Padahal, jauh dari lubuk hati Aisyah yang paling dalam. Ia ingin mempersatukan Tiara dengan Putra.
"Kenapa loe berpikiran begitu?"
Tiara meragu. Ia sendiri juga tidak mengerti kenapa memikirkan hal demikian. Rasanya, ya, memang tampak begitu.
"Saya juga nggak tahu, Kak."
Proses pemasangan cincin lamaran jadi tertunda, karena Aisyah mendekati Tiara. Ia ingin menyampaikan sesuatu.
"Ra. Selama dua minggu loe di sini, gimana rasanya?"
"Saya seneng, Kak. Bisa dapat kerja."
"Katanya loe mau nyari Abang loe?"
Tiara mengangguk, "Iya, Mas Putra yang udah ngasih tahu KakaK ya?"
"Nah, ngomong-ngomong soal Putra? Gimana menurut loe? Kan udah deket juga sama Tante Maya, malah manggil Bunda segala lagi."
Aisyah sedang menggoda Tiara, yang tampak agak memerah wajahnya.
"Aduh, anu. Kalau saya ditanya Mas Putra, aduh, nggak tahu saya musti jawab apa, Kak."
Tiara bersemu malu.
"Kalo loe suka, gue bisa bantuin. Ibu juga bisa, Bagas juga bisa."
Tiara semakin tertunduk dalam.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com