webnovel

Chapter 27

Ke esokan harinya*

Sesuai dengan kesepakatan Lisa dengan Jarwo sebelum nya , bahwa ia mau di Kemoterapi hari ini jika bisa pulang ke rumah terlebih dahulu.

Pagi-pagi mereka datang ke Rumah Sakit , dan Dokter menyarankan untuk Lisa di infus terlebih dahulu. agar sistem dalam tubuh nya kuat menghadapi banyak nya cairan masuk , yg akan mereka masukan kedalam tubuh pasien.

Dan kini , gadis jangkung berponi ini tengah terbaring di brankar sambil menunggu

Dokter datang untuk mengemoterapi dirinya. karena infus yg melekat di punggung tangan kanan nya itu juga sudah habis , jadi mereka akan melakukan kemoterapi itu dengan segera. dan tentu saja Jarwo ada di samping Lisa tengah tersenyum sambil terus mengucapkan kata-kata penenang. berharap bahwa anak nya itu bisa tenang untuk melewati hari yg sulit ini .

Ckleack..

Pintu ruangan itu terbuka lebar memperlihatkan Dokter wanita sekitar umur 30 tahunan masuk bersama dengan dua Suster di belakang nya membawa banyak sekali alat-alat dan obat-obatan dalam bentuk cairan itu di nampan yg mereka pegang masing-masing.

"Selamat siang Lisa , selamat siang Tuan Jarwo. bagaimana? apakah Lisa sudah siap untuk di Kemo sekarang? "tanya Dokter wanita tersebut dengan ramah senyum menyapa salah satu pasien kesayangan nya ini

" Siang Dokter , putri saya Lisa sudah pasti sangat siap melakukan Kemo tersebut. bukan begitu nak? "jawab Jarwo mulai melemparkan sebuah pertanyaan ke arah anak nya itu

" I iya Pah , iya. saya sudah sangat siap Dokter "jawab Lisa dengan sedikit gagap menjawab membuat Dokter itu terkekeh dalam hati

" Baiklah , kita mulai Kemoterapi ini. Suster , tolong siapkan semua keperluan nya"

"Baik Dokter" sahut beberapa Suster di sana dan mereka mulai mengerjakan pekerjaan nya masing-masing , sedangkan Jarwo lebih memilih menunggu di luar sampai selesai.

*********

Jennie dan Irene akhirnya sampai di alamat yg Gita berikan semalam , pakian mereka kini sudah berubah kusut dengan rambut yg berantakan. badan yg sedikit bau karna belum mandi dari semalam , dan kantung mata yg menghitam membuat warga sekitar yg berpapasan dengan mereka menatap mereka dengan pandangan aneh. dan berfikir bahwa mereka adalah orang gila.

Jennie dan Irene tak memusing kan hal itu , mereka kini mendatangi salah satu kontrakan yg di huni Krystal sebelum nya dan mulai mengetuk pintu dari luar.

Tok tok tok

Pintu kayu bercat putih itu tak kunjung terbuka , padahal mereka sudah mengetuk nya beberapa kali. sampai pemilik Kontrakan datang menghampiri mereka berdua.

"Maaf , mencari siapa ya? " tanya si pemilik Kontakan tersebut dengan ramah

"Kami mencari Krystal Amalia , apa benar dia tinggal di sini? " jawab Irene balik bertanya dengan sopan karna di hadapan nya ini ibu-ibu memakai kerudung , seperti nya ia adalah seorang Hajjah.

"Ah.. iya , Lia memang tinggal di sini , tapi sudah dua hari ini saya tidak melihat nya pulang ke Kontrakan. mungkin dia sedang mencari banyak untuk pengobatan ibu nya yg sedang sakit keras di kampung sampai lupa pulang" ucap ibu kontrakan tersebut panjang lebar , membuat Jennie mengusap wajah lusuh nya dengan kasar.

"Apa ibu tau Krystal , maksud saya Lia kerja di mana? " tanya Jennie memperbaiki ucapan nya saat ia salah menyebutkan nama tadi , karna seperti nya Krystal lebih di kenal memakai nama belakang nya di bandingkan nama depan nya.

"Wah .. , kalau itu saya kurang tau mba . karna Lia itu orang nya tertutup sekali , dan jarang bersosialisasi dengan tetangga"

"Bagaimana Jen? " tanya Irene seperti nya mulai frustasi mendengar jawaban dari ibu kontrakan tersebut

"Kita pulang sekarang " ucap Jennie dengan cepat merubah wajah nya menjadi datar , lalu pergi lebih dulu meninggal kan Irene yg terkejud di tempat.

