Cuaca di daerah pegunungan bisa berubah-ubah, dan hujan mengguyur para kru dan aktor serta aktris dalam drama "The Beauty" segera setelah mereka tiba di gunung. Mereka menyewa sebuah penginapan di gunung sebagai tempat tinggal.
Adapun Yura, dia ditempatkan di ruangan terpisah, bahkan terpisah dari kediaman aktor dan aktris lain. Ketika Sarah mengikuti Yura ke dalam ruangan, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak kaget, "Yura, ruangan ini terlalu indah!"
Yura tidak merasa terlalu terkejut saat ini. Dia yakin pasti ini semua sudah diatur oleh Marissa bahkan tanpa memikirkannya. Wanita itu pasti ingin menjadikan dirinya sasaran kritik publik, dan kemudian dia akan mendapat untung darinya. Strategi yang cukup bagus, tapi tidak cukup untuk mengalahkan Yura.
Reza mengikuti Yura.
Wanita ini benar-benar serakah. Bukan hanya mengambil peran utama dari aktris lain, sekarang dia juga meminta untuk ditempatkan di kamar paling bagus dan besar. Batin Reza di dalam hatinya.
"Sarah, pergi dan temui sutradara. Bilang padanya bahwa aku ingin tinggal bersama mereka di bangunan yang sama. Aku tidak suka dibeda-bedakan seperti ini," perintah Yura pada asistennya itu.
"Mengapa?" Reza dan Sarah berbicara berbarengan. Kedua wajah itu penuh dengan keterkejutan, terutama Sarah. Dia menatap Reza dengan ekspresi bingung.
Yura tersenyum samar, "Aku tidak akan melakukan ini sesuai keinginannya."
Sarah tidak bisa memahami apa yang Yura katakan. Dia hanya melirik Reza, lalu mengangkat bahu dan pergi ke sutradara untuk menyampaikan keinginan Yura.
Mungkin karena merasakan tatapan curiga Reza, Yura tiba-tiba menoleh dan berkata, "Apakah kamu ingin bertanya mengapa aku ingin pindah kamar?"
"Ah, tidak! Bukan begitu, nona," Yura ternyata mampu membaca pikiran Reza dan dia tidak bisa menahan batuk. Reza tetap diam, dia tidak mengakui maupun menyangkalnya.
Yura tidak menjelaskan, dia hanya menjejali Reza dengan koper di tangannya, dan kemudian menepuk pundaknya, "Karena Dion mengirimmu untuk mendampingiku, apakah aku harus membiarkanmu diam dan hanya melihat?"
Reza memasang senyum liciknya. Dia kini berpikir bahwa berhadapan dengan Yura bukanlah perkara yang mudah.
Tempat tinggal para aktor, aktris, dan kru lain adalah di sebuah penginapan yang terlihat seperti asrama. Karena Willa dan Farah bukan pemeran utama di drama ini, mereka harus tinggal di kamar biasa, bukannya di kamar Presidential Suite seperti Yura. Namun, setelah Sarah berbicara pada Ferro, akhirnya Yura juga akan tinggal di tempat yang sama dengan mereka.
Begitu Yura masuk ke kamar, dia tertabrak bantal terbang. Dia langsung mengernyit.
"Hei! Beri tahu sutradara, aku tidak ingin tinggal di tempat yang kumuh seperti ini!" pekik Willa terhadap Yura. Ternyata Willa sudah biasa dimanjakan dengan fasilitas lengkap dan kamar mewah.
Yura melihat bahwa asisten Willa di sebelahnya sudah dimarahi habis-habisan olehnya sehingga dia tidak berani bersuara. Asisten Willa hanya menundukkan kepalanya dan menyetujui permintaan Willa yang tidak masuk akal.
Yura terkekeh ringan. Dia mengambil koper dari tangan Reza, dan dengan sengaja membawa koper itu ke tempat tidur kosong di sebelah tempat tidur Willa seolah-olah dia tidak melihatnya.
Willa awalnya kesal karena kondisi kamarnya, tapi sekarang dia melihat orang yang telah merebut posisi pemeran utama muncul di depannya.Dia mengerutkan kening, "Apa yang kamu lakukan?"
Yura tidak menghiraukannya. Dia meninggalkannya dan terus mengabaikan gadis itu. Willa tidak bisa menahan rasa kesalnya. Tanpa kamera, dia dengan berani berkata, "Yura, apakah kamu sangat bangga mengambil posisi pemeran utama wanita dariku?"
Awalnya, Willa tidak ingin memulai keributan, tapi setelah melihat sikap Yura yang acuh tak acuh padanya, dia tidak bisa berbuat banyak selain memberi pelajaran pada Yura.
Wajah Yura muram dan dia berusaha menegakkan tubuhnya yang lelah, "Kamu bisa merebutnya kembali jika kamu memiliki kemampuan. Bagaimanapun, aku tidak akan membiarkan peran itu menjadi milikmu."
"Kurang ajar! Berani-beraninya kamu!" Willa yang terprovokasi oleh Yura secara terang-terangan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia melihat sekeliling, menemukan asbak dan hendak melemparnya pada Yura. Sayangnya, kedua tangan langsung mencegahnya.
