webnovel

L I M A

Dunia yang bahkan belum pernah memberikan kebahagiaan yang pasti untuknya mampu menghadirkan seorang malaikat yang begitu menyempurnakan hidupnya. Dia tidak marah pada takdir, untuk kesekian kalipun terluka dia tidak masalah asal tidak dengan bundanya, surganya.y

Jennie begitu lelap didekapan anak sulungnya, dia mencintai setiap jengkal dari anak pertamanya ini, kadang air matanya mungkin sudah habis terkuras dengan kesakitan yang tiada habisnya, namun di depan lisa, senyuman akan selalu terukir tanpa lelah.

Lisa mengelus setiap lekuk wajah Bunda nya, tidak ada kerutan di wajah itu, masih terlihat muda di umur 34 tahun ini, dia bahkan lebih cantik ketika hamil yang ke tiga kalinya ini.

Jennie terbangun karena elusan elusan yang didapakannya, melihat air mata itu keluar begitu derasnya di pipi anaknya itu membuatnya panik dan merasa bersalah.

"Loh kakak kok nangis"

Lisa menyeka air matanya kasar, tersenyum begitu lembut kearah wanita cantiknya itu, bahkan muka bantal itu tetap membuatmya tidak berhenti untuk jatuh cinta.

"Sayangnya kakak tidur lagi ya, kasian dedek capek"

Jennie kembali memejamkan matanya, hari yang sudah menunjukan pukul 12 malam membuatnya begitu ngantuk, walaupun make up yang masih on di wajahnya. Lisa mengambil pembersih wajah di nakas samping kasurnya, membersihkan setiap lekuk wajah dari ibunya, lisa mencintai ibunya sangat, lebih dari seorang anak kepada orang tua, lebih tepatnya rasa egois ingin memiliki seutuhnya.

"Bu ibu hamil ni gemesin banget tambah sayang"

Lisa mengecup mesra bibir Jennie, melumatnya seperti biasa dia lakukan terhadap ibunya, Jennie tidak masalah akan itu, Lisa anaknya apapun yang dilakukan Lisa itu bukti rasa sayangnya terhadap ibunya.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

07.00 AM

"Buundaa...

"BUNDAAA...

"BUNDA DIMANA BUN"

Lisa terbangun dari tidurnya tanpa Jennie di sampingnya, namun suara muntah muntah dari kamar mandi sukses membuatnya panik luar biasa, Lisa berlari menuju kamar mandi dan menemukan bundanya yang sudah duduk lemas menumpukan tangannya sebagai penopang kepalanya di kloset, morning sickness yang tiada akhir ini membuatnya tidak bisa berbuat apa apa.

UWEEEKK UWEEEKK

"Ya Allah Bunda.."

"Kakak... Bunda capek..."

"Yaudah ke kasur yuk bun...

Lisa menggendong tubuh lemah bundanya menuju kasur, hatinya sakit melihat penderitaan bundanya, ini kehamilan pertama bundanya yang Lisa lihat dari awal, dia sedikit kesal dengan calon adik yang ada di rahim ibunya, bisa bisanya membuat ibunya menderita tapi mau bagaimanapun itu adiknya, dia harus tetap menyayanginya.

"Kakak gak sekolah aja ya bun"

"Heh gak boleh... Harus sekolah"

"Yang jaga bunda siapa?"

"Ada Oca kok ya, jangan khawatir"

"Gak mau bunda...

"Kak...

"Kakak gak tega liat Bunda muntah terus"

"Hamil kamu lebih parah dari ini kak"

"Maafin kakak ya bun"

"Heh gak boleh melow ih pagi pagi"

"LISA RUBY JEMPUT TU"

"ya bentar"

"Ruby siapa kak?"

"Mirip banget sama bunda tau, kek kembar"

"Hah masa?"

"Iya loh bun, kenalan yuk"

"Boleh...

"Mau kakak gendong"

"Gak usah ntr adeknya kegencet"

"Yaudah kakak papah aja"

"eh tapi kakak mandi dulu deng... Hehe"

Jennie hanya menggeleng melihat kelakuan anaknya, padahal 30 menit lagi sudah jam 7, memang malas malasan sifat yang diturunkan manoban tercetak sempurna pada anaknya itu.

Jennie turun kebawah menyiapkan makanan untuk anaknya, lisa bukan pemilih makanan namun jennie saja yang overpotektif dengan makanan yang dimakan oleh lisanya.

"Pagi...

