Beberapa hari kemudian Taera menghindar dari Ardilo. Dia tahu sepertinya Taera sedang cemburu. Tapi Taera mengatakan dia baik-baik saja. Hal ini membuat Ardilo jadi bingung. Kadang cinta memang membingungkan.
Ardilo kini sedang mengamati Taera yang sedang duduk bersama temannya dari kejauhan. Ardilo melihat Taera sedang berdiskusi dengan temannya, sepertinya mereka sedang membahas tugas. Ardilo jadi teringat pertama kali dia melihat Taera. Saat itu dia sedang di perpustakaan sedang mengerjakan tugas di meja yang tak jauh dari meja Ardilo yang juga sedang mengerjakan tugas.
*Flashback*
Ardilo sedang sibuk mengerjakan tugasnya yang nanti sore harus dikumpulkan. Perhatiannya teralih sebentar ke meja sebelah, di sana ada anak yang terlihat sangat panik sedang mencari-cari sesuatu. Ardilo memperhatikan cewek itu.
"Tae, tugas gue ketinggalan di kostan. Kalau gue nitip barang-barang gue disini boleh nggak? Darurat nih, " tanya teman Taera.
"Boleh kok. Ambil aja tugas lo. Kelas kita masih jam 2 kan? Ini masih jam 12.40. Masih ada waktu," jawab Taera.
"Oke deh. Bentar ya. Makasih banyak. Gue ke kost duluan," kata teman Taera.
Beberapa saat kemudian, teman Taera balik ke kostan untuk mengambil tugasnya. Sementara Taera masih ada disana mengerjakan tugas. Ardilo pun kembali mengerjakan tugasnya.
Awalnya Ardilo tidak terlalu peduli. Sampai akhirnya dia melihat jam tangannya sudah jam 13.20 WIB dan teman Taera belum juga kembali. Saat itu ada anak lain yang ikut duduk di meja Taera sambil membaca buku. Ardilo melihat Taera yang terlihat sedang menahan lapar. Dia beberapa kali memegang perutnya. Ardilo berpikir bahwa Taera mungkin lapar dan dia tidak bisa makan siang karena harus menjaga barang temannya.
"Mbak, kenapa? Sakit perut ya?" tanya seseorang yang duduk di meja Taera.
Ardilo kini mengamati mereka berdua. Dia jadi penasaran dengan apa yang terjadi pada cewek yang bernama Taera itu.
"Maag saya kayaknya kambuh mbak. Saya belum makan soalnya," kata Taera.
"Kalau gitu mbak makan aja bentar. Biar barangnya saya jagain," kata seseorang itu.
"Nggak usah mbak, gapapa. Bukannya saya nggak percaya sama mbak, tapi saya nggak enak sama temen saya, dia nitip barang-barangnya ke saya. Maaf ya mbak," jelas Taera.
Ardilo mengerti maksud Taera. Sepertinya seseorang itu juga mengerti. Dia kemudian tersenyum.
"Iya gapapa kok, mbak. Tapi mbak beneran gapapa nggak makan dulu?" tanya seseorang itu terlihat khawatir.
"Gapapa kok, mbak," jawab Taera kemudiam tersenyum.
Ardilo salut banget sama Taera. Dia benar-benar bertanggung jawab. Jarang menemukan orang seperti dia. Entah kenapa ada perasaan yang berbeda pada dirinya.
Tak lama kemudian teman Taera datang.
"Tae sorry banget ya gue lama. Tadi gue lupa kalau kunci kostan gue di tas, nah tas gue kan disini. Jadinya gue nunggu kunci duplikatnya dari bu kost gue. Sorry banget ya," kata teman Taera.
"Iya, gapapa. Udah ketemu tugas lo?" tanya Taera.
"Udah nih. Lo pasti belum makan. Kita makan sekarang yuk," ajak teman Taera.
"Yuk," Taera kemudian merapikan buku-bukunya.
*End of flashback*
Ardilo senyum-senyum sendiri mengingat kejadian itu. Dia masih melihat Taera yang kini tampaknya sedang mengerjakan tugas dengan temannya, mereka masing-masing melihat laptop dan buku bergantian sambil berdiskusi. Ardilo kemudian mengingat lagi, bagaimana dia nggak sengaja ketemu Taera lagi.
Saat itu Ardilo sedang pergi ke sebuah supermarket. Dia nggak sengaja ketemu Taera yang juga sedang berbelanja disana. Itu adalah pertemuan kedua yang tak disengaja. Saat itu tentu saja Taera masih belum kenal dengan Ardilo.
