webnovel

S E P U L U H

Dua hari berlalu, jennie sudah kembali ke rumahnya, Salsa memaksanya untuk pulang, karena sudah dua hari juga Lisa ogah ogahan untuk hanya keluar kamar.

Terlahir dengan rasa sakit dan penderitaan, membuatnya tak percaya akan sebuah kebahagiaan, entahlah kala itu Lisa kecil masih akan sangat manis dikenang atau tidak kala dia berhasil melenyapkan nyawanya sendiri.

Lama berdiam, mematut wajahnya di cermin, paras tegas namun lembut persis ayahnya itu sangat mengganggunya, bagaimana bisa dia terlahir mengambil semua hal dari sisi ayahnya, namun tidak dengan kasih sayangnya.

Dia pernah berfikir kenapa tuhan dengan teganya membiarkan dia tumbuh dalam keluarga ini, sementara dengan jelas lelaki yang masih dipanggilnya Om sampai saat ini tak menerima kehadirannya.

Bukan hanya Lelaki itu, Shani juga tak senang jika berada di dekatnya, selalu mencari celah untuk membenci dirinya, padahal dia tak melakukan apa-apa.

Terkadang dunia sedikit ingin bercanda dengannya, menekannya ke inti bumi lalu meninggalkannya disana, di dalam kegelapan, dan sendirian.

Adanya keluarga Salsa dan Ali tidak terlalu membuatnya merasa terisi, walaupun mereka sangat hangat, ya tidak dipungkiri, Lisa senang berada disini, di tempat ini, dalam keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang, namun mustahil jika rasanya dia akan baik-baik saja, ketika mengingat betapa pilunya kisah seorang gadis tanpa kasih sayang seorang ayah.

"Pitik... Mandi sana, ntr lagi kita otw, mau jemput kado buat kakek dulu"

Hari ini ulang tahun tuan kim, itu artinya seluruh keluarga Kim berkumpul disana, bersenang-senang, dan memakan pie strawberry kesukaan kakeknya secara bergantian, tradisi yang aneh, namun Lisa hanya bisa menonton itu dari lantai atas saat Nobani dan Shani masuk dan bergabung dalam pesta itu.

Selama beberapa tahun, tak sekalipun perayaan ulang tahun kakeknya itu berjalan dengan lancar, selalu dia yang disalahkan atas semua kekacauan, terakhir pertemuan, Lisa merengek karena kuenya diambil oleh Shani, namun apa yang dilakukan oleh lelaki bertubuh tegap itu, tak segan dia memarahi anak bungsunya di depan umum.

Batin anak usia 10 tahun tidak sekuat itu, dia malu dan sakit hati, namun memaklumi karena ayahnya bukan lagi miliknya, bahkan kata lagi tak cukup pantas untuk mengakui semuanya, lebih tepatnya ayahnya tidak pernah menjadi miliknya.

"Hah?"

"Liat bibir gue... Mandi kita mau otw"

Ada lubang besar yang berada dalam hatinya, menyayat perasaannya menimbulkan perih yang luar biasa, bukan tidak ingin, hanya saja dia tidak terlalu pantas untuk datang dan bergabung di sana, bercanda tawa dan terlihat biasa-biasa saja.

"Ca.. kalau gue gak ikut gak papa kan ca?"

"Gak boleh lah enak aja lo"

"Gak ikut aja ya, gue di rumah aja"

"Kenapa lo takut ama shani sama ayah?"

Lisa menganggukan kepalanya pelan, ada bagian di hati Salsa yang berdenyut nyeri melihat respon dari keponakannya itu, dia mendadak dingin dan pendiam, kadang wanita khawatir dengan keadaan Lisa akhir akhir ini.

Salsa paham betul apa yang mengganggu fikiran keponakannya, dia tak ingin kejadian menyakitkan itu kembali terulang, selama ini Lisa bahkan cukup menderits dengan itu semua.

"Lo yakin gak mau ikut? Kalau kakek nanyain?"

"Gue chat kakek aja ya, besok ajakin dia pergi ngedate"

Salsa tidak bisa memaksa, memang ulang tahun terakhir dari tuan kim berujung kekacauan, tatapan sinis dari shani dan ayahnya menciutkan nyalinya, hingga membuatnya berlari kencang keluar dari rumah mewah milik keluarga anindia itu.

