" Saya terima nikah dan kawinnya Deniza Sefa binti Fahad Setiawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas seberat 21 gram di bayar tunai."
Beberapa jam yang lalu Demir telah mengucapkan ijab qabul. Dee telah menjadi istrinya sekarang. Dosen dan mahasiswa itu telah resmi menjadi suami istri.
Demir menatap Dee dengan tatapan mesum.Ia dan Dee telah halal dimata agama dan negara. Berpikiran mesum tentang Dee tentu hal yang wajar.
Demir dan Dee beristirahat di kamar.Sore nanti resepsi pernikahan mereka akan digelar. Pernikahan Demir dan Dee membuat UI gempar. Para fans Demir penasaran bagaimana Dee bisa membuat Demir bertekuk lutut dan tergila-gila padanya.
Dee duduk di depan meja rias seraya melepaskan sanggul di kepalanya. Penata riasnya belum juga datang sementara rambutnya sudah sakit karena disanggul.
Demir berinisiatif membantu Dee melepas sanggulnya. Perlahan-lahan Demir melepas jepitan rambut Dee. Ketika sanggul telah lepas Demir menggeraikan rambut Dee. Mereka saling menatap di depan kaca.
Demir memeluk Dee dari belakang secara posesif. Demir menaruh dagunya di bahu Dee. Penantian panjangnya akan sebuah cinta sejati telah berakhir. Ia telah menemukan pelabuhan terakhir.
" Istriku cantik sekali," goda Demir mencium pipi Dee.
Dee gemetaran dan gugup karena bisa sedekat ini dengan Demir.
" Kok diam aja sayang. Panggil Mas suami."
Wajah Dee merona karena malu. Demir dengan gemas membalikan tubuh Dee dan mereka saling berhadapan.
" Kamu malu gini bikin Mas gemes. Hari ini Mas sudah jadi suami kamu.Panggil suami dong."
Dee merunduk malu.
" Ayo dong sayang!" titah Demir setengah memaksa.
" Mas ga bakal memakan kamu kok tapi belum tahu sehabis resepsi Mas meminta hak sebagai suami."
Dee memukul dada Demir isyarat protes. Dee memukul dengan pelan.
" Suamiku," ucap Dee mengangkat wajahnya.
Demir merasakan kesejukan dalam hatinya ketika Dee memanggilnya suami.
" Suamiku mesum," ucap Dee datar.
" Mesum sama istri sendiri gapapa. Pahala," ucap Demir meremas pantat Dee sebelah kanan
" Udah halal gapapa grepe-grepe." Demir membela diri.
" Isssshhhh genit," ucap Dee pura-pura protes.
" Mas tahu kamu ga marah. Jangan pasang tampang sok kesal gitu. Padahal senang tu dipegang. Biar seimbang." Demir menepuk pantat Dee sebelah kiri.
" Mas," ucap Dee geram.
Bukannya Dee marah disentuh Demir cuma malu. Masa baru menikah mereka langsung wik wik padahal resepsi mereka baru akan dilaksanakan nanti malam.
Demir membungkam mulut Dee dengan mulutnya. Demir mencecap dan menghisap lidah Dee.
Dee membalas ciuman suaminya dengan liar. Ia bahkan mengalungkan tangannya di leher Demir.
Mereka saling menikmati cumbuan sebagai pasangan suami istri.
Ketika mereka sedang asik bercumbu mesra pintu kamar mereka diketuk dari luar.
" Demir, Dee kalian di dalam?" Tanpa perlu ditanya mereka berdua sudah tahu itu suara siapa yang memanggil. Suara itu berasal dari suara Nona, mami Demir alias mertuanya Dee.
Dengan berat hati Demir membuka pintu kamar mereka. Demir menggerutu sebal karena Nona sudah mengganggu waktunya bersama sang istri.
" Jangan kesal gitu. Waktu kamu masih panjang buat malam pertama. Sekarang bukan saatnya mikirin malam pertama tapi resepsi kalian nanti malam." Nona membuat Demir mati kutu karena jalan pikirannya dibaca oleh Nona.
Demir menggaruk kepalanya yang tak gatal. Jika berhadapan dengan Nona bakal mati kutu. Wajahnya merah karena malu.
" Bu-bukan begitu mami," ucap Demir terbata-bata.
Entah bagian mana yang lucu. Nona tertawa terbahak-bahak. Sementara Dee meringis seraya tersenyum karena Nona membuat Demir malu dan tahu jalan pikiran suami yang mendadak mesum setelah menikahinya.