Taera mendekat ke arah es krim, dia tidak membeli es krim, dia hanya melihat-lihat. Di sebelah Taera ada anak kecil yang membeli es krim kemudian tidak menutup pintu lemari esnya sampai tertutup rapat. Setelah anak itu pergi menemui ibunya, Taera melihat lemari es yang tidak tertutup rapat tadi, dia kemudian menutupnya. Mungkin ini terlihat sepele, tapi Ardilo merasa Taera adalah orang yang peduli dengan hal-hal kecil sekalipun. Entah kenapa dia makin penasaran dengan Taera.
Ardilo juga pernah nggak sengaja melihat Taera membelikan anak kecil jus apel karena jus apel yang dibeli anak itu jatuh dan tumpah. Rasa peduli Taera pada anak kecil itu menggugah rasa suka pada diri Ardilo. Dia semakin penasaran dengan Taera.
Kemudian dia nggak sengaja ketemu Taera lagi saat pulang kuliah, saat itu Ardilo melihat ada kucing yang ekornya terikat dengan plastik. Entah sengaja ada yang ngerjain atau enggak, dia nggak tahu. Ardilo mau menolong kucing itu. Dia udah berjalan ke arah kucing itu, tapi keduluan dengan Taera. Taera dengan sigap melepaskan plastik dari ekor kucing itu walaupun kucing itu sempat hampir mencakar Taera. Ardilo makin kagum dengan kebaikan hati Taera.
Ardilo masih senyum-senyum, dia nggak sadar kalau Taera ada di depannya.
"Kak," panggil Taera.
Ardilo kaget banget tiba-tiba Taera ada di dekatnya.
"Kakak lagi ngapain? Kok senyum-senyum sendiri," tanya Taera.
"Aku.. Aku.. Enggak kok, nggak ngapa-ngapain," jawab Ardilo bingung.
"Oh ya udah, aku duluan ya kak. Habis ini aku ada kelas," kata Taera.
"Tae...," panggil Ardilo saat Taera sudah berjalan beberapa langkah.
"Ya kak?" kata Taera.
"Kamu beneran nggak marah sama aku?" tanya Ardilo serius.
"Enggak kok kak. Kenapa harus marah sama kakak?" tanya Taera.
"Nggak tau kenapa perasaan aku bilang kalau kamu marah atau mungkin...cemburu?" kata Ardilo.
"Cemburu kenapa? Enggak kok," kata Taera yang sebenarnya memang menyembunyikan diri kalau cemburu. Dia tidak mau Ardilo tahu.
"Ya udah kalau gitu. Oh ya, Sabtu ini kamu sibuk nggak? Kalau nggak sibuk, makan di restoran yang waktu itu yuk," ajak Ardilo.
"Kalau cuma makan bareng, nggak harus di restoran yang kemarin gapapa kok, kak. Kali aja kakak sibuk," kata Taera.
Ardilo tersenyum. Dia senang Taera sangat pengertian padanya. Bagi Ardilo, Taera yang paling memenuhi syarat untuk jadi pacarnya. Karena Taera sangat mengerti dengan kesibukannya.
"Enggak kok, aku nggak sibuk Sabtu ini. Kita bisa pergi ke restoran itu. Oh ya, kamu rapat departemen kapan?" tanya Ardilo.
"Tadi kak Belinda bilang rapat departemennya hari Jum'at sore," jawab Taera.
"Ya udah, Sabtu aku jemput ya. Tapi kalau kamu ada agenda dadakan, kabarin aja. Kali aja Belinda berubah pikiran mau rapat departemen hari Sabtu," kata Ardilo.
"Iya kak. Nanti aku kabarin. Duluan ya," kata Taera kemudian berjalan ke kelasnya.
Ardilo mau berjalan ke arah kelasnya. Tapi kemudian dia bertemu dengan Kaino.
"Bang, lo ada kelas?" tanya Kaino.
"Masih sejam lagi. Kenapa?" tanya Ardilo balik.
"Gue mau ngobrol sesuatu sama lo," jawab Kaino.
"Ngobrol tentang apa?" tanya Ardilo.
"Taera," jawab Kaino.
Update lagi. Yuhuuu. Jangan lupa comment dan reviewnya. Makasih udah baca cerita ini. Tunggu kelanjutannya ya :)