webnovel

Dag dig dug

Sella mengetuk pintu kamar Taera karena dia tak kunjung keluar sampai malam tiba. Sella khawatir karena hp Taera tak bisa dihubungi. Hyona dan Sonia belum pulang dari kampus. Mereka sedang ada kegiatan bersama teman-temannya.

"Tae, udah pulang belum?" tanya Sella dari luar pintu.

Tak ada jawaban. Sella mendadak jadi khawatir. Dia kemudian mengetuk pintu sekali lagi.

"Tae…"

Beberapa saat kemudian, pintu kamar Taera terbuka. Dia masih belum ganti baju sejak pulang kuliah tadi. Dia menatap Sella dengan perasaan gelisah dan menghela nafas. Sella yang bingung langsung mengguncang tubuh Taera.

"Lo kenapa?" tanya Sella.

"Gapapa, gue cuma lagi galau," jawab Taera.

"Galau kenapa? Tumben lo galau? Masalah tugas? Apa cowok?"

Taera ingin sekali mengatakan bahwa dia sedang galau memikirkan perasaanya terhadap Ardilo. Dia ingin sekali membagi cerita kepada orang lain bahwa Ardilo sudah menyatakan perasaan padanya dan Taera sangat bahagia. Sayangnya Taera tak bisa membagikannya selain melalui blog anonim yang ditulisnya tadi.

"Enggak. Biasa, habis nonton drama yang bikin galau. Gue kebawa suasana," jawab Taera berbohong.

"Ya ampun, gue kira kenapa. Terus kenapa hp lo nggak aktif?" tanya Sella lagi.

"Gue…gue kesayikan nonton. Lupa kalau hp gue baterainya low," jawab Taera kemudian tersenyum manis agar Sella memakluminya.

"Ya udah kalau gitu buruan mandi. Ini gue habis beli martabak telur nih, ayo makan bareng. Kak Hyona sama kak Sonia masih di luar. Mereka udah makan katanya," ajak Sella.

"Oke, gue mandi dulu ya. Tungguin gue, jangan dihabisin!" kata Taera.

"Iya, iya. Buruan sono," kata Sella kemudian ke ruang tengah. Sementara Taera menutup kamarnya lagi dan bergegas mandi.

Seandainya aja gue bisa cerita ke semua orang kalau lo suka sama gue kak. Apa kata dunia nanti, batin Taera.

***

H-2 Pemilihan Ketua BEM...

Ardilo mulai sibuk dengan persiapan pemilihan ketua BEM dua hari lagi. Dia dan Ervan semakin sibuk mempersiapkan apa saja yang harus mereka lakukan jika menang nanti. Mereka sudah di masa tenang yang tidak boleh kampanye. Akhirnya Ardilo memilih untuk berkumpul bersama tim suksesnya di taman dekat perpustakaan.

Ardilo sempat melamun sebentar. Dia teringat pertemuannya dengan Taera kemarin. Dia ingin sekali menyapanya tapi dia tak bisa. Disisi lain dirinya juga harus fokus dengan pemilihan ketua BEM agar sukses nantinya. Ervan yang melihat abangnya satu ini yang melamun saja, akhirnya melambaikan tangannya di depan wajah Ardilo.

"Bang…" panggil Ervan.

"Eh… kenapa Van?" tanya Ardilo kaget.

"Akhir-akhir ini bang Ardi random banget sih? Sering ngelamun, kadang senyum-senyum sendiri, kadang gelisah, random lah pokoknya. Kenapa sih bang? Deg-degan ya gara-gara mau pemilihan ketua BEM?" tanya Ervan mencoba menganalisis sikap Ardilo akhir-akhir ini.

Ardilo tampak sedikit lega karena Ervan nggak kepikiran kalau sebenarnya Ardilo sedang mikirin Taera. Hal yang membuatnya melamun adalah Taera, hal yang membuatnya senyum-senyum sendiri adalah Taera, yang membuatnya gelisah adalah Taera, yang membuatnya random begini adalah Taera. Dulu Ardilo tidak seperti ini, semenjak dia menyatakan perasaannya kepada Taera dia menjadi harap-harap cemas. Hatinya dag-dig-dug.

