webnovel

chapter 20

Happy reading,

Swiss,

" Arghhh!!!! Damn!!! " umpat Leo sambil melempar semua benda yang ada di sekitarnya.

Semua bawahannya menundukkan kepala mereka dengan wajah pucat dan berusaha bertahan dari amukan Leo. Bahkan Sam sampai terkena lemparan vas bunga hingga dahinya mengeluarkan darah, namun dia masih berdiri tegap tidak bergeming sedikitpun dari tempatnya.

Sedangkan Kei yang berdiri di samping Sam hanya menunduk pasrah dan kondisinya sudah babak belur. Mereka tahu semenjak tuan besar wafat, semakin hari tuan muda mereka tidak bisa mengontrol emosinya.

" Ahh.. Kakak! " ucap Livia sambil menutup mulutnya dengan ketakutan.

Livia sangat takut melihat kemarahan Leo untuk pertama kalinya. Tubuhnya menggigil merasakan suhu ruangan yang semakin dingin menusuk hingga ke dalam sum -sum tulangnya. Tidak ada satupun barang yang luput dari amukkan Leo.

Ia juga melihat kedua tangan Leo yang terkepal erat berlumuran darah, dengan urat -urat nadi kedua tangannya yang menonjol mengeras. Livia tidak berani melangkah sedikitpun untuk menghampiri Leo.

Saat Livi memberanikan diri untuk memanggilnya, Leo memejamkan kedua matanya berusaha menenangkan diri berusaha menahan emosi yang belum tuntas ia salurkan.

" Berapa?! Berapa lama kalian bisa mendapatkan informasi yang saya inginkan?!! " seru Leo disaat kedua matanya masih terpejam.

Sam dan Kei saling berpandangan ragu menjawab pertanyaan Leo, karena mereka tahu musuh kali ini berbeda.

" JAWAB!!! " teriak Leo

" Ma.. Maaf.. Boss! Kami akan berusaha secepatnya " jawab Sam gugup.

" Pergi! "

"    "

" Ini kesempatan terakhir kalian!! PERGI!!!!! " seru Leo dengan keras

Sam maupun Kei langsung pamit mengundurkan diri dari ruangan itu dengan secepat kilat. Lalu Leo melirik sekilas ke arah Livi,

" Kembalilah ke dalam kamarmu! " perintah Leo dengan acuh.

Tanpa banyak protes Livi langsung meninggalkan Leo sendirian, Leo menyadari tubuh Livia yang menggigil ketakutan tapi ia memilih menenangkan diri saat ini daripada menghibur Livia.

Leo memerintahkan para pelayan membersihkan ruangan itu secepatnya, dan tak satu pun mereka berani bersuara karena takut terkena amukan Leo, para pelayan tahu bahwa emosi Leo belum reda sepenuhnya. Untuk urusan perusahaan ia memilih mempercayai uncle Max untuk menanganinya saat ini.

Minimal sampai dia tahu dan menemukan keberadaan Louisa. Jika saat itu tiba, ia sendiri yang akan menjemput adik kesayangannya. Leo tahu ada sebuah rahasia misterius dibalik kematian ayahnya. Dan informasi terbaru hal ini berkaitan dengan salah satu klan terbesar dan paling ditakuti di asia yaitu klan yakuza.

Itu sebabnya ia tidak bisa bertindak ceroboh lagi, cukup sekali ia membuat kesalahan dengan mengizinkan Louis menjalani misi ini. Penyesalannya ia baru tahu bahwa Ritz ada hubungannya dengan yakuza setelah hilangnya keberadaan Louise.

***

1 jam kemudian..

Tok! Tok! Tok!

" Masuk! "

" Maaf tuan, Tuan Cross memaksa ingin bertemu dengan tuan! " jawab kepala pelayan itu ragu - ragu sesaat setelah memasuki ruangan itu serta berdiri dihadapan Leo langsung, Lututnya terlihat gemetaran.

Setelah hening sejenak, Leo menyuruh kepala pelayan yang terlihat gelisah itu membawa tamunya masuk untuk bertemu dengannya di ruangan yang baru saja dibersihkan. Beberapa menit kemudian masuklah seorang pria muda ke dalam ruangan, pria itu melangkah perlahan dan berdiri tepat dihadapan Leo.

Saat melihat siapa tamu yang ingin menemuinya, Leo mengerutkan keningnya.

" Ada apa tuan muda Cross ingin menemui saya? " tanya Leo tanpa mempersilakan tamunya untuk duduk.

" Dimana Louisa? " tanya pria itu acuh tak acuh, tatapannya pun terlihat dingin dan tajam.

