webnovel

Nona-

.

.

.

.

.

"Liquid itu lagi-lagi turun, meluncur mulus pada kulit pipi yang memerah, Rasa sesak pada dada, mencekik hingga pangkal pernafasan, menjadikanku meraung menghentikan air mata yang turun menganak sungai, karena mu yang mencampakanku tanpa rasa"

.

.

.

.

.

-NEVER AGAIN-

.

.

.

-----------

-Flashback- !!

Setiap anak, pasti mempunyai mimpi mempunyai harapan, memiliki masa depan cerah. Tapi harapan itu bisa saja hancur berkeping, hangus menghilang, pergi melambai tanpa kabar, meninggalkan tanpa perasaan.'mudah dibangun, mudah pula dihancurkan', sangat sederhana tapi mustahil untuk diwujudkan tanpa adanya usaha.

Seorang anak perempuan berlarian pada taman bermain, senyum menggemaskan terbentang pada wajahnya. Berlarian tanpa beban, mengejar segala sesuatu yang menarik atensinya. Menjadikan orang tuanya mengabadikan moment sang anak yang terlihat bahagia.

"Nancy ah!!, Jangan terus berlarian sayang!, Nanti kau jatuh" pekik wanita itu.

Seorang pria tampan menggendong tiba-tiba badan ringan nancy, mendapat pekikan centil pada gadis kecil itu.

"Heyy girl, sudah daddy bilang jangan berlarian, kau ini seperti mempunyai batrai cadangan, selalu bersemangat" ucapan itu dibarengi usakan kecil dari hidung Bangir pria itu pada pipi tembam nancy, mengantarkan glenyar aneh tapi menghangatkan hati.

"Umh?, Tapi dad.. nancy mau menangkap balon itu!" Tangan gempal gadis kecil itu menunjuk sebuah balon merah muda yang telah melambung tinggi ke angkasa.

Lagi-lagi pipi nya dicium gemas,"nanti Daddy belikan yang banyak, sekarang kita pulang ya?, Kasian mommy"

"Oke Daddy!"

 --------------

Pagi diiringi pekikan kesal pada bibir kecil sang gadis, ia mendapat ciuman bruntun dari sang ayah. Pertanda seberapa gemasnya ia pada sang anak yang mulai beranjak dewasa.

"Daddy~, berhenti mencium semua wajah ku! Lihat! Wajahku penuh air liurmu!" Bibirnya mempout sembari menunjuk pipinya yang basah setelah ciuman bruntun sang ayah.

Ayah nancy hanya terkekeh," ya.. ya... Kau protes ketika Daddy menciummu, bagaimana dengan Edward yang telah menciummu kemarin hm?" Kerlingan nakal nancy dapatkan dari sang ayah.

"Daddy!" Wajah anak itu sempurna memerah, tak menyangka jika sang ayah mengetahui jika ia mendapat ciuman pertamanya.

"Ada apa ini?" Ibu nancy datang sembari membawa nampan sarapan.

"Ini, lihat anak gadismu. Ia sudah pandai berciuman dengan lawan jenisnya, aku jadi iri" ucap ayah nancy.

"Apa?!, Hey! Sudah mommy bilang padamu! Jika belum dewasa dilarang bersentuhan atau hal yang diluar batas pada lawan jenis!" Teriak ibu nancy.

Nancy hanya menunduk malu, bisa dilihat tatapan ibunya yang tersirat kekecewaan dan kilat kesal. Matilah ia.

"Eiyyy, sudahlah. Dia juga sudah besar sekarang, biarkan ia memilih jalannya sendiri"

"Besar matamu besar! Tidak tidak, aku tidak mau ia mengikuti budaya disini. Asal kau tau, saat mommy kecil dulu seusiamu, dikorea nenek mu tak akan mengizinkan mommy memiliki pergaulan yang bebas" ucap ibu nancy.

"Mommy~, aku hanya dicium pipinya sama edward~ bukan yang macam-macam kok"

"Nah! Itu lah! Sudah kubilang jangan melakukan yang aneh-aneh!"

Nancy mempout, ia menatap sang ayah meminta pertolongan.

Ayah nancy hanya terkekeh,"sudahlah sayang, disini memang sudah terbiasa seperti itu--"

"Tidak! Tidak ya tidak!, Budaya disini memang sangat berbeda dikorea" ibu nancy memijat pangkal hidungnya sarat frustasi.