"Yaudah oca ntr bilang kakek"

"Bilang bunda jangan kesini ya"

Satu hal baru lagi hari ini, Lisa terluka karena sikap Jennie yang terkesan tak memikirkan bagaimana nantinya keadaan itu menghancurkan gadis di depannya ini, Jennie terlalu egois untuk hal itu, bahkan dia lupa, akan ada luka baru yang tercipta jika dia memaksa untuk melepaskan ikatannya.

"Kak....

"Gak papa kok, cuman takut nanti Shani nyalahin gua lagi oca"

Salsa mengalah, dia tau alasan pasti kenapa shani melakukan hal gila itu kepada Lisa, marah? Seakan semuanya percuma, dendam yang tidak jelas asal usulnya itu sudah tertanam sangat dalam di relung hatinya.

Apa salah Lisa, kenapa mereka memupuk kebencian sedemikian rupa, dia bahkan tak tau apa-apa dengan semua ini, bagaimana bisa mereka hidup biasa saja setelah menyakiti hati orang lain.

"Sini peluk"

Lisa memeluk tubuh Salsa erat, mencoba mencari kenyamaan lain yang bisa menenangkannya, walau bagaimanapun dia juga manusia, punya rasa kecewa, namun apa semuanya berguna disaat sekarang?.

"Shani butuh bunda, bilang bunda sayangi shani kek bunda sayang ke gue ya ca, kasian shani ngerasa bunda pilih kasih"

"Ya Allah kak hati lo terbuat dari apa sih, lo bisa sesabar ini"

Sekarang Salsa hanya berharap, biarlah berjalan begitu saja, menikmati setiap rasa sakit itu bersama, demi tuhan dia berjanji tak akan pernah pergi atau meninggal Lisa sendiri.

Hari berganti, namun tidak dengan lukanya, bagai terhunus benda tajam, Lisa bahkan tak mampu bernafas dengan baik.

🔻🔺🔻

Seharusnya hari ini menjadi hari yang membahagiakan untuknya, namun tak sekalipun dia melihat salah satu cucunya berada disini, dia mengerti kalau mungkin Lisa tak ingin hadir dan mengacaukan segalanya, anak itu terlalu baik untuk dunianya yang jahat.

Acara ulang tahun tuan Kim sudah mulai dari 30 menit yang lalu, namun tidak ada tanda tanda kedatangan Lisa disana, awalnya manoban tidak peduli dengan itu semua, tapi tanpa di sadari saat semua anak dari keluarga istrinya sibuk dengan pembicaraan mereka ada ruang yang memberontak dalam hatinya, bagaimana dengan Lisa, dia bahkan membunuh karakter anaknya sendiri seakan Lisa tidak memiliki siapa-siapa.

"Maaf ya pa, kayaknya kakak gak bisa dateng, papa tau kan pasti dia takut sama ayahnya, jadi tadi dia bilang besok mau ajak papa jalan, jangan di telphone ya pak alat bantu dengar dia hancur di injek ama Shani"

Kata kata itu, "jangan ditelphone ya pa alat bantu dengar dia hancur di injek ama Shani" sukses membuatnya menoleh ke arah Salsa seketika, ada yang salah dengan ini semua, atau benar anaknya melakukan hal gila itu, padahal dia tau berapa rupiah untuk alat bantu dengar yang di pesan khusus oleh Jennie itu tidak main main harganya.

Bahkan Miliaran Rupiahpun tak ada artinya dibandingkan seorang Aleesha, gadis itu memiliki ruang yang sangat besar di hatinya, anak perempuan yang apa adanya, yang selalu ramah dan membuat siapapun yang berada disekitarnya menjadi bahagia, namun apa yang mereka lakukan kepada Aleesha nya, gadis kecilnya seperti tidak ada harga dirinya, selalu diacuhkan bahkan dicampakan oleh orang yang bahkan dia anggap sebagai keluarganya sendiri.

"Ya Allah, nanti papa ke rumah kamu, Lisa tidur di rumah sama papa sama mama, apa apaan Shani, anak sebaik Lisa masih aja dibenci, papa sumpah gak habis fikir sama keluarga Jennie, membenci anak yang harusnya mereka ayomi."

Tak hanya tuan Kim, Nobani juga tak kalah terkejutnya, memang bukan untuk yang pertama kali Shani melakukan hal gila itu terhadap Lisa, dan seperti biasa Lisa akan selalu mengalah dengan itu semua.

Nobani melihat ke arah anaknya, bahkan Shani terlihat baik baik saja setelah melakukan itu, apakah ini cerminan dari sikapnya kepada Lisa selama ini?.

"Kau menyakitinya lagi bani"

Chapitre suivant