"Terima kasih atas informasinya Bu , kalau begitu kami pulang lebih dulu. permisi" ucap Irene dengan sopan nya pamit , lalu berlari kecil mengejar Jennie yg sudah lebih dulu pergi meninggalkan nya.

***********

Deru nafas itu keluar dengan di banjiri keringat di seluruh tubuh nya , Lisa hanya bisa memandang sendu Ayah nya yg sedang mengobrol dengan Dokter tak jauh dari nya.

Dan beralih menatap langit ruang rawat nya ini

"Ya Allah.. , ini begitu melelahkan. apakah hal melelahkan seperti akan membawa hasil di masa depan? atau justru terbuang sia-sia saja" Gumam Lisa dalam hati tengah melamun , sampai sebuah usapan lembut di kepala berhasil mengembalikan kesadaran nya lagi.

"Anak Papa yg cantik ini lagi mikirin apa sih , sampai-sampai tidak menyadari keberadaan Papa yg ganteng ini ada di sini" ucap Jarwo membuat Lisa mengulas senyum tipis

"Tidak kok Pah , hanya sedang memikirkan hal-hal kecil saja"

"Jangan berbohong Lisa , katakan saja yg sejujurnya kepada Papa nak. Papa tidak akan memarahi mu " ucap Jarwo sedikit mendesak ketika melihat dari raut wajah nya tersirat kebohongan di sana

"Baiklah , aku akan jujur kepada Papa. aku.. hanya sedang berfikir saja , apakah Kemoterapi yg aku jalani ini akan berhasil atau hanya akan sia-sia saja kedepan nya. Papa juga tau sendiri bukan jika " ucap Lisa terhenti ketika perut nya terasa sangat mual , dan Jarwo Buru-buru mengambil wadah di bawah brankar untuk menjadi wadah muntahan Lisa akibat efek dari Kemoterapi yg anak nya itu jalani tadi.

Huek Huek huek

Jarwo dengan bersabar memijit tengkuk leher Lisa pelan , tanpa merasa jijik sekalipun dengan muntahan anak nya itu.

"Keluar kan semua nya nak , tak apa. Papa di sini ada bersama mu " Jarwo mencoba menenangkan Lisa agar putri nya tidak panik mendapatkan efek dari Kemoterapi itu , karna selain mual. akan ada gejala lain nya , dan ia sebagai seorang Ayah harus selalu siaga di samping anak nya.

"Apa Papa tidak jijik dengan ku? " tanya Lisa setelah ia berhenti mual menatap Ayah nya lekat

"Untuk apa Papa jijik? kamu ini darah daging Papa nak , jadi untuk apa jijik pada darah daging Papa sendiri. itu sama saja dengan menjilat ludah sendiri " jawab Jarwo dengan pede nya membuat Lisa memutar bola mata nya malas , namun di balik itu ia justru merasa senang mendapatkan Papa terbaik seperti Jarwo yg selalu ada di sisi nya kapan pun itu.

Hingga tanpa sadar ia menitikan air mata nya , dan Jarwo yg melihat hal itu buru-buru memadahi air mata Lisa dengan kedua telapak tangan nya agar tidak jatuh ke bawah. lalu berkata

"Air mata berharga seperti ini tak pantas jatuh dari orang sebaik dan secantik dirimu Lisa Atmajaya , karna kau tau kenapa Papa berkata seperti itu ? " Lisa menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan yg Jarwo torehkan padanya tadi

"Karna kamu adalah malaikat kecil dari Tuhan , yg harus Papa jaga sampai akhir hayat Papa nak "

"Papa" air mata Lisa kembali jatuh ke bawah , ia terlalu terharu dengan ucapan sang Ayah hingga tak dapat menahan diri untuk tidak menangis di depan Ayah nya itu.

Dan Jarwo langsung membawa putri nya ke dalam pelukan nya

"Jangan menangis sayang "

"Aku menangis bahagia Pah , karna aku senang menjadi anak Papa"

"Kalau seperti itu cerita nya Papa izinkan kamu menangis kali ini , karna Papa jauh lebih bahagia mendapatkan anak baik dan secantik dirimu sayang" ungkap Jarwo jujur dari dalam lubuk hati nya yg paling terdalam , membuat pelukan mereka semakin mengerat di iringi suara tangis bahagia Lisa.

Chapitre suivant