Dia memandang tatapan kaku Reza, dan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memaki pria itu, "Siapa kamu? Kamu suruhan wanita ini?"
Yura khawatir hanya sedikit orang di dunia ini yang berani memperlakukan Reza seperti itu. Willa benar-benar tidak ingin hidup jika dia berani menyentuh orang kepercayaan Dion.
Asisten Willa merasa ngeri ketika dia melihatnya di dari samping. Dia hanya bisa menarik ujung baju Willa dan berbisik di telinganya, "Nona Willa, pria ini adalah asisten Tuan Dion."
Setelah mendengar apa yang dikatakan asistennya, wajah Willa langsung pucat pasi. Dia mundur selangkah dengan panik, dan setelah melihat mata Yura yang tenang, kecemburuan di hatinya telah mencapai puncaknya.
Di dalam kepala Willa, dia berusaha mengingat rumor tentang Yura.
Apakah yang ditulis media itu benar? Yura benar-benar punya hubungan dengan Dion? Tidak mungkin! Pekik Willa dalam hati.
"Oh, jadi selama ini kamu hanya mengandalkan seorang pria? Kamu bahkan tidak memiliki kemampuan untuk menjadi aktris! Kamu tidak layak mendapatkan peran utama dalam drama ini," kata Willa penuh dengan amarah.
Tiba-tiba suara sepatu hak tinggi datang dari luar, dan Farah berjalan masuk. Dia tidak tahu apa-apa tentang situasi saat ini, tetapi setelah melihat Reza, dia tanpa sadar membuang muka.
Yura menarik Reza ke belakangnya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Willa, apakah kamu yakin jika seseorang tidak bisa berakting, maka dia tidak layak berakting? Kalau begitu, aku rasa kamu juga harus angkat kaki dari sini karena kamu pun tidak punya kemampuan untuk berakting," pungkas Yura yang berusaha melawan serangan Willa padanya.
Farah melihat senyuman sarkasme Yura, seolah jarum yang tak terhitung jumlahnya telah ditusuk di dalam hatinya. Willa ingin memberikan perlawanan lagi, tetapi Reza angkat bicara, "Nona Willa, sebaiknya Anda berpikir dua kali sebelum bertindak."
Suasananya menegangkan. Tak lama kemudian, suara nyaring Farah memecah kesunyian. Dia berjalan di antara Yura dan Willa, berpura-pura menjadi orang baik, dan berkata, "Setiap orang yang ada di sini memiliki hak yang sama dan kita akan punya masa depan yang cerah, jadi berhentilah bertengkar. Kita semua teman, bukan?"
"Teman apanya?" sahut Yura dan Willa serempak.
Reza dan asisten Willa yang melihat wajah Farah yang malu tidak bisa menahan tawa.
Yura terlalu malas untuk berdebat dengan mereka di sini. Dia melirik ke arah Sarah, "Sarah, bantu aku menata barang bawaanku di sini. Reza dan aku harus keluar sebentar, jika seseorang berani mengganggumu, katakan saja padaku, aku…" Yura sengaja membiarkan kalimatnya menggantung.
Dia berhenti, berdiri di depan Willa, dan memperingatkan dengan suara rendah, "Aku akan membiarkannya mati."
Hati Willa bergetar ketakutan.
"Reza, ayo pergi," kata Yura sembari berlalu.
Saat ini masih hujan. Reza mengambil dua payung di pintu dan dengan cepat mengikuti Yura keluar.
Dia tidak berpikir bahwa Yura benar-benar akan berdebat langsung dengan Willa dan yang lainnya. Sepertinya Reza harus lebih mengenal Yura. Menurut situasi saat ini, wanita ini tidak mudah untuk dihadapi.
Yura mengambil payung darinya dan merasa rileks. Tidak lama setelah mereka berjalan, Reza bertanya, "Nona, apa yang akan kita lakukan setelah menuruni gunung?"
"Kamu juga tahu bahwa bagaimanapun juga aku tidak bergabung dalam film ini dengan usahaku sendiri. Aku merasa sedikit bersalah. Karena tidak ada cara untuk mengubah masa lalu, maka ubahlah masa kini," jawab Yura.
Reza tidak menyangka Yura masih akan berpikir seperti itu. Hujan semakin deras, dan dia mempercepat langkahnya untuk mengikuti Yura.
"Pergilah ke bawah dan belilah bubur panas untuk diberikan pada staf. Gunung ini akan dingin di malam hari. Jika kamu tidak makan makanan hangat yang banyak, kamu tidak akan bisa mengatasinya," ujar Yura.
Reza membuka payung dan menurunkan pandangannya untuk melihat Yura. Namun, yang dia lihat hanya matanya jernih dan tulus. Pada saat itu, hati Reza sedikit ragu untuk menaruh rasa curiga terhadap gadis seperti Yura.
Yura memperhatikan tatapannya dan melirik ke belakang, "Ada apa? Kamu mau mengatakan sesuatu?"
Reza segera membuang muka, "T-tidak ada."