah melihat Mayor Megumi seperti itu, Mayor Megumi sudah ku anggap sebagai kakak perempuan ku sendiri" ucap Ryouichi

"Eh, be-benarkah? Ja-jadi aku masih punya kesempatan..." gumam Kolonel Rose sembari tersenyum kecil.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu? Aku menjadi merinding melihatmu" ucap Ryouichi.

"Ka-kasar sekali ucapanmu kepada wanita, hmpph..." ucap Kolonel Rose dengan sekali lagi menunjukkan wajah cemberutnya.

Angin yang lembut tiba-tiba berhembus dan menerpa mereka.

"Ryouichi, omong-omong selamat atas kenaikan pangkatmu. Ini kuberikan hadiah untukmu. Bu-bukan berarti aku perduli dengan dirimu, anggap saja bahwa ini hanya sekedar hadiah formal yang diberikan oleh atasan untuk bawahannya"

Kolonel Rose mengatakan hal tersebut sembari menyodorkan hadiah tersebut ke Ryouichi dengan muka memerah tersipu malu, Hadiah yang diterima oleh Ryouichi itu adalah sebuah syal berwarna merah.

"Ah, terima kasih Rose. Apakah kau yang membuat syal ini?" tanya Ryouichi penasaran.

"Bo-bodoh, ma-mana mungkin aku membuat syal itu. Be-benar aku membeli nya! Tidak mungkin seorang [Guardian] sepertiku memiliki waktu untuk membuat syal seperti itu, aku terlalu sibuk untuk membuat barang seperti itu..." ucap Kolonel Rose terbata-bata.

Ryouichi melihat kearah jemari Kolonel Rose yang banyak luka dan di balut oleh plester luka. Ryouichi pun tersenyum seakan-akan sudah mengetahui bahwa syal itu memang dibuat oleh Kolonel Rose sendiri.

"Terima kasih Rose. Hari ini ada dua orang yang memberikan ku hadiah, aku senang sekali" ucap Ryouichi dengan tersenyum ke arah Kolonel Rose.

"Ba-baguslah kau menyukainya... E-eeehh… Jadi ada orang lain selain aku yang memberikanmu hadiah? Siapa orang itu? Jangan-jangan perempuan?" ucap Kolonel Rose.

"Orang itu adalah Kolonel Ryota, dia memberikanku sarung tangan tempur" ucap Ryouichi dengan bahagia dan wajah berseri-seri.

"Hanya sarung tangan saja? Kau sungguh aneh, kau bisa begitu bahagia hanya karena sepasang sarung tangan" tanya Kolonel Rose.

"Mungkin bagimu, sepasang sarung tangan ini bukanlah hadiah yang besar. Namun aku sangat menyukainya karena Kolonel Ryota lah yang memberikan hadiah itu kepadaku. Aku sangat senang ketika seseorang yang sudah kuanggap ayah memberikanku hadiah" ucap Ryouichi dengan bahagia.

Kolonel Rose memperhatikan ekspresi wajah dari Ryouichi, ekspresi bahagia yang ditunjukkan oleh Ryouichi ketika membicarakan hadiah dari Kolonel Ryota terlihat seperti ekspresi bahagia seorang anak ketika orang tua mereka memberi hadiah.

"Benar juga, hal apa yang kalian bahas ketika rapat [Guardian] tadi? Aku merasa ada sesuatu yang besar akan terjadi"

Ryouichi menanyakan hal tersebut ke Kolonel Rose dengan wajah penasaran.

"Jadi, kau menyadarinya... Memang benar bahwa akan ada sesuatu yang besar akan terjadi. Pertempuran besar akan terjadi dengan petinggi demon atas. Aku harap umat manusia mampu untuk melawan mereka" ucap Kolonel Rose dengan nada khawatir.

"Tidak perlu memasang wajah seperti itu, Rose. Aku berjanji akan menyelamatkanmu ketika kau berada dalam kesulitan nantinya, kau bisa memegang janjiku ini"

Ryouichi mengatakan hal itu dengan yakin dan membuat Kolonel Rose tertawa.

"Kau benar-benar bodoh, baiklah jika suatu saat itu terjadi aku harap kau akan menjadi orang pertama yang menyelamatkanku" ucap Kolonel Rose bahagia.

"Baiklah, tampaknya hari sudah malam. Lebih baik kau kembali untuk beristirahat, Ryouichi."

