Li Yan sendiri tidak mengerti mengapa dirinya hampir mengingat segala hal kecil tentang Qiao Mu walau sudah lewat sepuluh tahun.
Ketika dia memilih untuk pergi, dia sudah mempercayai ucapan provokasi yang dikatakan Qiao Ya. Jika menilai dari emosinya, dia pasti telah melupakan makhluk kecil yang tidak punya hati ini sedari dulu, tetapi nyatanya dia tidak melupakannya.
Mungkin ini yang disebut takdir.
Mereka ditakdirkan untuk bersama.
Mendengar kata-kata pria itu, mata Qiao Mu menjadi basah tanpa alasan. Kenangan di masa kecil saat itu benar-benar indah. Dia mengabaikan orang-orang di sekitarnya dan melemparkan dirinya ke dada Li Yan.
"Paman, terima kasih."
Terima kasih karena pernah tidak membiarkanku pergi, terima kasih telah memberikan sedikit lebih banyak kenangan indah di masa kecilku.
Qiao Mu benar-benar bersyukur pria ini muncul dalam hidupnya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com