"CEO," Philip menyambut kedatangan Mio dan Sean. Tiba-tiba saja Philip merasa ada yang salah. Tubuhnya seolah dingin, ketika melihat lebih dekat dia baru menyadari bahwa mood Sean berada di titik terendah. Hal itu tidak jauh beda dengan gadis disebelahnya. Ada apa?
"CEO, anda..."
"Diam."
Philip langsung diam. Ada apa ini? CEO dalam mood baik ketika berangkat. Kenapa sekarang menjadi sangat buruk? Setelahnya, gadis bernama Mio juga tidak kalah buruk. Dia masuk kedalam mobil tanpa berkata-kata.
"Antarkan aku ke rumah sakit. Aku sudah terlambat."
Philip melihat Sean, ketika atasannya tidak menunjukkan reaksi apapun, Philip menyimpulkan bahwa itu tidak apa-apa.
"Baik nona."
***
Beberapa saat yang lalu...
"Ne, Mio. Maukah kamu menjadi pengantin pengganti anakku?"
"Hah?" Mio bingung. Tapi reaksi Sean dan Lutfian bahkan lebih buruk.
"Mom!"
"Tante!"
Ketika keduanya berteriak secara bersamaan, Miranti tertawa.
"Manisnya...seorang kakak yang mencintai adikknya dan seorang tunangan yang bahkan tidak mengetahui perasaan sebenarnya. Tapi kalian memiliki gadis yang sama."
"Maaf tante, saya tidak dalam mood bercanda." Sean menggertakkan gigi. Di depannya, Lutfian membanting garpu ditangan.
"Mom, dont talk anymore."
"Kalian menyedihkan." Miranti menyesap kembali camomile lalu meletakkan dengan anggun. Detik berikutnya ketika dia mengangkat wajahnya, entah kenapa Mio merasakan aura wanita itu berbeda. Ketika melihat, Mio dapat melihat tatapan dingin Miranti.
"Dengarkan aku. Kalian berdua adalah babi bodoh yang hanya memikirkan ego. Lut, terlalu naif bagimu jika berpikir hanya kamu yang paling terpuruk atas kepergian Grace. Dan kamu Sean." Ada jeda ketika Miranti mengalihkan tatapannya pada Mio dan Sean.
"Kamu terlalu sombong dan bertindak gegabah. Bukan meyelesaikan masalah dengan memotong akar kematian Grace yang aku yakin kamu bisa melakukannya dengan orang kakekmu. Tapi kamu justru melibatkan gadis lain? Sekarang mau tidak mau kamu akan mengancam nyawa gadis lain. Kenapa kamu tidak bertanya dan berpikir kenapa Grace menemui Mio? Kenapa Grace tidak mengatakan pembunuhnya? Dan yang paling penting, ketika Grace dengan kelebihannya mengetahui kematiannya, kenapa dia tidak melawan? Apa tidak melawan, atau dia tidak bisa atau Grace memiliki sesuatu untuk dilindungi. Kenapa kamu tidak berpikir sebelum melibatkan orang lain?"
Sean terdiam. Mio tercengang. Ah...wanita ini...benar-benar memiliki temperamen kakeknya!
"Berpikir keamanan dan jaminan, maka kamu harus menikahi Mio secara hukum jika kamu melibatkannya. Jika mereka bisa membunuh Grace di dalam naunganmu, maka akan mudah bagi mereka melakukan hal yang sama bagi Mio yang bukan siapa-siapa."
"Aku lupa mengatakan satu hal, Sean gadis disampingmu...dia memiliki keluarga yang tidak bisa kamu singgung. Bahkan dengan kekuasaanmu."
Mio tercengang. Mungkinkah mama Grace mengetahui kakeknya? Ketika Mio menatap Miranti, wanita itu juga menatapnya. Tatapan dingin yang baru saja ada mendadak melembut ketika menatapnya.
"Mio, karena kamu terlalu impulsif, kamu harusnya setuju untuk menjadi pengantin pengganti. Tapi itu juga takdir. Tante tidak bisa menyalahkanmu. Katakan saja hal ini pada ayahmu. Dia akan memberi jawaban terbaik."
"Eh?"
Masih tersenyum, Miranti melanjutkan, " alangkahnya baiknya kalian pergi besok. Selesaikan pembicaraan ini dengan keluarga kalian. Mereka akan tau. Terutama kamu Mio."
***
Entah apa yang dipikirkan keduanya, namun Philip tidak bisa untuk tidak meratap. Aura di dalam mobil sungguh sesak. Keheningan total menyelimuti dua jam lima belas menit perjalanan membuat Philip merasa tertekan.
"Nona sudah sampai."
"Oh? Terimakasih." Kata Mio buru-buru. Katika Philip menoleh dia tercengang melihat Mio membuka pintu dan keluar mobil begitu cepat seakan sedang dikejar sesuatu.