Nancy kembali menunduk, menatap sang ibu dengan pandangan kaku, sedikit mencuri pandang pada sang ayah yang berpura-pura tak melihat dan malah memakan sarapan dengan damai.

"Pokoknya, aku tak mau tau, kau! Jangan berdekatan lagi dengan Edward itu, walapun sekedar ciuman. Tidak boleh!" Teriak marah ibu nancy.

Wanita itu kembali mendengus dan pergi ke dapur, menyiapkan kembali semua peralatan yang telah ia pakai tadi. Meninggalkan nancy yang terpaku dan hampir menangis.

Sang ayah mengusap bahu anaknya,"dengar baby girl, aku tau. Di Amerika pergaulan bebas memang sangat sangat umum, tapi.. perlu kau ketahui, ibu mu itu berasal dari Korea, disana masih berlaku ajaran-ajaran lama nak, dan juga ayah tidak rela kau terjerumus pada pergaulan bebas, kau mau jika hamil diluar nikah?"

Nancy melotot horor dan menggeleng brutal,sang ayah hanya menatap sendu, tatapan yang penuh makna. Seperti berusaha memendam sesuatu tanpa sepengetahuan sang anak.

Tangannya beralih pada puncak rambut sang anak, menatap teliti anak nya yang sudah beranjak dewasa. Sangat cantik, campuran 'dia' dan ibunya, persis sekali. Hidung kecil itu, mata bulatnya, senyum manisnya, alisnya. Persis seperti mereka berdua.

Tatapan mata sang ayah masih menyendu, tak terasa sekali. Anak gadisnya sudah beranjak dewasa, yang sekarang duduk pada bangku akhir junior high school, menjadikan matanya sedikit berembun.

Melihat perubahan raut sang ayah, wajah nancy memerah, ia pikir. Karena ciuman Edward sang ayah menjadi sangat kecewa padanya. Mati-matian ia tahan tangis nya agar tak terlihat oleh sang ayah, masih menunduk dan merasakan usapan sayang dari pahlawan nya.

'Kau sudah besar sekarang, maafkan Daddy sayang, kau hidup dibalik topeng kesakitan, membiarkanmu agar tak mengetahui fakta dibalik darah yang mengalir di tubuhmu. Dan membiarkan kau hidup dalam kebahagiaan palsu dan kebencian' ayah nancy membatin miris.

Berbanding terbalik sang ibu yang sudah menangis, setengah mati ia tak mengeluarkan suara. Ia sangat marah saat tau jika nancy sudah dicium oleh teman sang anak. Dia tak mau, tak mau sang anak seperti dirinya, tidak. Tak akan pernah.

"Tidak, aku tak mau jika kau sepertiku hiks.. jangan.. kumohon jangan hiks hiks" ibu nancy menangis, wajah nya menyendu kala ingatan itu kembali padanya.

 -------------

Dulu, ayah nancy dan ibu nya menjalin kasih, selayak nya dua remaja dimabuk cinta. Keduanya sangat dekat dan optimis, tak ada kata berpisah antar keduanya. Sangat erat, tapi dibalik itu.. tersimpan kenangan yang sangat pahit yang dirasakan keduanya.

Ibu nancy bersahabat dengan ayah nancy, lebih tepatnya tiga sahabat. Ia, ayah nancy, dan Ayah kandung nancy.

Sebelum ia meresmikan hubungannya pada pria itu. Ibu nancy sebelum nya menjalin hubungan dengan ayah biologis nancy, yang bernama Nara.

Nara, Adellia, dan Alfin. Berteman dekat, sangaat dekat. Layak nya remaja biasa, Nara dan adellia terjebak friend zone. Sebelum nya mereka tak ada rasa sama sekali, tetapi lama kelamaan. Rasa mulai tumbuh antar keduanya, apalagi dengan adellia yang selalu bergantung pada Nara, membuat mereka jauh lebih dekat.

Hubungan keduanya baik, romantis, dapat menyelesaikan masalah dengan baik, serius, dan cocok. Tapi, hubungan antar keduanya semakin hari semakin berani.