"Iya, gue mikirin pemilihan nanti, Van. Kalau kepilih kan kita harus mikirin banyak hal. Mulai dari branding BEM, konsep, program kerja, sistem Open Recruitmen, dan masih banyak lagi. Gue sih kebayang pasti bahagia kalau kita menang nanti. Tapi akan jadi tanggung jawab baru juga. Kita nggak bisa enak-enakan seperti dulu. Tugas kita semakin berat. Makanya kadang gue agak random akhir-akhir ini," jelas Ardilo mencoba membuat Ervan mengerti. Dia tidak membohongi Ervan. Memang dia kepikiran dengan Taera, tapi pemilihan Ketua BEM FE ini juga menyita sebagian pikirannya.

"Iya juga sih, bang. Kita harus diskusi penuh dengan tim sukses kita. Semoga aja semuanya lancar. Oh ya, bang, denger-denger banyak lho pendukung kita karena mereka ngefans sama bang Ardi. Bang Ardi kan idaman semua cewek," kata Ervan memuji Ardilo.

Idaman semua cewek sih gapapa, tapi apa gue jadi idamannya Taera ya? Batin Ardilo.

"Nggak juga ah. Putra juga nggak kalah ganteng daripada gue. Dia juga punya banyak fans. Ya kalau dikira-kira sih, kita seimbang lah. Makanya kita nggak boleh sombong. Takutnya nanti malah kita jatuh, sakit juga kan?" kata Ardilo memberi nasehat.

"Iya juga sih bang. Wah emang sih lo tuh best banget lah. Selalu bisa memberi saran yang bijak. Gue yakin pacar lo ntar jatuh cinta banget lah sama lo bang," kata Ervan kemudian pamit pergi ke toilet.

Ardilo kemudian berpikir, Semoga saja Taera memang bisa menerimanya apa adanya. Ardilo sudah jatuh cinta terlalu dalam dengan Taera. Dia berharap Taera juga mempunyai perasaan yang sama.

***

Stefa sedang mengerjakan tugasnya di perpustakaan bersama dengan Taera. Dia sibuk sekali sampai tak memperhatikan Taera yang sedari tadi seperti gelisah. Menatap tugas dan hpnya secara bergantian. Akhirnya Taera menyerah juga dan bangkit dari kursinya.

"Mau kemana?" tanya Stefa.

"Keluar sebentar. Gue mau beli minuman bentar, haus. Lo mau nitip nggak?" tanya Taera balik.

"Nggak deh. Ya udah jangan lama-lama ya," kata Stefa.

"Oke," kata Taera kemudian meninggalkan Stefa yang melanjutkan mengerjakan tugasnya. Sementara Taera langsung keluar dari perpustakaan. Dia menitipkan barang-barangnya kepada Stefa. Dia hanya keluar sebentar mencari angin segar. Dia kemudian duduk di gazebo yang ada di dekat kantin kecil sebelah perpustakaan setelah membeli sebotol minuman segar.

Dia meminumnya sambil melihat-lihat sekitar lingkungan perpustakaan. Dia melihat dua orang yang sepertinya merupakan sepasang kekasih. Taera dapat merasakan kemesraan diantara mereka. Taera kemudian berpikir apakah jika dia menerima permintaan Ardilo untuk menjadi kekasihnya nanti, dia bisa bebas jalan bersama dengan Ardilo. Terlebih lagi jika Ardilo nanti terpilih menjadi ketua BEM Fakultas Ekonomi. Apakah orang tidak akan membicarakan mereka?

"Lega banget jadi mereka ya? Bebas bisa jalan kapan aja, dimana aja. Kalau gue nanti jadian sama kak Ardilo, pasti tiap jalan bareng dan dilihatin banyak orang pasti ada yang bisik-bisik kayak waktu itu," gumam Taera kemudian menghela nafas.

Cukup lama Taera berpikir, dia melihat hpnya. Sudah beberapa hari Ardilo tidak mengirimi pesan padanya. Taera mengerti Ardilo sedang sibuk. Dia paham. Tapi dia tidak bisa membohongi perasaannya kalau dia sebenarnya kangen dengan Ardilo. Dia bingung ingin menanyakan keadaan Ardilo pada siapa.

Kemudian, Taera teringat kalau dia bertemu dengan Serry waktu itu. Haruskah dia menanyakan tentang Ardilo kepada Serry? Apakah Serry dapat dipercaya untuk membahas hubungannya dengan Ardilo? Taera mengambil hpnya.

"Apa gue chat kak Serry aja ya?" gumam Taera.

Makasih banyak udah baca chapter ini. Jangan lupa vote dan commentnya. Tunggu chapter selanjutnya :)

mirnanatacreators' thoughts
Chapitre suivant