"CEO nona Mio itu..."
"Kembali ke rumah. Aku akan melihat apakah kakek ada di rumah atau tidak."
"Baik CEO."
Sean menyandarkan tubuhnya pada kursi. Memijit kepalanya yang terasa penuh.
"Kamu terlalu sombong dan bertindak gegabah. Bukan meyelesaikan masalah dengan memotong akar kematian Grace yang aku yakin kamu bisa melakukannya dengan orang kakekmu. Tapi kamu justru melibatkan gadis lain? Sekarang mau tidak mau kamu akan mengancam nyawa gadis lain. Kenapa kamu tidak bertanya dan berpikir kenapa Grace menemui Mio? Kenapa Grace tidak mengatakan pembunuhnya? Dan yang paling penting, ketika Grace dengan kelebihannya mengetahui kematiannya, kenapa dia tidak melawan? Apa tidak melawan, atau dia tidak bisa atau Grace memiliki sesuatu untuk dilindungi. Kenapa kamu tidak berpikir sebelum melibatkan orang lain?"
Kata-kata Miranti benar-benar membuka mata Sean. Ya...Sean mengakui dia begitu bodoh. Dia impulsif, dia sombong. Jika Grace menyembunyikan siapa pembunuhnya itu pasti memiliki alasan. Jika Grace tidak ingin Sean mencari pembunuhnya maka...mungkinkah Grace ingin melindungi seseorang?
Belum lagi kata-kata Miranti mengenai perasaannya. Apakah dia meragukan perasaannya pada Grace? Sean membenci Miranti yang terlihat maha tau tentang semua. Sean tidak mau mengakuinya. Namun memang dalam keluarga Grace, kakeknya selalu mengatakan bahwa pemegang kekuasaan tertinggi bukan dari Billy william. Melainkan Miranti Nares. Asal usulnya, umur, bahkan dimana latar pendidikan seorang Miranti begitu misterius. Namun dia wanita yang berhasil membangun bisnis william. Tidak peduli seberapa brengsek Billy bermain-main di luar sana, lelaki itu tetap akan setia pada Miranti.
"CEO, apakah anda baik-baik saja? Apakah insomia anda memburuk lagi?"
"Tidak apa." Sean menghela nafasnya. Memejamkan mata pikiran Sean mengembara. Selama perjalanan menuju rumah, beberapa rencana yang telah tersusun gagal. Hal itu membuatnya tertekan.Tidak sampai satu jam perjalanan mobil telah sampai di depan mansion. Philip keluar terlebih dahulu untuk membukakan pintu belakang.
"Sepertinya tuan besar ada di rumah."
Sean mengangguk, " kamu boleh pergi. Aku tidak akan pergi hari ini "
"Ya CEO."
Ketika masuk kedalam mansion, beberapa pelayan yang berpapasan dengannya menundukkan kepala hormat. Ketika bertemu dengan pak tua Lim, Sean menghentikan lelaki itu. Tidak ada keharusan pak tua Lim untuk tunduk pada Sean. Posisinya memang hanya kepala pelayan, namun dia memiliki semua otak dari kakeknya. Dia sangat dihormati bahkan oleh keluarga. Jika berpapasan, Lim hanya akan mengangguk sebagai penghormatan.
"Pak Lim."
"Tuan muda."
"Pertemukan saya dengan kakek."
"Maaf tuan muda, saat ini tuan besar dan orang tua anda tengah dalam perjalanan menuju keluarga Nakamura."
"Apa?!"
Sean tidak lagi tenang," apa maksudmu pak Lim?"
"Tuan besar hanya meminta saya untuk menyampaikan pesan bahwa hari ini semua akan terselesaikan. Tuan muda harap menyiapkan paspor dan pakaian yang akan dibawa ke USA besok siang. Penerbangan pukul satu siang."
Belum sempat Sean menjawab, Pak Lim kembali menambahkan, "situasi tidak sesuai dugaan. Terdapat penemuan baru dimana anda tidak bisa mengatasi sendiri. Dokumen pernikahan akan dikirimkan dua bulan setelah anda disana dan melakukan pengambilan foto pres wedding."
"Itulah yang disampaikan tuan besar. Kalau begitu saya permisi tuan muda."
Sean mengepalkan tangannya. Dia kini merasa sangat tidak berguna. Kakek telah turun tangan. Itu berarti beberapa hal lebih serius. Pertanyaan Sean adalah apa yang dilakukan kakeknya ke tempat Mio?