Adellia yang merupakan anak dari pengusaha fashion Korea yang mengemban bisnis di amerika, membuat adellia mau tidak mau berdaptasi dengan lingkungan barunya. Alkohol dicecapnya, rokok di hisapnya, heroin dihirupnya, club malam penghilang stresnya, hentakan music pengobat frustasinya, dan Nara yang menjadi pelampiasannya.

Makin hari, keduanya makin menjadi. Sampai berani pada tahap, sex bebas. One night stand. Hotel blue rose, nomor kamar 56 lantai tiga. Ranjang berderit, kasur kacau, malam jelaga menjadi saksi. Awal mula kehancuran mereka berdua.

Adellia sempat tergoncang, terkejut dengan apa yang baru saja mereka lakukan. Tapi pria itu dengan segala kilahan dan mulut manisnya, membuat Adellia menurut, one night stand. Hanya sebatas nama bagi mereka, saling menghangatkan dan melampiaskan mereka lakukan, entah Nara atau Adellia. Keduanya saling memuaskan.

Sampai, pada hari kamis, tepat nya malam Jumat. Apartemen road, lantai 3, kamar penghujung, dan didalam bilik kamar mandi. Di temani dengan sebilah kertas pipih yang memampangkan dua garis ditengahnya.

Menjadikan suasana ricuh, Adellia frustasi, Nara tak habis fikir, aborsi pilihan terakhir. Tapi Adellia berkeras kepala, cekcok mereka lakukan. Ditengah badai sehabis pulang dari apartemen. Mobil ia kendarai ugal-ugalan. Sangat gila di tengah dingin nya malam, dengan si kecil yang berusia tiga Minggu yang meringkuk nyaman di rahim hangat sang ibu.

Menjadikan sebuah mobil pengirim barang melaju, menabrak mobil kecil yang berada didepannya. Menjadikan kepala Nara tertabrak lebih dulu. Seakan-akan menjadi tameng antar keduanya, hari yang seharusnya membahagiakan, menyambut datangnya sang malaikat kecil. Menjadi hari dimana kelihangan salah satu pelindung si kecil.

Adellia shock, saat kematian Nara. Ia tak ingin melihat, hanya Alfin yang senantiasa berada di samping Nara, berdoa untuk kesadaran Nara. Tetapi tuhan berkehendak lain. Ia mengambil Nara, tepat saat kabar itu terdengar ditelinga nya.

Berbulan-bulan berlalu, Adellia hampir keguguran, merelakan diri, Alfin setia menemani Adellia. Setelah penolakan, cacian, makian, tuduhan, dan segala kesakitan merajam dirinya. Alfin berusaha menjadi tameng, setidaknya jika ia mampu, akan ia lakukan.

Adellia mengasingkan diri,bersama Alfin, menjauhi semua penolakan yang terlontar. Sampai pada hari lahirnya sang buah hati, terjadi pada malam Jumat. Yang membuat Adellia menangis histeris saat melihat anaknya. Perempuan, lahir dengan sehat dan tubuh yang lengkap. Menjadikan Adellia menangis terharu dan mendekap malaikatnya dengan penuh rasa sayang dan kehati-hatian, sangat rapuh.

Alfin membawa Adellia ke pemakaman Nara, menjadikan bulir bening terjatuh pada pipi kemerehannya, menyesakkan dada. Ia tak sanggup, sembari membawa Nancy ia menatap gundukan tanah dihadapannya, menatap Alfin dengan air mata berlinangan, dengan Alfin yang sigap mencium kening Adellia sayang. Berusaha menenangkan sang pemilik hati dan calon anaknya.

Ya, Alfin akan menikahi Adellia, hari pernikahannya berlangsung sakral dan sederhana, tak ada yang datang, kerabat Adellia maupun kerabatnya. Semua penolakan dan kesakitan mereka jalani, dari sulit nya ekonomi. Semua celaan dan hinaan, sangat berat,tetapi nancy. Hanya nancy yang menjadi alasan semua ini. Hanya untuk malaikat kecil ini.

Semua mereka lalui, keringat dan air mata menjadi pendamping, rasa sakit dan kegagalan menjadi gurunya, lengkap sudah pahit manis yang mereka rasakan.

Menjadikan mereka pribadi yang seperti sekarang, tangguh dan terasah mentalnya.

(Bersambung)

 -------------

-TBC-

#alv

Chapitre suivant