" Apa tujuanmu mencarinya? " tanya Leo menjawabnya dengan pertanyaan lain.

" Bukan urusanmu! Katakan dimana dia? " seru Davi.

" Anda salah! Dia adalah tanggung jawab saya, sudah pasti semua yang berhubungan dengannya menjadi urusan saya! " jawab Leo sambil mendengus sinis mengejek Davi.

" Brengsek!!! Ketahuilah! Karena sampai kapan pun Milly tetaplah milikku! " desis Davi sambil menghampiri Leo dan langsung mencengkeram kerah baju Leo dengan erat.

" Cih!! siapa anda?! Tidak ada seseorang gadis bernama Milly disini! " seru Leo sambil mendorong tubuh Davi dengan keras dan kasar hingga Davi mundur dua langkah,

sehingga cengkeraman tangan Davi di kerah bajunya terlepas.

" Dammit!! " maki Davi dengan kesal.

Bugh!

Bugh!

Davi langsung melemparkan pukulannya kearah wajah Leo, namun di tangkis dalam waktu singkat oleh Leo. Lalu perkelahian terjadi di ruangan kerja kediaman Hansel. Leo maupun Davi saling baku hantam, tanpa memperdulikan keadaan sekeliling, mereka saling gencar memberikan pukulan dan tendangan keras kepada lawannya.

Tidak peduli siapa yang terkena pukulan atau tendangan, mereka tidak berhenti melainkan semakin menjadi brutal. Setengah jam berlangsung, isi ruangan itu tidak ada satupun yang dapat diselamatkan. Bangku maupun meja yang tersisa karena ulah Leo sebelumnya kini hancur berantakan, benda pecah belah berserakan di lantai. Kondisi keduanya kini babak belur.

Para pelayan tidak ada yang berani memisahkan mereka tanpa perintah dari Leo. Mereka diam tak berkutik di depan pintu, Livia berlari keluar dari kamar setelah mendengar suara gaduh, dan memberanikan diri membuka pintu ruangan kerja itu.

Leo merasakan tulang rusuknya ada yang retak dan tulang hidung yang patah, sehingga darah mengalir deras, sedangkan davi pergelangan tangan kirinya bergeser dan kepalanya bocor terkena hantaman kursi. Saat Livia masuk ke dalam ruangan, ia melihat kedua orang yang berkelahi tersebut sudah tergeletak dilantai sambil terengah- engah kelelahan.

" Siapkan mobil! " perintah Livia cemas kepada kepala pelayan. Dan kepala pelayan tersebut langsung menjalani perintah,

Livia menghampiri Leo dan membantunya duduk.

" Kita ke rumah sakit ya? " ajak Livia

Leo tahu ada masalah di tulang rusuknya, jadi ia tidak memprotes Livia. Leo juga memerintahkan agar para pelayan membawa Davi ke mobil juga. Akhirnya Leo merasa menemukan lawan yang sepadan dengannya, ia semakin antusias melanjutkan pertarungan berikutnya seusai masalah tentang Louise selesai.

1 bulan kemudian, di Denenchofu Jepang..

Kondisi tubuh Louise membaik, kini ia sudah bisa berjalan - jalan disekitar rumah didampingi pelayan. Ritz mengizinkannya menelusuri rumah mewah miliknya tapi ada dua ruangan yang terlarang untuk Louis masuki.

Seperti sore ini, ia duduk dibangku taman yang menghadap ke arah kolam ikan, ia mengenakan dress santai berwarna mint membuatnya terlihat segar dan cantik. Walau perban masih mengantung tangannya yang patah tapi ia pulih dengan signifikan. Setidaknya ia tidak terus berada di ranjangnya seperti sebelumnya.

Angin sepoi - sepoi meniup wajah sendunya dengan lembut, membuat sebagian rambut panjangnya melambai tak beraturan. Tetapi hal itu tidak menganggu aktivitas rutinnya, yaitu merenungkan kejadian-kejadian menyakitkan yang ia alami.

Sejak hari itu Ritz tidak menemuinya lagi. Segala sesuatu yang ingin ia perintahkan kepada Louis hanya disampaikan lewat pelayan yang ditugaskan mengurusi segala kebutuhan Louis.

Didalam hati ia selalu bertanya - tanya alasan kenapa Ritz belum melakukan tindakan apapun terhadap dirinya sampai saat ini. Terlebih saat mereka bertatapan langsung, Louise tertegun dan terpesona dengan ketampanan Ritz.

Tanpa Louis sadari ketika ia sedang asyik dengan lamunannya, ada seseorang yang sedang mengawasinya dari beranda yang berada di lantai atas.

Chapitre suivant