***
Kediaman Nakamura
1 pm
Alesya menyeduh teh hitam secara tradisional. Dua jam lalu tiba-tiba saja suaminya--Yuto pulang ke rumah dan memintanya bersiap. Ketika dia bertanya untuk apa, suaminya hanya menjawab , "kita akan kedatangan tamu besar." Sambil mengatakan hal itu, Yuto terlihat tidak senang. Setelah meminta Alesya menyiapkan beberapa makanan khas dan teh hitam asli keluarga, Yuto langsung memasuki kamarnya.
Kini Alesya mengerti apa maksud suaminya. Membawa teh hitam yang telah diseduh dengan cara tradisional Jepang, Alesya meletakkan didepan suaminya dan tiga orang yang saat ini berada di ruang tamu pribadi. Di rumah ini memiliki dua ruang tamu. Satu ruang tamu biasa. Sedangkan satu lagi ruang tamu memiliki ciri khas jepang dengan tempat duduk lesehan bergaya Jepang yang di dominasi bambu cokelat dan hiasan-hiasan dinding kayu khas. Ini khusus diperuntukan untuk tamu-tamu penting atau berkumpul dalam acara penting.
"Silahkan dinikmati. Ini teh keluarga kami khas Nakamura." Alesya menunjukkan teh berwarna bening dengan satu batang daun teh tegak di tengah mengapung. Meski bernama teh hitam, air teh yang diaeduh akan terlihat putih. Namu rasa teh itu sangat pekat, beraroma bambu dan sesikit rasa mawar. Hitam menandakan keabadian. Ini teh yang disempurnakan sendiri oleh leluhur Nakamura. Hanya menantu dan anak yang diperbolehkan mengetahui bagaimana cara menyeduh teh ini. Itulah kenapa Alesya mampu membuatnya.
Lincolt tidak ragu untuk meminum teh yang di tempatkan pada gemochi . Menghirup dalam aroma teh sebelum menyesap secara perlahan.
"Teh yang luar biasa." Puji Lincolt. Itu bukan palsu, Lincolt adalah pecinta teh paling baik. Dari beberapa teh yang pernah dia nikmati, camoline, beringe, dan macha adalah teh yang menurutnya paling baik. Namun setelah menikmati teh hitam, Lincolt akan mengubah semua persepsinya bahwa ini yang terbaik.
"Terimakasih." Alesya tersenyum lembut.
"Bagaimana jika anda mengatakan langsung tujuan anda." Itu adalah Yuto. Wajahnya sama kakunya dengan siang tadi.
"Dari apa yang saya lihat, sepertinya anda sudah mengetahui maksud kedatangan kami." Lincolt masih mempertahankan ketenangannya.
"Memang. Karena itu untuk mempersingkat saya akan langsung mengatakannya. Saya menolak."
Lipin dan Anastasya saling memandang. Mereka memikirkan hal yang sama. Orang tua Mio sungguh LUAR BIASA! Mampu menolak tegas seorang Lincolt tidak bisa dianggap enteng. Apalagi melihat pembawaan tenangnya menghadapi ayahnya--Lincolt, sebagai anak Lupin merasa sangat inferior. Dia bahkan tidak berani menatap mata ayahnya ah!
"Tidak perlu terburu-buru menolak."
"Saya tidak akan menyerahkan nyawa putri saya untuk perselisihan kalian. Bahkan dengan jaminan keselamatan kalian, itu tidak akan menjamin seratus persen. Bahkan kalian gagal menjaga calon menantu kalian."
Lincolt tersenyum. Dapat membobol informasi rinci keluarganya, itu berarti Nakamura bukanlah hanya keluarga biasa. Karena itulah dia berani mengubah rencana cucunya.
Yang Lincolt tidak tahu adalah bahwa Nakamura adalah keluarga terkenal sebagai Yomeisei. Pengusir hantu, penenang roh, dan ramalan adalah bagian dari kekuatan mereka. Mendapatkan informasi keluarga Guan hanyalah sepotong kue bagi Yuto. Mio adalah putri semata wayangnya. Tidak seperti Riou yang banyak mewarisi istrinya dan tanpa kekuatan apapun, Mio dilain sisi baik darah, kekuatan, maupun temperamen Mio adalah delapan puluh persen mewarisi miliknya. Bagaimana dia tidak menjaga anak gadisnya ketat? Bahkan dia mengirim shinigami untuk memantau putrinya. Memberikan bantuan jika diperlukan. Karena Guan melibatkan putrinya, keharusan bagi Yuto untuk menyelidikinya.
"Jika untuk memancing pembunuh, tidak perlu anak saya. Saya akan memberi informasi pembunuh calon menantu kalian."
Lagi lagi Lincolt tersenyum, "sepertinya anda salah paham."
"Kedatangan saya kemari bukanlah bagian dari rencana. Seorang pemuda tampan dengan yukatta mendatangiku semalam. Penampilannya cukup eksentrik. Memiliki penutup di mata kirinya dengan rambut perak panjang terikat tali soler. Dia yang meminta saya untuk melamar putrimu."