Kolonel Rose pun segera beranjak dari duduknya dan melambaikan tangannya ke arah Ryouichi dan melangkah pergi.

Ryouichi pun kembali dan beristirahat. Lalu hari pun berganti, yang dimana Kolonel Ryota akan memulai rapat komando penting dengan para [Guardian] lainnya.

"Baiklah setelah ku pertimbangkan secermat mungkin, aku akan menolak bantuan dari [Guardian] lain" ucap Kolonel Ryota.

Para [Guardian] yang lain pun terkejut dan langsung merasa bingung dengan keputusan Kolonel Ryota.

"Mengapa kau membuat keputusan seperti itu? Apa kau sudah gila?" ucap Kolonel Ray.

"Itu benar, Kolonel Ryota. Mengapa kau tidak membiarkan kami untuk membantumu?" ucap Kolonel Erik.

"Ada beberapa alasan mengapa aku menolak bantuan dari kalian. Aku tidak bisa membiarkan [Guardian] dari wilayah lain membantu dalam pertempuran di wilayahku. Selain itu, jika kalian membantuku dalam pertempuran kali ini, bagaimana dengan posisi pemimpin di wilayah kalian sendiri? Apa yang akan kalian lakukan jika ada demon tingkat atas lainnya yang menyerang markas kalian sendiri? Bagaimana kalau ini adalah jebakan? Sudah pasti prajurit kalian masing-masing akan kerepotan untuk melawan demon-demon itu tanpa ada yang mengkomando mereka"

Setelah mendengar perkataan dari Kolonel Ryota, [Guardian] lain pun merasa hal yang dikatakannya ada benarnya. [Guardian] lainnya pun saling bertatapan satu sama lain.

"Baiklah, kalau itu yang anda mau, Kolonel Ryota. Kami akan menghormati keputusanmu ini, namun aku yakin kalau jendral tidak akan setuju dengan keputusan ini" ucap Kolonel Erik.

Situasi menjadi hening, lalu tiba-tiba suara pintu ruangan terbuka serta suara dari seorang perempuan mengejutkan para [Guardian] di ruangan itu.

"Jendral sudah menyetujui keputusan dari Kolonel Ryota"

Suara itu berasal dari Letnan Satu Shizu yang memasuki ruangan dan berdiri dihadapan mereka.

"Apa yang di lakukan oleh pemimpin divisi Dark Moon disini? Aku tidak ingat pernah mengundang dirimu untuk menghadiri rapat ini" tanya Kolonel Ryota sembari mengerutkan dahinya.

"Tenang saja Kolonel Ryota, saya datang kesini bukan untuk mengacaukan rapat ini. Saya datang kemari karena Jendral memerintahkan saya untuk menyampaikan keputusannya kepada kalian semua" ucap Letnan Satu Shizu dengan tenang.

"Cih, jadi jendral tua itu bahkan sudah mengetahui kondisi saat ini" ucap Kolonel Rose.

Kolonel Ryota terlihat menghela nafas dan menggaruk dahinya.

"Begitulah hasil rapat kali ini, kalian bisa kembali ke markas Provinsi kalian masing-masing. Dan terima kasih atas pertolongan dari Divisi Scout milikmu Kolonel Erik" ucap Kolonel Ryota.

"Baiklah kalau begitu, kami pergi dulu" ucap Kolonel Erik.

Para [Guardian] itu pun meninggalkan ruangan rapat meninggalkan Kolonel Ryota dan Letnan Shizu berdua. Ketika Letnan Satu Shizu ingin meninggalkan ruangan itu, tiba-tiba Kolonel Ryota menghentikannya.

"Berhenti disitu, tidak ada yang menyuruhmu pergi dari ruangan ini"

Kolonel Ryota menatap dingin Letnan Satu Shizu.

"Ada lagi yang anda perlukan dari saya Kolonel Ryota?" ucap Letnan Satu Shizu.

"Aku tidak tahu apa yang di rencanakan oleh jendral itu, namun kalau ada terjadi apa-apa dengan bawahanku yang lain... Jangan salahkan aku kalau aku sendiri yang akan meratakan markas [Central] dan membuat Jendral itu menyesali nya"

Tatapan Kolonel Ryota menjadi semakin dingin, dan dirinya mengeluarkan aura besar hitam yang membuat Letnan Satu Shizu terkejut.

