- 1 bulan 24 hari sebelum asteroid jatuh -
Sesampai disana Dito menuju ke teras samping Lab. Di sana ditemuinya ibu dari orang tua mendiangnya Helga dan sesosok pemuda yang sedang duduk di sampingnya.
Melihat Dito menuju teras, wanita itu mempersilahkan Dito untuk segera duduk.
Melihat senyuman wanita itu tertuju padanya, secercah ingatan kembali di bayangan Dito yang mana senyuman tersebut mirip dengan anaknya.
"Kamu yang namanya Dito ya?" Tanya wanita itu
Dito hanya mengangguk
"Aku ibunya Helga. Dan aku dengar kamu teman dekatnya Helga", Matanya terlihat sayup-sayup memandang Wadito
"Serta dia juga pernah cerita kalau kau ini orangnya sangat perhatian kepada semua orang" ucapnya lagi
Dito yang mendengarnya tak menduga kalau Helga menganggapnya seperti itu. Dia bertanya-tanya dalam hatinya apakah dari lubuk hati yang paling dalam orang itu sangat membutuhkanku.
"Saat dia meninggal kamu berada disampingnya ya. Dari seorang ibu yang telah membesarkannya alu ingin mengetahui apa yang terakhir kali diucapkannya?" Dengan nada ringan wanita itu bertanya
Wadito yang sedari tadi berdiam mulai berbicara kepada wanita didepannya. "Dia--saat itu hendak pergi pulang karena ada yang menelepon. Dan tepat berada disini, terakhir kali yang dia ucapkan hanya--", terdiam sejenak " --dia mengucapkan terimakasih untuk semuanya"
Berkaca kaca setelah mendengarnya, wanita itu hampir meneteskan air mata. Tak heran bila seseorang yang telah mengandung dan membesarkannya penuh dengan kasih sayang bersedih hati setelah mendengar perkataan terakhir anaknya.
Pemuda disampingnya itupun memberikan elusan di pundak seorang wanita itu dengan lembut.
"Oh-- iya sepertinya kamu belum mengenalnya", menunjuk pemuda itu, " dia adalah tunangan mendiangnya Helga dulu" ucap wanita itu
Seketika dipikiran Dito hanya ada suasana hening. Dia bertanya-tanya kepada dirinya apakah dia salah dengar. Dia tak bisa memberikan ekspresi kagetnya saat itu di hadapan mereka.
Pria itu hanya mengangguk dan tersenyum ringan kepada Dito.
Wanita didepannya kembali menatap Dito, "Hanya itu saja yang ingin aku bicarakan. Untuk selanjutnya aku ingin mengucapkan terimakasih banyak kepadamu Dito"
Setelah mengucapkan rasa terimakasihnya wanita dan pemuda itu berdiri beranjak pergi dari tempat.
Dito hanya terdiam memandang vas bunga yang terpajang di atas meja. Bahkan dia seperti tak menatapnya, yang terlihat hanyalah tatapan kosong di mata.
Hingga matahari terbenam dia masih duduk disana selama berjam-jam.
Langit yang sudah menjadi gelap pun tiba. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Hanya kedipan mata dan hembusan nafas.
Malam itu dia berdiri dari tempat duduknya setelah berdiam lama. Dia bermaskud kembali kerumahnya untuk tidur.
Namun saat berjalan dia terlihat lunglai. Kakinya seperti tak dapat menahan beban tubuhnya.
Dia merenung sambil berjalan dalam kesepian. Dia sama sekali tak tahu kalau Helga dulunya sudah mempunyai tunangan.
"Apakah berarti selama ini aku salah sangka kalau dia tertarik padaku?" Lirihnya di sebuah jalan yang gelap
Mungkin senyuman yang diberikan dia kepadanya hanya untuk menunjukkan rasa kekeluargaan. Memang benar kalau Helga sudah menganggap rekan-rekannya sebagai keluarga.
Membayangkannya seperti itu membuat hati Dito terasa kosong. Tak ada rasa sakit, mungkin kekosongan itulah yang lebih dari perasaan sakit. Salah menganggap bahwa wanita itu mencintainya, ternyata bertepuk sebelah tangan.
Hhahaha!!
"Aku salah sangka", ucapnya tertawa di lorong gelap
Langkahnya yang lunglai terdengar di lorong tersebut. Ia sesekali hampir terjatuh karena tumouannya yang tidak kuat sehingga dia memilih untuk berhenti di sebuah telepon umum yang berdinding kaca.
Langsung saja pria itu duduk dan bersender di kaca. Dia mencoba mengambil sebatang rokok dan pemantik api yang disimpan di saku jasnya.
Dengan tangan gemetar dia mulai menghidupkan rokoknya. Dari kejauhan nampak cahaya api yang menyala terhalang dinding kaca.
Matanya terlihat pasrah dan menyerah dengan keadaan. Dia sudah tak peduli lagi dengan dunia ini pikirnya.
Saat ini dia tak ingin mempunyai teman, berpikir bahwa sejak dulu dia tak pernah dicintai.
Dia kembali berjalan, namun kakinya terlalu gemetar untuk diajak jalan. Perlahan-lahan dengan lambat dia berjalan, tubuhnya tak seimbang sehingga dia menabrak sebuah pohon disampingnya.
Di dalam lorong yang gelap dia menghisap kembali rokok serta membuang asapnya melalui bibir. Asapnya terpapar kemana-mana sehingga aroma rokok tercium disekelilingnya.
Dia merasa tak berharap lagi untuk dicintai
- 1 bulan 20 hari sebelum asteroid jatuh -
Sudah empat hari dia hanya berada di dalam kamarnya. Bahkan setiap hari Asap rokoknya mengepul keluar kamar.
- 1 bulan 15 hari sebelum asteroid jatuh -
Sampai hari ini dia keluar sesekali hanya ke supermarket untuk membeli makanan instan. Setelah itu langsung segera pulang.
- 1 bulan 10 hari sebelum asteroid jatuh -
Kantung matanya menghitam karena terlalu berlebihan menghadap ke layar komputer.
- 1 bulan 8 hari sebelum asteroid jatuh -
Hanya cahaya dari layar komputer yang menerangi ruangan kamarnya.
- 1 bulan 8 hari sebelum asteroid jatuh -
Sesekali dia tertawa sendiri di ruangan gelap ketika bermain komputernya.
- 1 bulan 4 hari sebelum asteroid jatuh -
Malam itu dia memimpikan seseorang, namun itu bukanlah mimpi yang menyenangkan. Dalam sekejap dia melihat bayangan helga bersama orang lain.
Saat itu juga Dito sudah tak mempedulikan orang lain. Dalam kesendirian hanya ada selimut yang menutupi dirinya