"Pagi Jen.. anak lo mana?"

"Di Atas bg baru mandi"

"Buset tu anak dah..."

"Bangun juga kebo...

"Anak gue rewel kak, dari jam 5 subuh muntah mulu gue"

"Trus udah mendingan?"

"Dikit"

Dari awal turun sampai jennie ada di depannya, Ruby tak hentinya melihat penampilan acak acakan namun tetap menawan, wanita yang dia tau ibu temannya ini, cantik hanya itu yang mampu menggambarkan Jennie saat ini.

"Buset cantik banget" cicitnya pelan.

"Oh iya Ruby kenalin ni mamanya Lisa"

"Ruby tante...

"Hay Ruby... Bener Lisa bilang kita mirip banget"

Jennie tertawa melihat foto coppyannya ada di depannya, ah takdir pasti sudah mendekatkannya dengan salah satu kembarannya di muka bumi, namun ini dalam bentuk umur yang berbeda.

"Eh iya loh... Tapi cantikan Ruby sih"

"Gue juga cantik kali"

"Udah sih anak mau empat masih aja gak mau kalah"

"Udah yuk Ruby kita sarapan aja, gak usah didengerin"

Keluarga hangat yang sangat diidamkannya, berbeda dengan keadaan rumah dengan hanya ditemani pembantu saja, namun lisa sepertinya memiliki segalanya, fikirnya.

"Bundaaaaaaaaa"

"Lah katanya Lisa mandi... Belum 5 menit juga ini"

"Tau deh anak gue..."

"Kakak kan gitu ma, mandi kek flash, dua gayung kanan dua gayung kiri, selesai"

"Lo ajarin anak lo mandi gak sih? Gak mampu bayar air lo? Ampe anak lo irit bet pakai air"

"Buset... Laki gue masih sanggup bayar air pam doang ya, jangan ngadi ngadi lo"

"Hay hay khalayak ramai lisa yang cantik jelita sudah aduhai pempesona"

"Gak diragukan lagi sih itu anak lo Jen"

Semua yang ada di meja makan tertawa melihat tingkah konyol bocah tengik itu, Lisa sukses membangunkan mood mereka pagi pagi, suasana akan selalu ramai jika dia ada disana, namun berbeda cerita jika Nobani juga satu udara bersamanya.

"Makan sayang..."

"Udah kenal kan Bun?"

"Udah.. cantik ya temen kamu"

"Iya dong"

DEG !

"Lah sejak kapan gue bangga banget ngenalin si Ruby ama orang lain" batinnya.

"Ehh... Makasi tante"

"Bunda aja...

"Eh iya tan.. maksudnya Bunda"

"Makan By... Kita telat nantik"

Tuk !

Sendok itu mendarat pulus pada jidat keramat Lisa, anak itu yang menyebabkan mereka bisa telat tapi apa yang dia lakukan malah seakan menyalahkan Ruby atas kemalasannya, Jennie benar benar tak habis fikir.

"Awwwh sakit Bunda"

"Yang bangun telat siapa, yang disuruh suruh siapa, udah untung Ruby jemput"

"Iya iya bawel"

"Dih...

"Baku hantam dulu sana anak sama mak di luar"

"Ocaaaaaaa...

"Teriak lagi gue sunat lo pitik"

Tatapan tajam itu sukses membuatnya tidak berkutik, Lisa selalu kalah dengan Salsa, bahkan bukan hanya Lisa, semua orang akan kalah dengan tatapan membunuh ala Salsa itu.

"Kicep kan lo kak... Haha mama gue dilawan"

"Rosé makan yang bener"

"Eh ...iiii...ya ma"

"Hahaha mampos kena kan lo" bisiknya pelan.

"Jingan"

Namun beberapa saat meja makan itu tenang, jennie kembali ingin memuntahkan makanannya, itu sontak membuat lisa panik luar biasa.

"Uweeekkk...."

"Bundaaa...

"Udah makan aja, biar Oca yang urus"

"Tapi ca...

"Udah makan aja, mama kamu cuma hamil lisa bukan kanker"

"Gak usah lebay"

"OM ALIIIII"

Ruby tertawa melihat muka panik ala Lisa ini, ini sudah kedua kali dia melihat muka panik ini untuk seminggu terakhir, dia begitu menggemaskan disaat saat serius.

"Nyokap lo hamil berapa bulan?"

"3 bulan"

"Kejar target banget ya lis nyokap lo"

"Diem lo By, bacot..."

****

Chapitre suivant