"Tenang saja Kolonel Ryota, jendral tidak ada niatan untuk melukai anda serta para bawahan anda. Ah benar, saya juga ingin memberitahu anda bahwa mulai hari ini saya akan di pindah tugaskan ke markas provinsi timur ini. Dengan kata lain saya akan menjadi bawahan anda" ucap Letnan Satu Shizu.

"Huh? Kau sedang bercanda bukan?"

Kolonel Ryota menjadi lebih terkejut ketika Letnan Satu Shizu menyerahkan surat pemindahan tugas kepadanya.

"Jendral itu, apa yang direncanakannya?" gumam Kolonel Ryota.

Kolonel Ryota pun meremas surat itu, dan memerintahkan Letnan Satu Shizu untuk keluar dari ruangan itu.

"Kalau begitu saya undur diri" ucap Letnan Satu Shizu lalu pergi meninggalkan ruang tersebut.

Kolonel Ryota pun berjalan kembali menuju ke ruangannya, dari kejauhan dia melihat Ryouichi yang sedang menunggunya di koridor.

"Ryouichi, apa yang kau lakukan? Aku tidak ingat memanggilmu ke ruanganku" tanya Kolonel Ryota.

Ryouichi pun menatap Kolonel Ryota.

"Kolonel, apa benar akan terjadi pertempuran besar dalam waktu dekat ini?"

Kolonel Ryota yang melihat Ryouichi bertanya dengan wajah serius pun hanya bisa menghela nafas.

"Ya benar, tapi kau tidak ku izinkan untuk ikut dalam pertempuran nanti" ucap Kolonel Ryota sembari membakar rokoknya.

Ryouichi pun terkejut dengan perkataan Kolonel Ryota dan tidak mengerti apa tujuan dari Kolonel Ryota.

"Apa maksudmu Kolonel? Apa kau melihatku sebagai beban?" ucap Ryouichi

"Ya benar, kau adalah beban. Jadi sebaiknya kau tidak terlibat apapun dalam pertempuran kali ini. Lawan kali ini bukanlah demon-demon rendahan, lawan kita adalah salah satu dari [Trinity Leader]. Jadi jangan bertindak bodoh dan diam saja di markas ini" ucap Kolonel Ryota.

"Aku… Aku tahu kalau aku tidak sekuat dirimu. Namun biarkan aku bertarung disampingmu, Kolonel!"

Ryouichi terlihat kecewa dan sedih dengan keputusan Kolonel Ryota, sementara Kolonel Ryota hanya bisa menatapnya. Ryouichi ingin berbicara lagi, namun dirinya membatalkan niatnya.

"Ini perintah, kau tidak ku izinkan untuk ikut dalam pertempuran nanti. Jika kau berani melanggar, kau akan terkena hukuman karena melanggar perintah atasan"

Tanpa bicara lagi, Kolonel Ryota meninggalkan Ryouichi yang masih merasa bahwa dirinya di khianati oleh Kolonel Ryota yang menganggapnya beban. Tanpa di sadari ternyata Kolonel Rose mendengarkan pembicaraan mereka berdua. Kolonel Rose pun mencari Kolonel Ryota dan ingin menanyakan tentang keputusannya itu. Kolonel Rose pun menghampiri Kolonel Ryota diruangannya.

"Kolonel Ryota, kenapa kau mengatakan hal seperti itu kepada Ryouichi?"

Kolonel Rose menatap Kolonel Ryota dengan tajam seakan tidak menerima perkataan Kolonel Ryota kepada Ryouichi.

"Kau tidak akan mengerti kenapa aku mengatakan hal itu padanya"

Kolonel Ryota menjawab sembari meminum kopinya.

"Omong kosong, aku tahu kenapa kau mengatakan hal itu kepadanya. Mengapa kau tidak memberitahunya alasan sebenarnya?" ucap Kolonel Rose.

"Apa maksudmu, Kolonel Rose?"

"Mengapa kau tidak memberitahunya kalau kau takut kehilangan orang yang kau sayangi lagi dalam pertempuran? Mengapa kau tidak mengatakan hal yang sebenarnya padanya?"

Ucapan dari Kolonel Rose membuat Kolonel Ryota berhenti menghisap rokoknya dan menatap Kolonel Rose.