Benar saja, kini wajah Yuto langsung berubah.
"Dia mengatskan untuk menyampaikan pesan ini padamu 'benang merah sudah terjalin. Dua simpul mengait satu benang emas. Salah satu simpul memilih terurai. Sebab dan akibat menjadi hukum. Satu simpul tidak bisa dilepas lagi' saya tidak tahu artinya tapi dia mengatakan bahwa anda akan tau."
"Tua bangka itu..." Yuto menggertakka gigi menahan kesal. Tidak salah lagi, lelaki yang disebutkan Lincolt tentu saja ayahnya. Koichi Nakamura. Jika ayahnya sampai turun tangan dan datang ke Indonesia, itu berarti masalah ini menyangkut Mio. Dia tidak akan pernah berbuat sesuatu yang dapat melukai Mio. Jika dia meminta Mio untuk dinikahkan keluarga Guan meski dengan resiko besar, itu pasti ada alasan.
Kata-kata ayahnya jelas.
Benang merah sudah terjalin. Dua simpul mengait satu benang emas. Salah satu simpul memilih terurai. Sebab dan akibat menjadi hukum. Satu simpul tidak bisa dilepas lagi'
Itu mengartikan bahwa Mio dan Sean sudah ditakdirkan. Dari awal Grace, Sean dan Mio memiliki keterikatan takdir. Dengam Grace memilih mati maka Mio secara paksa akan tetap menjadi takdir Sean. Mungkinkah ayahnya mengetahui hal ini sebelum Grace meninggal? Kematian Grace bukanlah murni pembunuhan. Namun Grace sebagai korban juga andil dalam kelancaran kecelakaan itu. Semakin Yuto menyusun kepingan cerita, semakin Yuto merasa tidak senang.
"Sayang?" Alesya menepum tangan suaminya. Mengembalikan Yuto ke dunia nyata.
"Baiklah. Meski saya tidak menyukainya, saya setuju dengan usulan ini."
Lincolt senang," baik. Perayaan akan diselenggarakan empat bulan kemudian. Namun pendaftaran pernikahan akan kami lakukan minggu ini. Untuk kelancaran hal ini, Mio adalah tunangan cucu saya. Mereka akan ke USA selama dua atau tiga bulan..."
"Tidak perlu dijelaskan. Saya mengetahui dengan baik. Saya hanya berpesan jaga putriku dengan sangat baik. Karena jika sesuatu terjadi pada putriku, saya tidak akan segan."
" anda tidak perlu cemas saudara. Saya akan memastikannya." Kali ini Lupin mengambil alih pembicaraan. Sebagai orang tua, tidak baik bagi Lipin untuk menyerahkan tanggung jawab masalah pernikahan anaknya kepada Lincolt yang notabenya adalah kakek dari anaknya.
"Roi." Panggil Lupin. Tak lama setelah Roi dipanggil, seorang lelaki besar membawa sepuluh bingkisan merah dan dua diantaranya memiliki peti kayu. Roi meletakkan kesepuluh bingkisan itu di samping meja secara rapi sebelum kembali undur diri.
"Saudara, ini adalah beberapa hal kecil sebagai tanda pertunangan anak kita. Ini hanya ikrar lisan. Sedangkan lamaran penuh, akan kami berikan sehari sebelum pernikahan. Tentu dengan mas kawin yang sebenarnya."
"Semoga kalian berkenan menerima ini." Anastasya berkata.
Alesya menatap kesepuluh bingkisan merah terang itu. Dari luar saja sudah tampak bahwa itu cukup mewah. Tidak, bahkan sangat mewah. Ah! Rasanya Alesya bangga melahirkan putri yang begitu beruntung memiliki calon yang sangat baik. Berbeda dengan Alesya, Yuto justru memandang bingkisan itu dengan masam.
"Ya kami menerima." Ucap Yuto terlihat berat. Di dunia ini, jika kamu memiliki satu putri kebanggaan, yang mewarisi hampir semua gen seorang ayah, bagaimana ayah tidak tertekan ketika memikirkan akan segera berpisah dari putrinya?
Dengan begitu acara lamaran mendadak ini berakhir dengan baik. Sedangkan di tempat lain, masih ada Mio yang kini baru selesai menjalankan tugasnya sebagai asisten psikolog. Dia baru saja akan menelpo ayahnya untuk menjemputnya ketika ketika Riou meneleponnya terlebih dahulu.
( Wah kakak! Aku tidak menyangka kamu akan segera menikah! Demi Tuhan! Dimana kamu menemukan anggota Guan?)
Hening beberapa detik sebelum Mio membulatkan matanya dan menjawab, "HAH?!"
***