"Kau tahu, Kolonel Rose? Hal yang paling menyedihkan dalam hidupku adalah ketika ada seseorang yang memberikan ku kenangan terindah, namun malah orang itulah yang hanya tinggal menjadi kenangan dalam hatiku"

Perkataan dari Kolonel Ryota itupun membuat Kolonel Rose terdiam sesaat.

"Kau tahu, kau adalah orang dengan pemikiran paling sempit yang pernah aku temui. Apa kau tidak pernah tau bahwa Ryouichi menganggapmu sebagai sosok ayah bagi dirinya?" teriak Kolonel Rose.

Kolonel Ryota menjadi terkejut dengan perkataan Kolonel Rose.

"Apa maksudmu? Jangan mengatakan omong kosong seperti itu. Bagaimana bisa Ryouichi menganggapku seperti itu?" tanya Kolonel Ryota dengan penuh penasaran.

"Apa kau tidak tau betapa bahagianya Ryouichi ketika dia menerima hadiah darimu atas kenaikan pangkatnya? Dia dengan bangganya menyebut bahwa dirimu adalah sosok ayah bagi dirinya. Namun ternyata dia salah, yang kulihat kau adalah orang terburuk yang bahkan tidak pantas dianggap sebagai sosok ayah" ucap Kolonel Rose.

"Aku..."

Belum sempat menyelesaikan perkataannya , tiba-tiba Kolonel Ryota dan Kolonel Rose dikejutkan oleh suara Kapten Saito yang mengetuk pintu dengan kasar.

"Kolonel! Kolonel!" teriak Kapten Saito.

"Ada apa kau berteriak seperti itu?" tanya Kolonel Ryota.

"Ryouichi... Ryouichi... Dia…" ucap Kapten Saito dengan panik.

"Ada apa dengan dia? Cepat jawab!" teriak Kolonel Rose.

"Ryouichi mencuri sebuah jeep dan pergi menyerang markas demon didalam hutan!" ucap Kapten Saito.

"Apa katamu? Darimana dia tau lokasi markas demon itu?"

"Dia melihat peta lokasi markas demon itu ketika secara tidak sengaja masuk keruangan rapat tadi, Kolonel. Aku melihatnya langsung berlari keluar dari ruangan itu"ucap Kapten Saito.

Kolonel Ryota terlihat panik dan khawatir, Kapten Saito hanya bisa bingung dengan kejadian itu.

"Kau lihat, Kolonel Ryota? Hatinya sudah pasti terluka ketika kau mengatakan bahwa dirinya adalah beban. Jadi dia berusaha untuk membuktikan bahwa dirinya bukanlah beban. Ryouichi memang orang bodoh, namun aku tidak menyangka dia sebodoh ini karena menganggapmu sebagai keluarganya sendiri. Jika terjadi apa-apa dengan dirinya, aku sendiri yang akan menghajarmu nantinya" ucap Kolonel Rose dengan tatapan tajam dan dingin.

Kolonel Rose pun segera berlari menyusul Ryouichi setelah mengucapkan hal itu pada Kolonel Ryota.

Pikiran Kolonel Ryota menjadi tidak karuan dan merasa sangat bersalah kepada Ryouichi. Saat ini satu-satunya dipikirannya adalah agar jangan sampai ada orang yang dia sayangi meninggalkannya lagi.

"Kapten Saito, kumpulkan semua pasukan dengan persenjataan lengkap. Kita akan berangkat menyerang markas demon itu dan menyelamatkan Ryouichi" ucap Kolonel Ryota.

"Baik, Kolonel!"

Kapten Saito segera berlari dan membuat pengumuman penyerangan terhadap markas demon itu.

"Ryouichi, maaf karena tidak menyadari semua hal itu. Ayumi, tolong jika kau dengar aku, aku mohon lindungi anak itu. Ryouichi… Bahkan jika aku harus menggunakan 100% dari kekuatanku, aku pastikan akan membawamu kembali dengan selamat meskipun nyawaku adalah taruhannya"

Kolonel Ryota bergumam sembari menggenggam erat liontin di lehernya. Setelah semua pasukan terkumpul, Kolonel Ryota pun mulai menyatakan bahwa pertempuran melawan demon dan Trinity Leader telah dimulai. Dan akhirnya pertempuran besar antara Markas Provinsi Timur dan [Trinity Leader] akan dimulai.

Creation is hard, cheer me up!

Hayate_senseicreators' thoughts
Chapitre suivant